Sabtu, 07 April 2012

Memperbaiki Pola Makan Mencegah Kanker

Upaya pencegahan penyakit kanker semakin diperhatikan. Perilaku hidup merupakan salah satu penyebab utama timbulnya kanker, di luar faktor keturunan, lingkungan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor perilaku hidup itu terutama menyangkut pola makan sehari-hari. Dr. Elvina Karyadi, M.Sc., seorang ahli gizi, mengajak kita memahami pola makan yang baik yang dapat mencegah kanker tertentu.


PARA AHLI belakangan mengidentifikasikan bahwa 80 - 90% dari berbagai bentuk kanker berkaitan erat dengan makanan yang sehari-hari kita konsumsi.


Kanker payudara dan prostat diduga karena mengkonsumsi lemak yang terlalu banyak alkohol juga disebut-sebut sebagai biang keladi mencuatnya kanker payudara.


Sejumlah studi epidemiologi membuktikan, munculnya penyakit kanker pada saluran pencernaan erat hubungannya dengan berbagai paparan dari jenis makanan tertentu. Sedangkan kanker tenggorokan (esofagus) berkaitan dengan tingginya konsumsi alkohol dan bisa juga karena kebiasaan merokok. Kanker lambung dihubungkan juga dengan tingginya konsumsi makanan pengawet yang berkadar garam tinggi. Sedangkan kanker kolon (usus besar) dan rektum disebabkan oleh tingginya konsumsi lemak dan minuman beralkohol (terutama bir).


Kanker hati diduga akibat pencemaran makanan oleh aflatoksin dan juga konsumsi alkohol yang tinggi. Beberapa ahli berpendapat, infeksi virus hepatitis B juga merupakan penyebab timbulnya kanker hati. Sementara itu kanker paru-paru dan kandung kencing terutama disebabkan oleh paparan tembakau (rokok) serta beberapa zat kimia dari berbagai cemaran industri.


Di samping zat-zat yang merugikan dalam kandungan gizi makanan tertentu, terdapat pula zat-zat gizi yang terkenal sebagai zat antikarsinogen, yaitu zat yang bersifat protektif (melindungi seseorang yang mengkonsumsinya dari timbulnya kanker). Termasuk golongan ini terutama sayur-saryuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin A, betakaroten, vitamin C, dan vitamin E. Juga zat gizi lain yang saat ini terkenal berpotensi mencegah penyakit kanker seperti selenium (Se), asam folat, niasin (vitamin B3), vitamin D, seng (zinc), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).


Serat yang merupakan bagian dari pangan nabati yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan tubuh dan dapat mencegah timbulnya kanker kolon. Fungsi serat itu penting karena dapat menarik air dari sekitar pembuluh darah sehingga melunakkan faeses dan mendorong pengeluaran yang efisien melalui usus. Sumber makanan yang mengandung serat adalah biji-bijian, kulit dan daging, buah-buahan serta sayuran seperti seledri, kol, kembang kol, bayam dll.


Antioksidan merangsang kekebalan


Betakaroten, vitamin C, vitamin E, dan selenium dikenal sebagai zat antioksidan yang dapat merangsang sistem imun tubuh untuk melawan radikal bebas yang membentuk karsinogen (substansi yang dapat menimbulkan kanker). Mekanisme antioksidan dalam menghambat terjadinya kanker ini termasuk mencegah pembentukan karsinogen dan menghalangi rusaknya sel normal lainnya.


Pada Percobaan terhadap binatang terbukti, antioksidan menghambat kerusakan kromosom, tahap promosi tumor, transformasi sel, dan rangsangan terbentuknya kanker secara kimia atau radiasi.


Betakaroten banyak terdapat pada sayuran berwarna kuning seperti wortel, sedangkan vitamin C banyak dijumpai pada buah-buahan macam jeruk, jambu biji, dll. Vitamin E banyak terdapat pada sereal, minyak nabati, jagung, sayuran berdaun hijau, dan buah-buahan. Selenium terdapat pada daging, kerang, sereal, dan produk ternak.


Menurut beberapa penelitian, wanita penderita kanker serviks (mulut rahim) kadar asam folat dalam darahnya menurun. Hal ini tidak selalu berarti bahwa kadar asam folat yang rendah mencetuskan atau menyebabkan penyakit kanker. Dengan suplementasi asam folat, perubahan abnormal sel-sel di mulut rahim (cervical dysplasia) yang bisa berkembang menjadi kanker mulut rahim, dapat dicegah. Asam folat ini banyak terdapat pada sayuran hijau (brokoli, bayam, asparagus), biji-bijian, hati, kacang polong, buncis.


