Rabu, 28 Maret 2012

Sakit Kencing

SAKIT sewaktu buang air kecil merupakan keluhan yang sesekali terjadi dalam hidup kita. Sebagian besar dari keluhan ini tidak berbahaya, karena hanya disebabkan Anda menahan kencing atau minum air terlalu sedikit, sehingga kencingnya pekat dan merangsang. Namun bila sakit terjadi karena infeksi oleh kuman harus di obati dengan antibiotik, karena ia dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, infeksi menjalar naik ke ginjal, dsb.


Manusia memerlukan minum cairan cukup untuk hidup sehat. Cairan ini dapat berbentuk bermacam-macam, dari air putih hingga berbagai jenis minuman buatan. Dalam makanan, terutama sayur dan buah juga terdapat banyak air. Orang dewasa sehat membutuhkan minum cairan sebanyak minimal 1,5 - 2,1 sehari (24 jam). Kebutuhan ini berubah bila ginjal tidak berfungsi baik atau jantung tidak mampu memompa darah semestinya; dalam keadaan ini cairan harus dikurangi jumlahnya.


Bila pemasukan air melebihi apa yang dapat dikeluarkan, cairan akan merembes keluar dari pembuluh darah balik masuk ke dalam jaringan di kaki, tungkai, dan paru-paru, atau rongga perut. Hal ini ditandai oleh pembengkakan (udema) di kaki/tungkai bawah, cairan berkumpul di perut dan di rongga dada. Pada keadaan ini minum air harus dibatasi jumlahnya hingga sekitar 0,81 (tergantung parahnya gangguan ginjal atau jantung) sehari.



Sakit kencing dapat berupa sakit bila mau kencing, sewaktu kencing, atau sesudah kencing. Bila sakitnya terasa sewaktu kencing saja, dengan minum lebih banyak, sebaiknya sekitar 2,5 liter sehari, sakit ini dapat diatasi. Bila terasa nyeri sesudah kencing, ini biasanya akibat infeksi kuman di jalan kencing bawah. Untuk dapat menentukan sebabnya urine harus diperiksa di lab. Dengan pemeriksaan sederhana dapat dibedakan apakah sakit kencing hanya disebabkan oleh iritasi atau karena terinfeksi kuman, yang disebut infeksi saluran kemih (ISK). Bila terjadi infeksi, sel darah putih di air seni bertambah banyak (normal hanya 1 - 3 per lapangan mikroskop) dan urine menjadi keruh.


Janganlah membeli antibiotik sendiri karena tidak semua antibiotik dapat dipakai untuk ini. Biarlah dokter yang menentukan. Bila berobat jalan, antibiotik untuk ISK terbatas pada trimetoprim, kotrimoksazol, nitrofurantoin, asam pipemidik, dan fluorokinolon. Antibiotik oral lainnya tidak dianjurkan. Bila infeksi itu terjadi pada orang yang semula sehat, biasanya dengan pengobatan beberapa hari dan dosis yang tepat keadaan akan menjadi baik. Bila ISK terjadi berulang-ulang atau menjadi kronis, jangan di anggap remeh. Anda harus berkonsultasi ke dokter untuk penanganan lebih baik. Urine perlu diperiksa dengan cara khusus (kultur) untuk membiakkan kumannya. Hal ini penting untuk dapat memilih antibiotiknya dengan cermat, karena kuman mudah menjadi resisten. Perlu diingat, tidak semua obat yang tercantum dalam laporan antibiogram yang ditandai sebagai "sensitif" dapat digunakan.


Pencetus lain dari sakit kencing ialah tindakan kateterisasi yang kurang steril atau dilakukan terlalu lama, komplikasi adanya batu di jalan kencing, pembesaran prostat yang menghambat keluar air seni, sakit kelamin, atau kelainan anatomis di jalan kencing. Bila bepergian, kita juga bisa kurang minum beberapa hari; terutama di daerah panas. Setiap hambatan mengalirnya urine keluar tubuh akan menimbulkan gangguan dan mungkin mencetuskan infeksi. Karena itu pembesaran prostat yang signifikan perlu dioperasi untuk melancarkan kencing. Obat-obat untuk mengecilkan prostat sangat terbatas fungsinya; akhirnya operasi harus dilakukan juga. Pendapat umum yang mengatakan bahwa ISK diperoleh karena kencing di tempat umum yang tidak bersih tentu tidak benar.


Wanita mengalami sakit kencing lebih sering, mungkin karena uretranya lebih pendek sehingga kuman lebih mudah masuk. Suatu hal yang cukup sering saya dapatkan ialah bahwa tisu yang digunakan untuk mengeringkan bagian yang basah dapat mencetuskan ISK atau gatal dan eksem setempat. Untuk membedakan, Anda dapat mendiagnosis ISK dengan memeriksa urine di lab. sel darah putih akan banyak sekali. Sebaiknya tisu yang dipakai untuk mengeringkan, jangan dibiarkan di tempat tersebut. Mungkin saja kualitas tissue kurang baik, karena tidak terjamin bersih atau dapat saja mengandung zat-zat kimia yang merangsang daerah yang sensitif itu. Tisu juga dapat diproduksi dari bahan pulp kayu yang mengandung zat kimia atau pestisida, atau bahannya berasal dari proses daur ulang kertas bekas.


Source: Majalah Intisari, no.458 - September 2001

Selasa, 27 Maret 2012

ROKOK : Risiko Janin dan Impotensi

Di satu sisi rokok dibenci. Pada lain sisi ia dicintai sampai mati. Penyakit akibat rokok bertebaran, korban juga berjatuhan. Namun, para nikotinis alias perokok tetap mengabaikan. Serangan jantung? Stroke? Kanker?
Anggaplah itu risiko. Namun kalau risiko itu juga harus ditanggung janin di dalam kandungan, juga mengancam potensi seksual kaum laki-laki, para perokok harus memikirkan kembali kesetiaannya.


BELUM ada angka pasti jumlah mutakhir perokok di Tanah Air. Namun, di lihat dari gencarnya iklan rokok di media massa, boleh jadi itu sejalan dengan (makin) banyaknya jumlah perokok. Kalau mau dilihat lagi, di masa krisis, ketika tak banyak produk beriklan, rokok adalah komoditas yang terus tumbuh bagai tak terpengaruh. Menjadi penaja banyak acara, bahkan menyokong pendanaan program sosial pemerintah.


Di kancah bisnis pun usaha rokok terbilang raksasa, sehingga selalu punya dana amat besar untuk mencari peluang beriklan ketika dicegat di banyak tempat. Mereka sanggup membayar tenaga kreatif dan pelaksana periklanan untuk membuat iklan secara tersamar dan simbolis, menyebabkan orang tak tahu itu iklan rokok seandainya tidak disertai label "Peringatan Pemerintah". Namun, kreasi itu kini berkembang lagi. Label yang wajib dicantumkan dalam kemasan maupun iklan rokok itu justru dipasang besar-besaran, sementara merek rokoknya sendiri hanya diterakan kecil di sudut bidang iklan. Label "Peringatan Pemerintah", ironisnya, justru menjadi bahan dominan buat beriklan.


Sepertiga kanker akibat rokok


Tap kita tidak ingin bicara mengenai nilai ekonomis rokok. Sebab bagaimanapun, nilai cukai yang dihasilkan oleh bisnis tembakau beraroma itu sangat besar dan masih amat diperlukan bagi keuangan negara.


Yang kita bahas, dengan tak jemu-jemunya, adalah dampak rokok bagi kesehatan. Kalau selama ini yang biasa dicuatkan adalah seruan "biasa-biasa saja" semacam "Merokok dapat membahayakan kesehatan", belakangan lebih lengkap seperti di terakan pada label "Peringatan Pemerintah" tadi: merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, gangguan kesehatan janin, dan impotensi.


Bagi para nikotinis, dua akibat terdahulu praktis di abaikan, dianggap risiko yang inheren dengan kebiasaan. Rata-rata perokok siap dengan akibat itu. Namun, dua risiko terakhir benar-benar membuat para perokok harus berpikir lagi. Bagi perempuan hamil, atau suami yang istrinya hamil, ancaman kelangsungan nasib si jabang bayi sungguh membuat mereka gentar.


Nah, soal ancaman rokok bagi kesuburan dan potensi seksual kaum pria, agaknya cukup efektif karena terbukti meresahkan laki-laki perokok. Kampanye yang diawali di Thailand sekitar 1995 itu dianggap berhasil menurunkan jumlah perokok walau tidak signifikan. Namun, sekurang-kurangnya bidikan yang langsung tertuju pada harkat dan martabat kelaki-lakian itu telah menciptakan kegundahan tersendiri.


Di dalam asap rokok terdapat tak kurang dari 4.000 molekul, sebagian besar berdampak buruk. Komponen yang paling jelek adalah CO (karbon monoksida) dan nikotin. Nikotin kalau diisap menyebabkan hilang atau berkurangnya rasa kantuk. Bahkan banyak perokok merasakan nikotin mampu meredam nafsu makan.


Berkurangnya rasa kantuk akibat nikotin yang merangsang sekresi hormon-hormon di dalam tubuh, antara lain adrenalin. Hormon ini mengganggu metabolisme lemak sehingga darah menjadi lebih kental. Pengentalan darah bisa mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah).