Suplementasi vitamin B3 atau niasin dilaporkan juga dapat mencegah kanker. Vitamin ini biasanya diberikan pula pada penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi itu sendiri. Penelitian Popov bahkan menyatakan, pemberian kombinasi niasin dan aspirin pada penderita kanker kandung kemih ternyata menurungkan angka kekambuhan dan meningkatkan perpanjangan waktu hidup penderita kanker. Niasin banyak terkandung daging sapi, ayam, kacang-kacangan, ikan, daging tak berlemak, telur, dan alpukat.


Sedangkan penelitian ahli lain, Garland dkk. dan Colsion dkk. menunjukkan, suplementasi vitamin D dalam bentuk aktifnya (1,25-dihidroksi) dapat menghambat multiplikasi (pelipatgandaan) sel kanker. Semakin tinggi vitamin D dalam darah (dalam bentuk 25-hidroksi vitamin D), semakin rendah risiko terjadinya kanker kolon. Vitamin ini banyak dijumpai pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras, dan ikan.


Seng mencegah kanker


Kalsium berperan dalam proses proliferasi (perkembangbiakan) sel pada lapisan mukosa kolong manusia. Karena itu masukan kalsium yang cukup tinggi dapat mengurangi risiko terjadinya kanker kolon. Studi yang pernah dilakukan oleh seorang peneliti Rusia menunjukkan, suplementasi kalsium yang diberikan kepada penderita tumor tulang dapat meningkatkan efektivitas pengobatan kanker kolon. Studi yang pernah dilakukan oleh seorang peneliti Rusia menunjukkan, suplementasi kalsium yang diberikan kepada penderita tumor tulang dapat meningkatkan efektivitas pengobatan kanker dengan terapi radiasi. Kalsium banyak terdapat pada susu, yoghurt, keju, bayam, dan brokoli.


Penelitian yang pernah dilakukan pada hewan percobaan menunjukkan, kekurangan magnesium pada diet hewan ini dapat meningkatkan perkembangan terjadinya kanker tenggorokan dan kanker kulit luar. Ditemukan bahwa seseorang yang menderita kanker tenggorokan memiliki kadar seng yang rendah dalam darahnya. Namun hal ini masih belum diketahui apakah kekurangan seng merupakan sebab atau akibat dari kanker ini.


Menurut Garafalo, seorang ahli lain, dalam tindakan pembedahan terhadap kanker dianjurkan agar berhati-hati sebab bisa memperparah defisiensi seng, bahkan sampai pada tingkat yang permanen. Apalagi bisa pasien sudah sangat rendah kadar seng dalam serumnya sebelum operasi.


Dalam kasus kanker prostat pada pria juga ditemukan kadar seng yang rendah dalam kelenjar prostat dan terjadi sekresi kelenjar prostat itu sendiri. Sehingga para ahli juga beranggapan seng ini merupakan proteksi dalam melawan penyakit kanker prostat. Makanan sehari-hari yang banyak mengandung seng dapat ditemukan misalnya pada makanan berasal dari hewan seperti daging ayam, sapi, telur dan juga pada biji-bijian, roti, susu dan produk olahannya.


Belakangan dikenal pula beberapa substansi tertentu yang bermanfaat mencegah kanker seperti alkilgliserol yang banyak terdapat pada minyak hati ikan hiu, koenzim Q10, asam butirat, tulang rawan faktor antiangiogenesis (dari ikan hiu) yang berfungsi mencegah pembentukan darah baru dalam penyebaran sel kanker. Juga omega-3 dari minyak ikan, omega-6 serta beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan seperti bromelain berasal dari batang pohon nanas, bawang putih (Allium sativum), bawang bombay (Allium cepa) dan substansi lentinan berasal dari jamur shiitake asal Jepang.


Bakteri Lactobacillus acidophilus juga dikenal sebagai bakteri yang normal dalam usus besar manusia dan berfungsi menormalisasikan aktivitas enzim-enzim yang dihasilkan dari bakteri lain.


Kadar lemak yang tinggi dan rendah serat yang banyak ditemui pada diet makanan Barat menyebabkan terganggunya aktivitas enzim dalam bentuk kotoran di usus besar yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker usus besar.


Karsinogen dalam makanan


Zat-zat yang terkandung dalam makanan (faktor diet) dapat menyebabkan promotor untuk menimbulkan keganasan yang tidak secara langsung menimbulkan tumor. Zat-zat ini digolongkan sebagai karsinogen. Selain karsinogen ada pula prokarsinogen yang bersifat mengubah zat kimiawi sehingga merupakan pencetus kanker.


Karsinogen dalam makanan dapat ditemukan misalnya pada hasil pengolahan yang menimbulkan zat karsinogen plosiklik hidrokarbon akibat proses pengasapan makanan, zat kimia nitrosamin, zat fisik karena radiasi nuklir, ataupun zat biologi yang ada di alam seperti racun dalam tembakau.


Zat-zat racun tersebut akan merusak keutuhan struktur sel dan intinya menjadi ganas sehingga bersifat mutagenik (sel-sel normal setelah dicemari racun atau pencemaran lingkungan menjadi sel ganas yang berkembang biak tanpa kendali). Selain itu zat karsinogen dapat timbul akibat pengolahan makanan yang tidak tepat. Misalnya, pemanasan yang terlampau lama dan terlalu tinggi suhunya (menimbulkan zat trans-fatty-acid), cara menggoreng yang berlebihan serta pengawetan dengan pengasinan.


Makanan yang tercemar oleh jamur Aspergillus flatus yang menghasilkan racun aflatoksin seperti kacang tanah busuk dan keju kadaluwarsa juga bersifat karsinogen. Penggunaan minyak (jelantah) yang sudah berulang kali mengandung zat radikal bebas seperti peroksida, epioksida, dan lain-lain yang bersifat karsinogenik dan mutagenik yang mengubah sel normal menjadi ganas. Pada percobaan terhadap binatang, konsumsi makanan yang kaya akan gugus peroksida ini dapat menimbulkan kanker usus.


Pemanis buatan seperti siklamat dan sakarin, yang banyak dipakai dalam makanan jajanan menurut penelitian epidemiologi dapat pula menimbulkan tumor kandung kemih. Zat pengawet makanan seperti formaldehida sebagai pengawet bakso atau tahu, penggunaan zat pewarna tekstil (bukan untuk makanan) seperti methanyl yellow pada kerupuk, tahu, dll. serta rhodamin, warna merah pada sirup menurut penelitian juga dapat merangsang timbulnya kanker hati.


Mengingat banyak zat makanan di sekitar kita yang dapat merangsang timbulnya penyakit kanker, hendaknya kita sedapat mungkin menghindari makanan yang kurang bersih, lewat masa kadaluwarsa atau diolah dengan tidak semestinya. Walaupun dalam kehidupan sehari-hari cukup sulit untuk menghindarinya, paling tidak kita berusaha menjauhinya.


Source: Majalah Intisari, no.402 - Januari 1997

PINGSAN, Tak Selalu Lemah Jantung

Mereka yang mudah pingsan kerap dianggap lemah jantung. Apalagi jantungnya sering berdebar-debar. Padahal memakai baju dan kerah ketat pun bisa berdampak buruk.


PERNAKAH saat Anda berdiri mengikuti upacara di lapangan atau sedang menghadiri resepsi resmi, mendadak merasa jantung berdebar-debar, degupnya kencang, disusul kepala serasa ringan serta badan lemas, keringat dingin, pandangan berkunang-kunang dan akhirnya gelap lalu jatuh pingsan?


Penyebab kejadian seperti itu bisa saja karena jantung kita kurang beres, tapi bisa juga karena faktor luar. Apalagi kalau kita tidak mempunyai riwayat kelainan jantung ataupun faktor risiko penyakit jantung dan usia relatif masih muda.


Sebagian besar kasus pingsan yang bukan karena kelainan jantung (sinkop nonkardik) menurut para ahli, lebih disebabkan oleh hipersensitivitas vagus. Vagus adalah saraf otak kesepuluh yang mensarafi organ bagian dalam tubuh dan sangat berpengaruh terhadap frekuensi detak jantung.


Salah satu pencerminan hipersensitivitas vagus dikenal sebagai sinkop vasovagal (berkaitan dengan pembuluh darah dan nervus vagus) dan vasodepresif. Ini terjadi karena timbulnya ketidakseimbangan refleks saraf otonom dalam bereaksi terhadap posisi berdiri yang berkepanjangan. Berawal dari kecenderungan terkumpulnya sebagian darah dalam pembuluh darah dan nervus vagus) dan vasodepresif. Ini terjadi karena timbulnya ketidakseimbangan refleks saraf otonom dalam bereaksi terhadap posisi berdiri yang berkepanjangan. Berawal dari kecenderungan terkumpulnya sebagian darah dalam pembuluh vena bawah akibat gravitasi bumi, hal ini menyebabkan jumlah darah yang kembali ke jantung berkurang sehingga curah ke jantung serta tekanan darah sistoliknya menurun. Guna mengatasi penurunan tersebut, otomatis timbul refleks kompensasi normal, berupa bertambahnya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung, dengan tujuan mengembalikan curah jantung ke tingkat semula.