Menurut ahli kedokteran olahraga dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO., risiko rokok terhadap penyakit sedikit banyak ditentukan oleh jumlah rokok yang diisap dalam sehari. Semakin banyak tentu semakin tinggi risikonya. Walaupun hal-hal lain seperti kadar lemak darah yang tinggi (kolesterol) dan kurang aktivitas fisik, berat badan, tekanan darah tinggi, serta stress dan ketegangan ikut menunjang terjadinya arteriosklerosis penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK).


Hasil penelitian yang pernah dilakukan dr. Joseph Brennan dan koleganya dari Johns Hopkins University, Maryland, terhadap pasien penderita kanker menunjukkan, para perokok cenderung mengalami kerusakan gen p53 yang melindungi tubuh dari kanker. Mereka menduga bahan penyebab kanker dari asap tembakau melekat pada material sel genetik dan kemudian menonaktifkan gen p53.


Dari pengamatan terhadap 129 orang penderita kanker kepala dan leher, diketahui bahwa perokok cenderung mengalami mutasi gen p53 dua kali lebih besar ketimbang bukan perokok. Mutasi tiga kali lebih lazim pada orang yang sehari-hari merokok dan menenggak minuman beralkohol. Mutasi gen p53 terjadi pada 17% dari para penderita kanker yang tidak merokok ataupun tidak minum alkohol, 33% pada mereka yang merokok, dan 58% pada mereka yang mengonsumsi gabungan rokok dan minuman beralkohol. Para ahli yakin, sepertiga dari seluruh kanker ada hubungannya dengan asap rokok.


Menurunkan kualitas sperma


Nikotin serta asap rokok mengeluarkan racun karsinogenik yang dapat menyebabkan beraneka macam gangguan kesehatan. Saat seseorang merokok, nikotin dalam asap akan terisap masuk ke paru-paru, kemudian ikut terserap oleh darah, dan selanjutnya akan menyebar ke seluruh tubuh.


Rokok bagaikan pabrik kimia. Tar merupakan kumpulan dari ribuan macam bahan kimia, di antaranya CO, nitrogen oksida, sianida, hidrogen, amonia, asetilen, benzaldehida, benzena, metanol, dll. yang bisa mengganggu kesehatan. Sebatang rokok mengandung 3 - 6% CO yang kalau masuk ke dalam peredaran darah akan mengurangi kemampuan hemoglobin darah untuk mengikat oksigen. Kadar CO dalam darah perokok berat bisa mencapai 5%. Tentu saja ini bisa menganggu kesehatan.


Penyakit yang dapat dipicu oleh rokok antara lain penyakit kanker (paru-paru, tenggorokan, pita suara, lambung), penyakit jantung koroner, bronkitis, emfisema (melebarnya gelembung paru-paru), tekanan darah tinggi yang bisa menyebabkan stroke, katarak, sinusitis. Bahkan belakangan ditekankan pula bahwa rokok bisa mengganggu pertumbuhan janin dan gangguan kesuburan pria maupun wanita.


"Bagaimana tidak," komentar Prof. dr. H. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D., Sp.And., spesialis andrologi dari FKUI. "Seseorang yang terus-menerus merokok selama bertahun-tahun, tentu saja darahnya akan tercemar oleh nikotin yang melalui pembuluh darah akan dibawa kemana-mana, termasuk ke organ reproduksi. Racun nikotin akan berpengaruh terhadap spermatogenesis atau terjadinya pembelahan sperma para pria. Padahal pembelahan itu sangatlah kompleks, yang kemudian bisa menjadi gen dari si pemilik sperma."


Padahal syarat untuk dapat membuahi sel telur, sperma harus berkualitas baik. Artinya, jumlahnya cukup, kualitas yang meliputi bentuk, gerakan, dan kecepatannya harus baik. "Sperma yang teler mustahil mampu membuahi sel telur yang sarangnya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat saja tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kuantitas dan kualitas sperma," tambah Arjatmo.


Menurut pengamatan para ahli, begitu seorang perokok berat yang spermanya kurang bagus berhenti merokok, kualitas bisa meningkat sejauh yang bersangkutan tidak mempunyai gangguan organik lain. "Namun, kecuali berhenti merokok, ia harus juga mengubah pola hidupnya. Kalau tetap kurang tidur, makan tidak teratur, atau badan terlalu capek, kualitas spermanya tidak akan membaik."


Menjadi faktor risiko DE


Kerugian secara seksual para perokok secara khusus disoroti oleh spesialis bedah urologi dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, dr. Akmal Taher, Sp.BU. "Perokok kronik umumnya memiliki sperma berkualitas jelek. Bahkan DNA para perokok pun kena pengaruhnya," kata Akmal Taher.


Menurut Akmal Taher, efek rokok tidak hanya pada kualitas dan kuantitas sperma, tetapi juga menjadi faktor risiko disfungsi seksual. Gangguan seksual pada pria terdiri atas gangguan libido, ereksi, ejakulasi, dan gangguan orgasme. Khusus pada perokok, gangguan disfungis ereksi (DE) sering terjadi. Penelitian bertahap sejak 1997 yang dilakukan Akmal Taher dkk. di RS. Cipto Mangunkusumo menunjukkan, rokok merupakan 16,8% faktor risiko pada DE. Artinya, dari sejumlah pria penderita DE yang diteliti, hampir seperlimanya disebabkan oleh kebiasaan merokok.


Bahwa zat-zat yang terkandung di dalam rokok berdampak negatif terhadap alat reproduksi pria pernah dibuktikan dalam sebuah percobaan dengan sampel manusia sekitar 10 tahun lalu di AS. Malahan, apabila si perokok juga mengidap gangguan penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kadar kolesterol tinggi, dan PJK, gangguan DE makin parah hingga 3 - 4 kalinya.


Percobaan juga pernah dilakukan pada binatang. Ketika terkena asap rokok yan g pekat dalam waktu singkat terjadi penyempitan pembuluh darah binatang itu. Namun, begitu asap rokok disingkirkan, pembuluh darah melebar kembali.


Kembali ke soal DE, kata Akmal, semakin berat gangguan DE, semakin sulit pula pemulihannya. Cara pengobatan yang kini lazim dipakai adalah, pertama-tama menghentikan kebiasaan merokok. Kemudian dicoba dengan arterialisasi atau semacam bedah by-pass dengan menambah pembuluh darah baru pada penis, diambilkan dari pembuluh darah pada bagian lain tubuh. "Namun, hasilnya tidak bisa seratus persen," tambah Akmal.


Cara lain, dengan obat atau suntikan yang dilakukan secara rutin. Ini pun menyaratkan dihentikannya rokok terlebih dahulu, dan kalau terdapat gangguan sampingan harus terus dipantau. Misalnya, tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar kolesterol terus dijaga agar tetap stabil.


Sepengetahuan Arjatmo, rokok lebih besar dampaknya pada kualitas sperma ketimbang pada DE. Guru besar andrologi ini berkesimpulan, impotensi kebanyakan terjadi akibat gangguan psikis seperti stress, fisik terlalu capek, hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan, atau punya pasangan lain di luar istri, juga penyakit degeneratif tertentu yang menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Kalau penyebabnya faktor psikis, dengan berhenti merokok saja tidak akan terobati, harus dilakukan pendekatan secara psikologis. Namun, banyak pasien yang tidak mau mengakui kalau penyebabnya faktor psikis. "Mereka langsung mencoba segala macam obat yang ternyata hanya menolong sementara.


Meracuni janin


Dampak negatif rokok terhadap janin juga tidak diragukan lagi. Secara logis bisa dipahami, bila pembelahan sel-sel mengalami gangguan karena nikotin yang masuk ke dalam darah, dengan sendirinya terhambat pula pertumbuhan janin. Akibatnya, bisa terjadi keguguran atau bayi lahir cacat seperti bibir sumbing, hidung pipih, atau berat badan kurang.


"Jangan lupa bahwa racun bisa masuk ke dalam tubuh perokok pasif," tegas Arjatmo. Karena, meski tidak merokok, mereka ikut menghisap asap sampingannya sehingga tidak lepas dari dampak buruknya. "Karena itulah, bila istri sedang hamil, jangan sekali-kali suami merokok di dalam kamar, mobil, atau ruangan tertutup lain. Salah satu asap rokok meracuni janin." Begitu pula setelah lahir, sebaiknya bayi dihindarkan dari asap rokok.


Hasil sebuah penelitian di Jepang menunjukkan, para istri dari pria perokok punya peluang terkena kanker 20 - 55% lebih tinggi daripada istri bukan perokok. Untuk mengurangi dampak buruk, para perokok pasif dianjurkan menyantap berbagai sayuran segar dan buah-buahan setiap hari, memasang penyaring udara di tempat kerja atau di rumah, juga menghiasi rumah dengan berbagai tanaman pot untuk mengeliminasi gas polutan.


Niat, faktor utama


Rokok memiliki kekuatan adiksi yang terbilang besar. Orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok, sulit untuk menghentikannya. Semakin lama seseorang kebiasaan merokok, sel-sel otak semakin terbiasa dengan paparan kadar nikotin tertentu. Sebab itu, bila suatu saat seorang perokok menghentikan kebiasaannya, pasti akan terasa tersiksa, baik fisik maupun mentalnya. Pada tahap ini, tentu keputusan tergantung pada si perokok sendiri, apakah beberapa waktu dapat menahan rasa tersiksa ataukah kembali merokok.


Banyak anjuran untuk menghentikan rokok. Banyak pula ajaran dari bekas pengidap ketergantungan pada rokok. Tak sedikit pula teori yang dipublikasikan. Ada yang menyarankan untuk berhenti secara bertahap, ada yang menyarankan untuk berhenti secara bertahap, ada yang melakukan substitusi alias mengganti keinginan mengisap rokok dengan dengan hal lain. Ada pula rangkuman aneka kiat yang dibukukan oleh organisasi kesehatan dunia WHO berjudul Leave the Pack Behind.


Tjandra Yoga Aditama, dokter spesialis paru-paru dari RS Persahabatan Jakarta pernah mengatakan, untuk menghentikan ketagihan secara psikologis, si perokok perlu mengubah kebiasaan. Misalnya, kalau biasa merokok setelah minum teh atau kopi, untuk mengurangi kebiasaan itu perlu mengganti teh atau kopi dengan air putih segar. Atau jam minumnya diganti. Kalau jam merokoknya tak menentu perlu diganti jadwal tetap, misalnya pukul 08.00, 12.00, 16.00. Sedapat mungkin diusahakan merokok hanya pada jam-jam tertentu. Atau bisa dengan cara menunda atau menahan keinginan merokok. Sebagai pengganti, bisa minum air putih atau berjalan-jalan ke luar. Mengurangi jumlah rokok secara bertahap pun menurut dr. Yoga cukup efektif. Misalnya, kalau sebelumnya 20 batang sehari, dibatasi menjadi 10 batang, dan seterusnya. Namun, ini sungguh membutuhkan kedisiplinan.


Repotnya, kebanyakan perokok bisa disiplin dalam banyak hal, tetapi tidak untuk berdisiplin dalam banyak hal, tetapi tidak untuk berdisiplin menahan keinginan merokok. Barangkali niat kuat adalah anjuran klise, namun para mantan nikotinis mendapat bukti, ya niat itulah kunci utama. Mereka menganalogikan proses penghentian kebiasaan merokok seperti mengemudikan mobil: mengerem habis tanpa melalui proses setahap demi setahap. Tapi sekali lagi, kuncinya adalah kata klise itu tadi: niat. Pertanyaannya sekarang, di manakah niat itu? Wahai para perokok, marilah kita bersama-sama mencari sang "niat". Sampai dapat.


Source: Majalah Intisari, no.458 - September 2001

Senin, 26 Maret 2012

Kelainan Genetik Tidak Selalu Penyakit Keturunan

SEJAK dahulu orang telah menyadari ada penyakit yang bisa diturunkan. Maka, dalam mencari pasangan hidup silsilah keluarga calon pasangan sering menjadi pertimbangan. Ada anggapan, jika bibit baik, turunannya juga baik. Demikian pula sebaliknya. Tapi, benarkah selalu begitu?


Menurut jenis penyakit dan pola pewarisannya, penyakit atau kelainan genetik dibedakan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kelainan gen tunggal (hanya satu atau tak ada gen yang terganggu), gangguan kromosom (biasanya berupa sindrom), dan kelainan multifaktorial.


Penyakit genetik lebih mudah muncul jika orang tua memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, karena lebih memungkinkan gen-gen abnormal terbawa oleh mereka (sebagai karier). Contoh, apabila ibu membawa pasangan gen Aa (A adalah gen dominan, a gen resesif) dan bapak juga membawa pasangan gen Aa, anak-anaknya kemungkinan membawa pasangan gen AA, Aa, aA, atau aa.


Pada kelainan genetik yang diturunkan secara resesif, misalnya talasemia, hanya anak yang memiliki pasangan gen resesif (aa) yang akan memperlihatkan kelainan klinis. Anak yang memiliki pasangan gen AA tidak membawa kelainan baik secara klinis maupun genetis. Anak yang memiliki pasangan gen Aa atau aA juga tidak memperlihatkan kelainan klinis tetapi dapat mewariskan gen a yang pembawa penyakit kepada anaknya kalau ia menikah dengan orang lain yang punya pasangan gen Aa.


Kemungkinan seseorang memiliki sepasang gen resesif sangat kecil, kecuali pada kerabat dekat. Maka, penyakit yang dibawa oleh gen a tadi akan lebih mungkin diturunkan jika terjadi perkawinan antar kerabat.


Selain diturunkan secara resesif, penyakit atau kelainan gen tunggal dapat diturunkan secara dominan. Misalnya, retinoblastoma (keganasan pada retina yang cukup berperan dalam meningkatkan angka kebutaan). Untungnya, gen-gen dominan yang menyebabkan penyakit berat jarang di jumpai.


Lain lagi tentang penyakit hemofilia A dan B, yang penderitanya hanya kaum lelaki. Gen pembawa penyakit ini terangkai pada kromosom X. Wanita memiliki kromosom sex XX, sedangkan pria memiliki kromosom seks XY. Kalau satu gen pada kromosom itu rusak atau tidak ada, gen pasangannya mungkin masih bisa menghasilkan protein sehingga biasanya secara klinis tak tampak ada kelainan.


Karena pria hanya memiliki satu kromosom X, jika kromosom itu membawa gen untuk penyakit hemofilia, pria itu akan menunjukkan gejala penyakit. Sebaliknya, kalau gen untuk hemofilia ada pada salah satu kromosom X wanita, ia tidak menderita sakit tetapi hanya berfungsi sebagai karier.


Kelainan gen tidak selalu terjadi pada satu gen saja. Gen-gen di dalam kromosom manusia begitu kompleks. Ada kemungkinan terjadi kesalahan di tingkat gen atau kromosom. Faktor penyebab kelainan genetik pun banyak. Proses pembelahan sel pada pembuahan juga merupakan suatu proses kompleks. Gangguan pada proses itu dapat menimbulkan kelainan genetik, tetapi pada tingkat kromosom.


Pada sindrom Down, misalnya, terjadi proses pembelahan sel tidak sempurna setelah pertemuan ovum dengan sperma. Namun kelainan ini tidak diturunkan. Sampai saat ini pun belum pernah ditemukan "gen sindrom Down". Artinya dari dua orang tua yang sehat bisa lahir anak yang menderita sindrom Down. Kita katakan anak itu menderita cacat (kelainan) bawaan.


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membuka peluang baru munculnya berbagai teori tentang sebab dan proses terjadinya penyakit. Banyak penyakit yang dulu di yakini semata-mata karena faktor dari luar tubuh, ternyata juga menyangkut masalah genetik. Hanya saja, seberapa besar faktor genetik dalam penyakit seperti diabetes mellitus, asma, skizofrenia, dan kanker belum dapat dipastikan peranannya.


Penyakit-penyakit itu digolongkan ke dalam kelainan multifaktorial. Penyebabnya tidak satu faktor semata. Dari sudut kemajuan ilmu genetika kelainan macam ini sangat menarik. Para ahli pun masih terus memburu gen-gen yang terkait dengan berbagai penyakit.


Jadi, larangan pernikahan antarkerabat sejalan dengan pemahaman dari sisi genetika. Namun penyakit (kelainan) genetik tidak selalu "penyakit keturunan", karena belum tentu diwariskan.


Source: Majalah Intisari, no.466 - Mei 2002

Jumat, 23 Maret 2012

Agar Selamat Dari Musibah Kapal Laut

Penumpang kapal motor sering kurang mengetahui tata cara penyelamatan bila terjadi musibah. Padahal pengetahuan dan keterampilan itu penting. Berikut sekilas tata cara penyelamatan di kapal motor penumpang (KMP) yang bisa amat vital di saat kritis.


MUNGKIN masih belum lepas dari ingatan kita, betapa ngerinya petaka yang menimpa penumpang KMP (Kapal Motor Penumpang) Tampomas II. Puluhan orang terpanggang di atas geladak kapal sebelum menyelamatkan diri, meskipun akhirnya banyak juga yang harus kehilangan nyawa. Itu baru sebuah contoh kasus. Masih banyak lagi kecelakaan kapal laut yang berbuntut jatuhnya banyak korban jiwa.


Maka pengetahuan dan ketrampilan penyelamatan menjadi penting bagi penumpang KMP. Dengan bekal itu anak buah kapal (ABK) terlatih, pemadam kebakaran, pelampung, sekoci bermotor, dan peralatan penyelamatan lainnya, yang selalu ada di dalam kapal motor penumpang, bisa difungsikan secara optimal. Bila terjadi kecelakaan, korban yang jatuh pun bisa ditekan serendah mungkin.


Jangan salah sekoci


Beberapa jenis kecelakaan yang biasa menimpa sebuah kapal motor penumpang di antaranya kebakaran, kebocoran, karam, diterpa badai atau gelombang ganas. Apabila kecelakaan itu tidak dapat ditanggulangi dan berpeluang besar menjadi musibah, nakhoda akan memerintahkan ABK dan penumpang segera meninggalkan kapal. Perintah itu dalam bentuk sandi bunyi seperti peluit sebanyak tujuh kali pendek-pendek dan disusul sekali panjang.


Bila peringatan itu terdengar, manula, ibu hamil, orang sakit, dan anak-anak akan mendapatkan prioritas pertama untuk diselamatkan oleh ABK. Penumpang yang tidak termasuk dalam kelompok itu bisa melakukan tindakan penyelamatan sendiri.