Pada seseorang yang hipersensitif, bertambahnya kekuatan konstraksi ini justru mengaktifkan reseptor mekanik yang ada pada dinding bilik jantung kiri sehingga timbul refleks yang dinamakan refleks Bezold-Jarisch (sesuai nama penemunya). Efeknya, frekuensi detak jantung berbalik menjadi lambat, pembuluh darah tepi melebar, dan kemudian terjadi tekanan darah rendah (hipotensi) sehingga aliran darah ke susunan saraf terganggu. Di sinilah sinkop terjadi.


Namun untuk menentukan diagnosis, pada umumnya dokter menganjurkan pemeriksaan tilt test, di mana hasil tes dapat digunakan sebagai acuan pemeriksaan lebih lanjut bila diperlukan.


Mencegah pingsan


Untuk mencegah agar jangan sampai pingsan, sewaktu gejalanya terasa masih ringan misalnya baru terasa berdebar-debar, coba sedikit gerak-gerakkan tungkai atau kaki, sambil sekali-kali batuk kecil. Adakalanya cara tersebut dapat dibantu lagi dengan mengalihkan perhatian kita sesaat. Misalnya kalau sedang berada dalam suatu upacara, perhatikan peserta lain di depan kita satu per satu, mengingat-ingat kejadian menyenangkan yang pernah kita alami, menggumamkan lagu kesayangan atau lagu mars pembangkit semangat Anda.


Kalau dengan cara tersebut gejala tidak juga berkurang, tetapi malah mulai mengeluarkan keringat dingin ditambah kepala terasa melayang, apa boleh buat!


Lebih baik Anda langsung jongkok, duduk, atau mundur mencari tempat berbaring agar tungkai dapat dinaikkan lebih tinggi daripada kepala. Biasanya dalam waktu singkat akan terasa lebih nyaman dan pulih kembali. Apalagi kalau ditambah dengan minuman segar.


Sebaliknya, kalau kita harus menolong orang yang pingsan, menurut Panduan Kesehatan Keluarga, 1996 (Yayasan Essentia Medica) sebaiknya lakukan tip praktis berikut ini. Baringkan penderita di tempat tidur dengan kepala dimiringkan. Hati-hatilah agar posisi kepala jangan ditinggikan. Bila penderita berada di kursi, dorong kepala ke bawah serendah mungkin di antara kedua lutut. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak terganggu. Bila perlu, teteskan air dingin di kening atau leher untuk mempercepat pulihnya kesadaran. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar. Panggil dokter terdekat atau ambulans bila tidak kunjung sadar.


Kenapa kerah baju ketat


Hipersensitivitas vagus dapat juga berupa sinkop sinus karotis, yakni jatuh pingsan bukan dicetuskan oleh sikap berdiri yang lama tetapi saat menoleh mendadak. Ini bisa terjadi bila penderita mengenakan baju berkerah tinggi terlalu ketat, sehingga gerakan kepala menyebabkan penekanan pada sinus karotis yang terletak pada leher samping agak ke depan. Hal ini bisa mengakibatkan detak jantung melambat dan menimbulkan sinkop.


Jika dilakukan pemeriksaan elektro-fisiologi (pemeriksaan aktivitas listrik jantung) pada penderita, umumnya terlihat fungsi listrik jantung bekerja dalam batas normal. Hanya saja adanya manipulasi ringan berupa penekanan leher di daerah sinus karotis tadi tampak berupa garis datar pada layar monitor. Artinya, terjadi gangguan aktivitas atau hantaran listrik saat dilakukan manipulasi tadi.


Untuk mencegah jangan sampai mengalami hal tersebut, hindari penggunaan kerah baju yang terlalu ketat dan jangan memijat daerah leher atau hal lain lagi yang menyebabkan tekanan pada sinus karotis.


Penampilan lain lagi yang langka dari hipersensitivitas vagus adalah paroxysmal sinus arrest. Di sini sumber listrik utama jantung adakalanya mengalami penghentian (pause) selama 6 - 23 detik tanpa adanya faktor pencetus yang jelas. Kejadian ini bisa saat tidur maupun saat aktif, siang atau malam, dengan akibat hampir pingsan atau pingsan (presinkop atau sinkop). Di sini hasil pemeriksaan dengan elektrofisiologi terhadap sumber listrik jantung pun normal, tapi pada umumnya pengobatan di arahkan pada penggunaan alat pacu jantung permanen yang ditanamkan