Yang pertama kali dilakukan adalah mengenakan pelampung dan menuju sekoci. Pelampung ini selalu tersedia di lemari yang diberi keterangan sebagai tempat pelampung. Langkah-langkah mengenakannya adalah sebagai berikut:


1. Pegang pelampung dengan lampu pelampung menghadap keluar. Ketika kita terapung-apung di laut, lampu ini bisa dinyalakan dengan menarik tali plastik jingganya, lalu dicelupkan ke dalam air laut. Sedangkan peluitnya bisa dibunyikan siang atau malam hari, untuk mempermudah tim SAR atau tim penolong mengetahui keberadaan kita.


2. Baca nomor stasiun sekoci atau rakit otomatis, tempat kita harus berada, pada bagian atas pelampung.


3. Buka tali pengikat pelampung hingga tergantung bebas.


4. Kalungkan pelampung ke leher melalui kepala.


5. Tarik agak kencang kedua talinya lalu ikat dengan sempurna agar pelampung tidak terlepas ketika kita terjun ke laut.


6. Setelah siap, pergi ke stasiun sekoci seperti tertera pada pelampung.


Selain sekoci bermotor, pada kapal motor penumpang selalu tersedia pula sekoci otomatis. Ketika belum digunakan, bentuknya seperti kapsul raksasa. Begitu jatuh di laut, bentuknya berubah menjadi seperti rumah terapung, lengkap dengan atapnya. Di sinilah penumpang kapal tinggal hingga datang pertolongan.


Selama terapung-apung di atas sekoci atau perahu penyelamat, penumpang tak perlu takut kelaparan. Di dalam laci-lacinya terdapat bahan makanan yang bisa dikonsumsi selama menunggu pertolongan. Jumlahnya tidak banyak, tapi cukup untuk menahan rasa lapar.


Penumpang juga tak perlu khawatir tidak ditemukan tim pencari dan penyelamat (SAR). Setiap kapal motor penumpang dilengkapi dengan alat yang secara otomatis akan memberitahukan posisi terakhir. Namanya emergency position indicating radio beacon (EPRB).


Ketika musibah terjadi, alat itu dilempar ABK ke laut dan talinya diikat di lambung kapal. Selain itu, seorang markonis (petugas radio komunikasi) akan berkomunikasi dengan kapal-kapal lain, stasiun pantai, tim SAR, dan lainnya.


Dengan dukungan EPRB dan markonis, pengetahuan dan keterampilan penyelamatan yang dimiliki penumpang, serta alat-alat penyelamat lainnya, penumpang dan ABK diharapkan bisa selamat saat terjadi musibah.


Source: Majalah Intisari, no.452 - Maret 2001

Kamis, 22 Maret 2012

Bertengkar Ada Seninya

DALAM hubungan antarmanusia, pertengkaran memang sulit dihindari. Bagaimanapun perlu diupayakan agar pertengkaran tidak membuat hubungan menjadi makin buruk, atau malah menimbulkan dendam.


Bertengkar pun ada seninya, setidaknya ada beberapa hal yang perlu dihindari:


1. Tidak menyerang pribadi


Usahakan membatasi pertengkaran hanya pada masalahnya. Bila melebar, apalagi melibatkan emosi, tidak jarang pelaku jadi kehilangan kendali. Misalnya, A berlibur dengan menginap di hotel, tetapi A ingin berkunjung ke sanak keluarga di luar kota. Tiba-tiba B mengatakan, "Kamu memang egois, hanya mengutamakan kepentingan sendiri!" Celakanya, A membalas, "Justru kamu yang tak suka lihat orang lain senang!" Mereka sudah melenceng dari persoalan utama.


2. Meributkan kesalahan masa lalu


Kalimat, "Gara-gara kamu dulu", "Seandainya kamu dulu tidak", "Inilah akibat dari kamu yang" hanya akan membongkar luka lama. Biasanya, orang yang dipersalahkan pun akan membela diri atau balas menyakiti. Maka, pertengkaran pun tidak akan ada hentinya.


3. Menggunakan kata-kata yang menusuk


Misalnya "Dasar goblok!", "Kampungan!", dan lain-lain. Hinaan semacam ini membuat orang memberikan dua reaksi, yakni mundur dengan perasaan terluka atau melawan dengan hinaan yang tak kalah tajam.


4. Menggunakan kata-kata "ekstrem"


Misalnya, "Kamu selalu begitu", "Kamu tidak pernah", atau "Kamu sama sekali" Kata-kata tersebut belum tentu sesuai dengan fakta, karena meniadakan hal-hal positif yang mungkin sudah dilakukan lawan bicara selama ini.


5. Menyalahgunakan rahasia 


Pada saat hubungan sedang tegang dan memuncak akibat pertengkaran, ada dorongan untuk menyerang titik-titik lemah lawan bicara yang biasanya berupa rahasia dan kelemahannya. Akibatnya, bukan hanya terluka, ia juga tak mau percaya lagi.


Source: Majalah Intisari, no.470 - September 2002

Mengapa Anak Terus Panas-Batuk-Pilek?

SEORANG bayi seharusnya jarang sakit, karena masih ditopang imunitas tinggi sewaktu dikandung atau menyusu ibunya. Penyakit sehari-hari seperti flu (yang ditandai panas-batuk-pilek), penyakit virus lain, atau bahkan infeksi kuman dapat ditolaknya. Sejak lama fakta ini telah disadari. Coba saja, bila bayi Anda tinggal serumah dengan seorang penderita campak, maka biasanya ia tidak akan gampang tertular.


Namun nyatanya, banyak anak dan bayi menjadi pelanggan dokter setiap 2 - 3 minggu karena penyakit yang sama: bolak-balik demam, batuk, dan pilek. Tentu banyak orang tua bosan.


Pencetus penyakit pada anak memang sulit ditentukan, karena dapat bermacam-macam, misalnya lingkungan kurang sehat, polusi tinggi, dan ada perokok di rumah. Penggunaan penyejuk udara (AC) di malam hari bisa menimbulkan alergi suhu dingin, membuat hidung anak mampet, sehingga ia bernapas lewat mulut. Kipas angin dipasang di kamar tidur yang lalu meniup debu ke segala penjuru kamar. Belum lagi penularan virus di sekolah dan tempat ramai seperti mal. Juga perawat yang sedang batuk-pilek. Tak langka pula kejadian sakit gara-gara anak mengonsumsi makanan ringan tidak sehat yang membuat tenggorokan tergelitik.


Batuk-pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun. Bila ini terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya.


Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk-pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Selain mubazir, pemberian antibiotik kadang-kadang justru menimbulkan efek sampingan berbahaya. Kalau dikatakan akan mempercepat penyembuhan pun tidak, karena penyakit virus memang bakal sembuh dalam beberapa hari, dengan atau tanpa antibiotik. Hal ini telah dibuktikan dengan studi terkontrol berulang kali sejak ditemukannya antibiotik di tahun 1950 - 1960-an. Hasilnya selalu sama sehingga tidak perlu diragukan lagi kebenarannya.


Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya, anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi. Orang tuanya lalu langsung membeli antibiotik di apotek atau pasar, hanya karena setiap kali ke dokter mereka diberi obat tersebut.


Lingkaran setan ini: sakit - antibiotik - imunitas menurun - sakit lagi, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun. Komplikasi juga sering akan terjadi, yang akhirnya membawa anak itu ke kamar perawatan di rumah sakit.


Pengalaman menunjukkan, bila antibiotik dicoret dari resep (sementara obat batuk-pilek yang adekuat diberikan), setelah 1 - 3 bulan si anak tidak gampang terserang penyakit flu lagi. Pertumbuhan badannya pun menjadi lebih baik.


Salah kaprah kedua ialah gejala batuk-pilek yang tidak di obati secara benar; artinya siasat pengobatan perlu diubah. Ini lantaran obat jadi yang dijual di apotek tidak selalu dapat mengatasi masalah setiap penderita. Bahkan sering terjadi, batuk-pilek malah menjadi lebih parah dan berkepanjangan.


Suatu perubahan dalam resep yang mendasar dan individual, perlu dilakukan untuk memutus lingkaran setan panas-batuk-pilek ini. Yang utama ialah menghentikan antibiotik, tidak memberikan kortikosteroid secara terus-menerus, menghentikan pemberian obat penekan batuk dan menggantinya dengan bronkodilator, serta memberikan campuran obat pilek yang baru. Efedrin dosis kecil - dicampur dengan antihistamin yang efektif - merupakan obat pilek terbaik. Semua obat yang ternyata tidak terbukti efektif perlu dihentikan.


Terakhir, yang tidak kalah penting, carilah faktor pencetus yang dicantumkan di awal tulisan ini. Bila ditemukan, hindarilah. Selamat mencoba. Semoga anak Anda tidak perlu lagi begitu sering berobat karena flu!


Source: Majalah Intisari, no.470 - September 2002

Senin, 19 Maret 2012

Kotoran Cacing Selamatkan Bumi

ALAM sebenarnya punya "sistem daur ulang biologis" yang menjaga keselamatan bumi dan kesuburan tanah. Terbukti, bila sistem daur ulang berlangsung total - seluruh sisa organik dikomposkan dan dikembalikan ke tanah, tidak saja kesuburan tanah dapat dipertahankan, produktivitasnya pun meningkat.


Lewat proses daur ulang, sisa organik dari hewan, manusia dan tumbuhan (bangkai, tinja, urine dan residu lainnya) yang jatuh ke tanah menjadi sumber energi bagi organisme tanah. Berangsur-angsur dilepaskanlah zat hara, terakhir dihasilkan humus - pupuk ciptaan alam dilepaskanlah zat hara, terakhir di hasilkan humus - pupuk ciptaan alam pembangun kesuburan tanah. Manusia lalu meniru proses alam itu untuk menghasilkan bahan serupa yakni kompos.


Sampai kini, sistem pertanian masih diandalkan meski jelas-jelas menguras bahan organik tanah. Tanah pun makin kurus, sehingga membutuhkan pupuk kimia makin banyak lagi untuk menghasilkan output produksi yang sama. Belum lagi dampaknya terhadap keseimbangan ekosistem biologis. Timbul ledakan-ledakan serangan hama penyakit yang sebelumnya jarang terjadi.


Kelemahan sistem pertanian kimia ini harusnya menyadarkan kita untuk kembali ke alam dengan sistem pertanian organik yang tanpa/sedikit menggunakan bahan kimia sintetis. Salah satu alternatif yang bisa dicoba adalah memanfaatkan cacing tanah, yang ternyata merupakan pembangun kesuburan yang sempurna di alam. Mereka hidup dalam lapisan tanah atas (top soil) setebal 30 - 40 cm. Kotorannya (casting) jauh lebih subur daripada humus lain.


Secara naluri mereka terus-menerus membuat liang yang menjadikan top soil gembur, berstruktur remah, stabil, dan kaya dengan kotoran cacing. Humus bentukan mikoorganisme tanah bercampur dengan kotoran cacing menjadi "vermi kompos". Penelitian membuktikan, dengan pupuk vermi kompos, produktivitas tanaman 36% lebih tinggi daripada yang dipupuk dengan kompos biasa.


Casting, selain memiliki hara lengkap dan tinggi, juga kaya enzim, hormon, dan mikroorganisme bermanfaat. Berkat kotoran cacing tanah ini, kegiatan mikrobiotik tanah ditingkatkan, sirkulasi unsur silikat (Si) terdorong sampai terserap tanaman. Padahal menurut V.T. Vernadski, seorang ahli dari Rusia, tak ada organisme yang hidup tanpa unsur Si. Kadar Si cukup dalam tanaman akan meningkatkan resistensi dan produktivitas tanaman itu.


Salah satu negara yang telah memetik hikmah cacing tanah adalah Cuba. Negara ini tertimpa krisis pertanian gara-gara embargo. Untuk menanggulangi ketergantungan pada pupuk kimia impor, para ahli pertaniannya kemudian mengembangkan paket teknologi vermi kompos (vermi culture). Program yang dimulai pada 1988 dengan modal dua kotak kecil cacing merah Eisena fetida dan Lumbricus rubellus ini, hingga 1992 telah melahirkan 172 pusat vermi culture dengan produksi total 93.000 ton vermi kompos. Sejak itu, impor pupuk kimia Cuba berkurang 80%. Mereka pun menemukan dosis vermi kompos untuk tanaman pangan, 4 ton/ha.


Programnya sendiri sederhana tapi efektif dengan pokok-pokok garapan sebagai berikut:


1. Kotoran sapi dikomposkan secara aerobik selama kurang lebih 30 hari.


2. Dibuat bedding (landasan) dari bahan kotoran ternak, blotong (limbah pabrik gula), kulit kopi, kompos sampah daun, dll. Ketebalan bedding kurang lebih 20 cm, lebar kurang lebih 150 cm, dan panjangnya tergantung ketersediaan bahan. Pilih lokasi terlindung.


3. Bedding dicampur tanah, dan bibit cacing ditebarkan di atasnya.


4. Gunakan sistem sprinkler untuk menjaga kelembapan.


5. Untuk pakan cacing diberikan periodik (1 - 2 minggu).


6. Kompos pakan cacing diberikan periodik (1 - 2 minggu).


7. Demikian seterusnya sampai timbunan kompos mencapai ketinggian kurang lebih 100 cm (krg lbh 90 hari), dan siap di panen.


8. Cacing terkonsentrasi pada lapisan teratas setebal krg lebih 10 cm. Lapisan ini dipisahkan untuk bibit.


9. Vermi kompos yang terkumpul di lapisan bawah dipanen, disaring, dimasukan kantong, dan siap dijual. Atau, langsung ditebar di kebun.


Cacing yang tidak dipakai untuk bibit bisa dikeringkan, dan diolah untuk pakan ternak. Kandungannya yang 75% protein, sedikit lemak, dan mudah dicerna cocok untuk suplemen protein bagi ternak.


Mari selamatkan bumi kita lewat program vermi culture dan pertanian organik!


Source: Majalah Intisari, no.468 - Juli 2002

Manfaat Sering Konsumsi Tempe

PERUBAHAN gaya hidup yang dialami atau dilakukan banyak orang pada saat ini, membawa pula perubahan pada pola makan. Banyak di antaranya yang memilih, bahkan meyukai junk food. Akibatnya, mereka mengalami defisiensi zat gizi atau non-gizi tertentu, termasuk serat. Para industriawan menangkap fenomena ini sebagai peluang. Maka, lahirlah berbagai suplemen makanan yang kandungan utamanya serat.


Sebenarnya, tidak ada yang salah pada supplemen serat. Yang salah apabila makanan tambahan itu dianggap bisa sepenuhnya menggantikan serat dari makanan sehari-hari. Mengapa?


Makanan umumnya terdiri atas zat gizi (nutrien) dan zat-zat lain (non-nutrien). Serat termasuk dalam komponen non-nutrien.


Kandungan serat yang tinggi dalam makanan sehari-hari, menurut berbagai penelitian, memberikan banyak manfaat utamanya dalam menurunkan risiko terhadap penyakit jantung koroner, diabetes melitus (DM), obesitas, dan keganasan usus besar (kanker kolon).


Serat makanan (dietary fiber) merupakan unsur dari dinding sel tanaman dalam makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim saluran pencernaan. Berdasarkan sifat kimianya, serat makanan dibedakan atas serat larut dan serat tidak larut. Termasuk dalam kelompok serat tidak larut adalah lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Wortel, gandum, dan buah yang bijinya dapat dimakan seperti arbei, merupakan sumber lignin. Bahan makanan berselulosa realtif tinggi meliputi tepung gandum, kacang polong, root vegetables, apel, dan buah-buahan berbiji. Sedangkan bahan makanan yang tinggi kadar hemiselulosanya antara lain bekatul, serelia, dan oatmels.


Di dalam kolon, selulosa, hemiselulosa, dan lignin menyerap air sehingga volume tinja menjadi lebih besar. Mereka juga mempersingkat waktu antara masuknya makanan dan dikeluarkannya sebagai tinja. Hasilnya, kontak antara zat-zat iritatif dengan mukosa kolorektal (usus besar) menjadi singkat, sehingga mencegah timbulnya penyakit di kolong dan rektum. Hal itu dapat menerangkan kegunaan serat makanan dalam mencegah timbulnya karsinoma atau keganasan kolorektal..


Lalu, apa saja yang termasuk dalam kelompok serat larut (soluble fiber)? Jawabannya, pektin, psilium, gum, musilago, dan B-glukan.


Hasil penelitian memperlihatkan, diet tinggi serat larut dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Selain itu, serat larut juga dapat memperbaiki metabolisme karbohidrat. Penelitian juga memperlihatkan, penambahan serat larut pada diet penderita DM dapat menurunkan kadar gula darah.


Bahan makanan sumber serat larut antara lain apel, jeruk (citrus fruits), bekatul (oatbran), gandum (oatmeal), rumput laut, serta kacang polong macam kadang kedelai, kacang merah, kacang kapri, kacang hijau, dan kacang tolo.


Rekomendasi asupan serat makanan yang dianjurkan 20  30 g per hari untuk orang dewasa, sekitar 6 g berasal dari serat larut.


Bila membiasakan diri dengan pola makan beraneka ragam, kebutuhan serat akan dapat terpenuhi. Beras atau penukarnya, kacang polong, buah, dan sayur merupakan sumber serat. Ada keuntungan jika mengonsumsi makanan alami sumber serat. Buah dan sayur misalnya, selain sumber serat, juga merupakan sumber beta-karoten dan vitamin C, yang merupakan antioksidan. Antioksidan sendiri menurunkan risiko terhadap berbagai penyakit degeneratif.


Tempe umpamanya. Selain sebagai sumber larut dan tidak larut (100 g mengandung serat 7,2 g) juga merupakan sumber asam lemak tidak jenuh tunggal dan ganda, yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Selain itu, tempe juga mengandung isoflavon yang akhir-akhir ini dikaitkan dengan fungsinya menurunkan risiko terjadinya osteoporosis (keropos tulang).


Jadi, sebaiknya tetaplah bertahan pada diet sehat dan seimbang yang kaya serat dari buah, sayur, dan sumber serat lainnya. Dengan diet itu banyak penyakit bisa di cegah. Suplemen serat diperlukan hanya bila kita kekurangan serat dari makanan sehari-hari.


Source: Majalah Intisari, no.468 - Juli 2002

Mengusir Kelelahan Saat Bekerja

KETIKA bekerja sering kita mengalami kelelahan, baik bersifat fisik maupun psikologis. Dalam keadaan seperti itu, produktivitas bisa menurun. 


Nah, untuk mengusir rasa lelah tersebut beberapa siasat berikut bisa dicoba:


1. Bersikap positif terhadap pekerjaan. 


Dalam bekerja hendaknya tetap memelihara antusiasme. Senangi apa yang Anda kerjakan dan kerjakan apa yang Anda senangi.


2. Bersantai sejenak.


Gunakan waktu istirahat untuk rileks dan bersantai. Lakukan olah napas dengan menarik napas dalam-dalam untuk beberapa saat. Ini akan meningkatkan tenaga dan konsentrasi saat bekerja.


3. Nikmati humor dan tertawa.


Bisa dengan membaca buku tentang humor atau anekdot, bisa pula berkelakar bersama teman-teman sekerja. Humor dan tertawa dapat membangkitkan tenaga dan kebugaran. Akan lebih mudah menghadapi pekerjaan dengan senyum ketimbang dengan gerutu.


4. Bekerja secara sistematis.


Buatlah skala prioritas terhadap pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan. Ini akan membuat Anda tidak terburu-buru dalam bekerja.


5. Banyak minum air putih.


Air putih dapat menimbulkan kesegaran dan memperlancar metabolisme tubuh.


6. Lakukan aktivitas fisik.


Untuk mengendorkan otot-otot yang mulai kaku, lakukan gerak badan atau senam ringan, di dalam atau di luar ruang kerja. Bila kantor Anda bertingkat, untuk naik-turun pilihlah menggunakan tangga ketimbang lift.


Source: Majalah Intisari, no.468 - Juli 2002

Jumat, 16 Maret 2012

SINGAWALANG, Si Tangguh Melawan TBC

TBC kini harus kembali di waspadai. Ia sudah menjangkiti dan menyebabkan kematian banyak orang. Tapi tak perlu cemas. Dengan daun singawalang ternyata penyakit menahun ini bisa ditaklukkan.

DIAM-DIAM penyakit menular yang satu ini sangat mengerikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan penderitanya di Indonesia mencapai 583.000 orang dan ada kecenderungan bertambah 262.000 orang lagi di masa mendatang. Yang menyedihkan, seperti dikutip Kompas, 16 September 2001, setiap tahun sekitar 140.000 penderitanya meninggal. Itu artinya, setiap empat menit seorang penduduk Indonesia meninggal karena menderita penyakit ini. Bahkan di sebutkan, dalam setahun seorang penderita menulari 10 orang lainnya. Itulah penyakit tuberculosis (TBC). Kalau perkiraan WHO di atas benar, maka dalam tahun berikutnya akan ada 5.830.000 penderita!

Bila keadaan ini tidak segera di tangani, akan banyak nyawa melayang. Selama ini tindakan pencegahan yang populer di masyarakat adalah vaksinasi BCG pada balita.

Namun, masih ada "lubang" yang memungkinkan penyakit ini lolos. Kalau suda berjangkit, pengobatannya lebih sulit lagi. Ada prasyarat yang mesti dipenuhi, yakni tersedianya obat (perlu cukup uang), disiplin, dan sabar dalam menjalani pengobatan. Sayangnya, meski obat mampu disediakan toh dengan pertimbangan tertentu masih ada orang yang ragu menjalani pengobatan. Antara lain dengan alasan ngeri terhadap kemungkinan efek sampingan obat yang harus diminum tak kurang dari enam bulan. Karenanya, pengobatan alternatif dari bahan alami pun di coba. Salah satu tanaman yang disebut-sebut bisa mengobati penyakit satu ini adalah singawalang (Petivera alliacea).

Populer di Haiti

Singawalang merupakan salah satu tanaman dalam famili Phytolaccaceae (gandola-gandolaan). Sebagai tanaman introduksi, singawalang masuk ke Indonesia melalui India. Ternak kecil berbentuk semak-semak merunduk ini tingginya bisa mencapai 1 m. Berdaun jorong dengan panjang 6 - 19 cm, meruncing atau lancip, tajam lampai, dan tak bertajuk. Buahnya longkah berbentuk garis seperti taji sepanjang 6 mm.


Singawalang dapat tumbuh subur di kebun-kebun di daerah panas. Ciri khasnya, berbau seperti marga bawang (Allium). Ia dapat memberi bau tak enak pada susu dan daging dari ternak yang memakan daunnya.


Karena berkhasiat obat, pada 10 April 1993, presiden RI ketika itu, Soeharto menjulukinya daun tangguh. Budidayanya pun telah berhasil dilakukan untuk diambil daunnya sebagai bahan obat kanker.


Berdasarkan pengamatan lapangan maupun studi etnobotani di salah satu kampung di Bogor, di ketahui tanaman singawalang sudah lama di gunakan masyarakat secara turun-temurun sebagai obat tradisional penderita muntah darah (pneumonia) akibat penyakit TBC. Pengobatan tradisional ini juga banyak membantu penderita di sebagian belahan dunia. Upaya penelitian pun dilakukan dalam bidang etnobotani maupun farmakologi terhadap singawalang.


Di daerah asalnya, yakni Amerika tropis, singawalang digunakan sebagai obat insektisida dan obat batuk rejan secara tradisional. Oleh penduduk setempat tanaman ini juga digunakan sebagai obat minum peluruh kencing (diuretik), peluruh daha (ekspektoran), peluruh keringat (sudorifik), peluruh cacing (vermifuga), pereda kekejangan (antipasmodik) dan obat bagi penderita penyakti saraf.


Di Haiti, daun dan akarnya yang ditumbuk digunakan sebagai obat isap bagi penderita radang sakit kepala sebelah (migren). Serbuk daunnya dimanfaatkan pula sebagai bahan obat cuci mulut pasien yang sakit gigi. Sementara masyarakat Dominika memanfaatkan air rebusan akar singawalang untuk mengobati penyakit rematik dan radang paru-paru (pneumonia) (Weniger B., 1988).


Penelitian terhadap khasiat singawalang juga dilakukan dalam proyek penelitian yang disebut TRAMIL. Penelitian ini melibatkan berbagai disiplin ilmu, macam etnologi, botani, fitokimia, farmasi, kedokteran dan masyarakat umum. Tujuannya, mengkaji lebih mendalam pengobatan tradisional yang bersifat populer, termasuk dengan ramuan tanaman singawalang. di Haiti, Republik Dominika, dan negara lainnya di kawasan Karibia.


Menurut Weniger G., dkk. dalam Elements For A Caribean Pharmacopeia (1988), berdasarkan hasil analisis kimia di dalam tanaman singawalang terkandung senyawa triterpenes jenis isoarbinol, asetat, cinnamate isoarbinol, dan coumarin. Akar dan batangnya mengandung bahan jadian sulfur, benzthydroxyethyltrisulfide, tritholaniacien, benzenic, bensaldehyde, dan benzoic acid.


Banyak manfaatnya, tapi sedikit beracun


Dari hasil uji coba pada hewan tikus di laboratorium Universitas Illinois, Chicago, diketahui tanaman singawalang memiliki aktivitas antiradang (inflamantori), karena dengan segera menyalurkan nanah akibat radang. Ia juga mampu bertindak sebagai pereda sakit akibat timbunan asam asetat dalam selaput perut tikus.


Tes perlakuannya di mulai dari rebusan daun kering singawalang dengan dosis tepat disesuaikan dengan bobot tikus. Hasil pengamatan yang dilakukan, ternyata dengan dosis 6.25 g/kg bobot badan singawalang mengalami timbunan cairan dan gas dalam jaringan (edema) pada kaki tikus. Pada dosis 10 g/kg terjadi pengurangan asam asetat yang mengakibatkan menggeliatnya tikus-tikus tersebut, tetapi terdapat gejala keracunan setelah pengamatan selama tujuh hari berturut-turut.


Dari pengamatan in vitro, diketahui senyawa aktif singawalang mampu melawan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginiosa, dan jamur Hsitoplasma capsulatum. Atas dasar itu, senyawa ini dapat digunakan sebagai bahan obat antibakteri maupun antijamur. Namun, dalam ekstrak encer, ia tidak menunjukkan pengaruhnya.


Senyawa tadi juga merangsang aktivitas darah putih (phagocitytic) di sistem limpa, butiran getah bening, tulang belakang, dan hati (reticuloendothelial system) dalam membunuh kuman-kuman dan unsur-unsur asing lainnya. Sebaliknya, ia tidak aktif sebagai antitumor. Hasil itu di peroleh dari uji coba dengan dosis 360 mg/kg terhadap 100 ekor tikus, yang pada akhirnya separuh jumlah tikus tadi mati (LD50).


Berdasarkan analisis dan uji coba tersebut diperoleh gambaran, tanaman obat singawalang sedikit beracun. Namun, bila dimanfaatkan dengan hati-hati ia dapat digunakan sebagai bahan obat radang sakit kepala sebelah (migren) dan obat kumur untuk penderita sakit gigi. Sedangkan berdasarkan aktivitas biologi, singawalang dapat digunakan sebagai obat rematik, radang paru-paru (pneumonia), dan kembung.


Berdasarkan pengalaman, setelah pengobatan selama seminggu penderita mulai merasakan tanda-tanda kesembuhan. Meski begitu sebaiknya penderita tetap memeriksakan diri ke dokter. Jika dari hasil diagnosis ia dinyatakan sembuh, lanjutkan pengobatan pencegahan dengan mengurangi hari minum menjadi tiga hari dalam seminggu. Hentikan pengobatan bila terasa sembuh betul.


TBC BISA PULA MENYERANG GINJAL


SEBAGAI penyakit infeksi menahun, TBC dapat menular melalui berbagai cara. Di antaranya lewat udara pernapasan atau dahak penderita TBC aktif yang batuk. Pada ibu hamil penderita TBC, penularannya ke bayi melalui plasenta, sehingga bayi yang dilahirkan akan menderita TBC kongenital (sejak lahir).


Salah satu penyebab penyakit ini adalah jenis Mycobacterium tuberculosis hominis. Mycobacterium tuberculosis bovin, yang biasa berjangkit pada hewan juga dapat ditularkan melalui air susu sapi mentah. Mycobacterium tuberculosis avium pada burung kadang-kadang diketahui pula menyerang manusia.


Bakteri penyebab TBC awalnya ditemukan pada 1882 oleh ahli bakteri Jerman, Robert Koch. Bentuknya panjang seperti tubercle bacillus (bakteri berbentuk seperti kapsul). Sinar matahari langsung dapat membunuh basil penyebab TBC dalam beberapa menit. Sebaliknya, basil dapat bertahan hidup dengan cara berlindung pada air liur dan nanah lebih lama. Bahkan, di dalam kondisi gelap dan tempat sejuk ia bisa hidup beberapa bulan.


Menurut D.G. Cooley dalam Family Medical Guide, faktor yang memudahkan timbulnya penyakit TBC pada manusia umumnya berhubungan dengan keadaan ekonomi yang serba kurang, perumahan kurang sehat dengan penghuni terlalu padat, makanan kurang bergizi, dan penyakit infeksi berulang.


Sebagai penyakit sistemik, TBC dapat menyerang semua alat tubuh. Umpamanya paru-paru, susunan saraf pusat, ginjal, tulang, sendi, dsb. Namun,  penyakit ini paling sering menyerang paru-paru.


Gejala klinisnya sangat bervariasi dan tergantung pada luasnya, lamanya dan jenis alat tubuh yang sakit. Gejala umum biasanya demam, batuk, batuk darah (pneumonia), kelemahan, tidak nafsu makan, bobot badan merosot, kurang darah (anemia), dsb. Gejala khusus bila infeksi mengenai alat tubuh di luar paru-paru, semisal perubahan cairan otak, kejang, dan menurunnya kesadaran akibat TBC pada susunan saraf pusat, atau kencing darah akibat TBC pada ginjal.


DOSIS PEMAKAIAN

UNTUK pengobatan diperlukan sebanyak lima lembar daun singawalang yang telah di cuci bersih. Tumbuk halus sampai seperti bubur, Hasilnya diseduh dengan setengah gelas air panas, bubuhi garam dan gula merah secukupnya. Lalu, diaduk sampai bahan-bahan itu larut. Akhirnya, saring dengan saringan teh untuk mendapatkan sarinya. Setelah dingin baru di minum. Dalam sehari minum dua kali.


Source: Majalah Intisari, no.459 - Oktober 2001

Kamis, 15 Maret 2012

Takut Makan Telur Karena Kolesterolnya yang Tinggi

Telur merupakan makanan hewani yang banyak keunggulannya. Harganya relatif murah, praktis memasaknya, lezat rasanya, sempurna pula gizinya. Namun, karena kadar kolesterol yang tersimpan dalam bagian kuningnya lumayan tinggi, belakangan mulai muncul ketakutan makan telur. Jadi, patutkah kita menjauhi telur? Hasil-hasil penelitian di manca negara ini barangkali dapat dijadikan cermin.



GARA-GARA bagian kuningnya kaya kolesterol, belakangan telur makin di pojokkan dan dicurigai sebagai provokator serangan stroke dan penyakit jantung koroner (PJK). Sampai-sampai muncul istilah "koles-telur-fobia": takut makan telur.


Padahal telur itu sumber gizi hewani murah yang lengkap gizi: mengandung 13 vitamin esensial serta mineral dengan protein bermutu tinggi. Nilai energinya pun hanya 75 kalori per butirnya. Rasanya, tak ada makanan hewani lain yang bisa dimasak sepraktis telur, dengan rasa yang begitu lezat. Melihat "kebaikannya" itu, kita jadi bertanya-tanya, apa betul telur memang provokator PJK? Bagaimana sih duduk perkaranya?


Didakwa menaikkan kolesterol


Kolesterol merupakan bagian dari lipid, yang secara gampang sering disebut lemak tubuh. Di dalam tubuh, kolesterol merupakan bagian dari membran sel dan myelin (pelindung serat saraf), khususnya saraf otak. Tak kurang dari 11 persen berat otak adalah kolesterol.


Ia juga memegang peranan penting dalam pembentukan hormon seks, vitamin D, dan asam empedu yang diperlukan untuk menerima lemak makanan. Meningkatnya kekebalan tubuh antara lain karena jasanya pula, lewat kerja membentuk sel darah putih.


Jadi, secara alami kolesterol memang sudah terdapat dalam tubuh. Kadar normalnya 15 - 250 mg/dl. Belum pernah ada laporan tentang timbulnya defisiensi kolesterol. Sebaliknya, sudah mulai banyak yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterolemia) lantaran kadar kolesterol darahnya melebihi 250 mg/dl. Belum pernah ada laporan tentang timbulnya defisiensi kolesterol. Sebaliknya, sudah mulai banyak yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterolemia) lantaran kadar kolesterol darahnya melebihi 250 mg/dl.


Selama beberapa dasawarsa sejak 1960-an, telur menjadi lauk sarapan favorit di Amerika Serikat. Bersamaan dengan itu, muncul kesimpulan sejumlah penelitian yang menyebutkan adanya peningkatan drastis prevalensi (angka kejadian) penderita penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) akibat menumpuknya kerak lemak pada dinding pembuluh. Karena makanan telur sekarang jadi tren kala itu, jadilah telur didakwa sebagai biang keroknya.


Maklumlah kalau ia di curigai sebab sebutir telur (70 g) mengandung 213 mg kolesterol. Padahal menurut American Heart Association dan US National Institute of Health, asupan kolesterol yang aman tidak lebih dari 300 mg per orang per hari. Berarti sebutir telur sudah menjejalkan dua pertiganya. Bagi penderita hiperkolesterolemia, kolesterol sebutir telur itu berlebihan. Soalnya, mereka tidak diperbolehkan mengkonsumsi kolesterol melebihi 200 mg per hari.


Jika konsentrasi kolesterol dalam darah berlebihan, maka protein tertentu, yakni apo protein B, akan pontang-panting mengangkutnya dalam ikatan lipoprotein, untuk di amankan ke dalam hati. Berjejalnya jumlah kolesterol itu membuat protein dalam ikatan lipoprotein mesti mengalah dan mengurangi kepadatannya guna memberi tempat pada lemak. Karena itu, ikatannya disebut lipoprotein kepadatan (berat jenis) rendah (low density lipoprotein, LDL).


Ibarat sebuah truk yang memuat dua kelompok berbeda, maka kelompok mayoritas biasanya akan mendominasi. Begitu pun dengan kolesterol, jumlahnya yang melimpah dan wataknya yang cenderung destruktif menutupi sifat baik dari protein. Tak heran jika ikatan LDL tadi lalu dikenal sebagai "kolesterol jahat".


Kalau jumlahnya berlebihan, LDL yang kelayapan dalam darah akan mondok di mana-mana di sepanjang dinding pembuluh darah, membentuk kerak lemak. Akibatnya, pembuluh darah menebal dan mengeras, hilang pula kelenturannya. Makin lama kerak lemak akan makin menggunung sehingga lubang pembuluh darah menjadi makin sempit.


Lantaran jalannya menyempit, debit pengiriman oksigen menuju otak dan jantung jadi terganggu. Kalau sampai pasokannya ke otak sempat terhenti, terjadilah stroke, kelumpuhan saraf otak. Lebih gawat lagi jika kemacetan sampai mengganggu pasokan oksigen menuju jantung, bisa-bisa jantung mogok. Syukurlah kalau mogoknya itu tidak untuk selama-lamanya.


Hiperkolesterolemia diyakini para ahli "dunia lama" sebagai akibat konsumsi kolesterol berlebihan. Padahal kolesterol bukanlah zat essensial yang harus dipasok dari luar karena bisa dibuat sendiri di dalam hati. Berapa pun jumlah kolesterol yang diperlukan, tubuh sanggup memenuhinya sendiri, karena hati mampu menghasilkan 2.000 - 3.000 mg kolesterol per hari.


Kalau tubuh bisa memenuhi sendiri kebutuhan kolesterolnya, mengapa kita perlu makan telur yang notabene kaya kolesterol? Apalagi asupan kolesterol justru bikin runyam kesehatan. Inilah yang menimbulkan "koles-telur-fobia", ketakutan makan telur dengan pertimbangan takut akan munculnya kemungkinan dampak buruk kandungan kolesterolnya.


Fakta tentang telur


Mengapa makan telur itu sehat?
Telur merupakan bahan makanan hewani yang harganya relatif murah, praktis dan mudah disiapkan serta lezat rasanya. Selain itu telur mengandung cukup mineral dan semua vitamin, kecuali vitamin C. Komposisi asam aminonya nyaris sempurna, begitu pun daya cerna dan daya serapnya, hanya terkalahkan oleh air susu ibu (ASI). Kalau ASI, daya cernanya 100%, telur 93%. Sementara bahan makanan hewani lainnya jauh di bawahnya, seperti susu sapi (84,5%), ikan (76%), daging sapi (74,3%).


Kolesterol pada telur hanya terdapat dalam bagian kuningnya, sama sekali tidak dalam bagian putihnya. Uniknya, hampir semua kandungan gizi telur justru tersimpan dalam bagian kuningnya yang berkolesterol itu. Hanya beberapa vitamin B-kompleks, seperti riboflavin (B2) dan niasin (B3), serta natrium yang kadarnya sedikit lebih tinggi dalam putihnya telur.


Masalahnya sekarang, mungkinkah memanfaatkan gizi telur tanpa memungut dampak buruk kolesterolnya?


Sebagian pakar menganggap, tudingan kolesterol telur dapat memicu serangan PJK terlalu dibesar-besarkan, sekalipun bukan berarti tidak ada efeknya sama sekali terhadap kenaikan kolesterol darah. Hasil penelitian Harvard School of Public Health terhadap lebih dari 100.000 penduduk AS yang sehat menyebutkan, responsivitas setiap individu terhadap asupan kolesterol telur berbeda-beda.


Hanya sepertiga responden yang kolesterol darahnya meningkat setelah makan satu butir telur per hari. Itu pun kenaikannya cuma 3 mg/dl, tidak cukup berarti dibandingkan dengan asupan 213 mg/dl kolesterol yang berasal dari sebutir telur. Bahkan sebagian kecil di antara responden makan dua butir atau lebih setiap hari.



Pertanyaannya kemudian, mengapa konsumsi telurd tidak otomatis meningkatkan kadar? Tim Harvard menemukan adanya sejumlah zat gizi dalam telur - antara lain zat antioksidan, asam folat, dan komponen vitamin B lain - yang bersifat counter balance terhadap naiknya kadar kolesterol darah (Journal of the American Medical Association, 21 April 1999).


Selain zat-zat tadi, sifat meredam kenaikan kadar kolesterol darah juga terdapat dalam lemak telur. Dari 5 g kandungan lemak totalnya, lebih dari separuhnya merupakan lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap tunggal. Lemak tak jenuh tunggal, yang menyokong kadar "kolesterol baik" (high density lipoprotein, HDL), ini justru bersifat antiaterosklerosis - mencegah penyempitan pembuluh darah dan bersahabat dengan jantung.


Sebagai pembanding, tim Harvard juga melakukan penelitian efek lemak lain terhadap kenaikan kadar kolesterol darah. Hasilnya, dibandingkan dengan konsumsi makanan berkolesterol, makanan mengandung lemak jenuh dan lemak trans sebenarnya lebih berpotensi memicu hiperkolesterolemia, yang berujung pada meningkatnya risiko terserang stroke dan PJK.


Sementara itu tim peneliti US National Heart, Lung, and Blood Institute menyimpulkan, konsumsi makanan berkolesterol tidak memberikan efek berarti terhadap kenaikan kadar kolesterol darah. Penelitian dilakukan dengan membatasi konsumsi kuning telur para responden. Hasilnya, hanya 15% responden yang mengalami penurunan kolesterol darah, itu pun persentase penurunannya relatif sedikit.


Asam lemak jenuh lebih berperan


Dr. Wanda Howell dkk. dari University of Arizona melakukan analisis statistik terhadap 224 hasil penelitian tentang hubungan antara diet dan kolesterol darah. Seluruh penelitian melibatkan lebih dari 8.000 responden dan dilakukan sepanjang 25 tahun. Kesimpulannya, konsumsi makanan mengandung asam lemak jenuhlah yang paling berperan menaikkan kadar kolesterol darah, bukan konsumsi makanan berkolesterol (American Journal of Clinical Nutrition, 1999: 65).


Karena itu, Frank Hu, M.D., ketua tim peneliti Harvard, menasihatkan pembatasan konsumsi makanan mengandung lemak jenuh (misalnya daging,  ayam ras, susu berlemak) dan lemak trans (misalnya margarin) lebih penting daripada membatasi kolesterol telur. Dalam kesempatan berbeda Dr. Wanda Howell pun menekankan, konsumsi lemak jenuh pada orang sehat selayaknya lebih diperhatikan daripada konsumsi kolesterol. Soalnya, terbukti bahwa telur mengandung kolesterol yang aman bagi kesehatan jantung, sekaligus lezat dan bergizi.


Temuan ini setidaknya bisa membantu menjelaskan mengapa konsumsi telur per kapita yang tinggi di suatu negara tidak secara otomatis membengkakkan prevalensi PJK. Contohnya, konsumsi telur per kapita di Prancis, AS, dan Inggris masing-masing 5,1 butir; 4,5 butir, dan 3,3 butir. Sementara data kematian akibat PJK per 100.000 penduduk per tahun di negara-negara itu berturut-turut 250 orang, 400 orang, dan 516 orang.


Dalam data itu terlihat, prevalensi kematian akibat PJK berbanding terbalik dengan tingkat konsumsi telur. Di antara ketiga negara,  Perancis yang konsumsi telurnya tinggi, tingkat kematian akibat PJK justru paling rendah. Sebaliknya dengan Inggris, sekalipun konsumsi telur perkapitanya paling rendah, tingkat kematian penduduk akibat PJK justru paling tinggi.


Yang menarik, kematian akibat PJK di Jepang justru paling rendah, padahal konsumsi telur per kapita di sana paling tinggi di dunia, yakni 6,5 butir (Nutrition Close-Up, 13(3), 1996).


Tetap menikmati telur


Jika demikian hasilnya, mengapa prevalensi hiperkolesterolemia di AS meninggi bersamaan dengan membudayanya makan telur? Ternyata pada saat yang sama, tingkat konsumsi lemak mereka per kapita mencapai 37% dari kebutuhan energi. Padahal batas toleransi konsumsi lemak yang sehat maksimum 30%.


Dengan demikian, tidak layak menghubungkan telur dan risiko PJK. Atau, kalaupun ada hubungannya, telur pasti tidak bekerja sendirian sebagai pemicu PJK.


Pada orang sehat dan sedang dalam masa pertumbuhan, asupan kolesterol umumnya hanya menaikkan kolesterol darah sedikit. Sejumlah penelitian membuktikan, orang-orang yang konsumsi lemaknya rendah dapat makan 1 - 2 butir telur per hari tanpa peningkatan kolesterol darah secara berarti. Hal sebaliknya terjadi pada penderita kencing manis (diabetes mellitus), kolesterol darah mereka sangat responsif terhadap asupan kolesterol makanan.


Lalu siapa saja yang bisa leluasa makan telur? Siapa pun yang masih dalam masa pertumbuhan (terutama anak prasekolah), tidak memiliki silsilah keluarga dengan PJK, mempunyai profil lemak darah sehat, berat badan normal (ideal), tidak merokok, dan rutin berolahraga. Profil lemak darah disebut sehat jika kadar kolesterol total 200 mg/dl, kolesterol HDL 50 mg/dl, kolesterol LDL 150 mg/dl, dan trigliserida 150 mg/dl.


Baku debat soal ada tidaknya pengaruh konsumsi telur terhadap PJK yang telah dimulai sejak 1960-an agaknya masih belum akan berakhir. Namun, tentu ada cara menikmati telur tanpa perlu menerima akibat negatifnya,  yakni dengan membatasi diri hanya makan 3 - 4 butir telur per minggu. Bahkan dalam dasawarsa terakhir dinaikkan ambangnya menjadi 4 - 5 butir. Karena yang mengandung kolesterol hanya bagian kuningnya, maka bagian putihnya boleh bebas di konsumsi.


Jika jumlah itu belum memuaskan Anda, boleh saja menambahkan penggunaan telur substitusi dalam makanan sehari-hari. Untuk menggantikan setiap butir telur, kocok 2 putih telur, 1 sendok makan susu bubuk tanpa lemak (nonfat milk), dan sedikit pewarna kuning alami seperti kunyit bubuk. Sebagai penambah rasa, bubuhkan garam dan merica bubuk. Agar lebih gurih, tambahkan minyak goreng, lebih baik yang kaya lemak tak jenuh tunggal seperti minyak zaitun, minyak wijen, atau minyak kacang tanah.


Jadi, tak ada halangan untuk menikmati telur. Bagi anak-anak, yang sedang dalam masa pertumbuhan, telur tetap merupakan makanan bergizi tinggi yang harganya terjangkau. Di AS pun satu di antara empat penderita salah gizi (malnutrition) tertolong dengan paket makanan sehat ditambah telur. Karena itu, tidak selayaknya kita ikut-ikutan menderita "koles-telur-fobia", alias takut makan telur.


Source: Majalah Intisari, no.452 - Maret 2001

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes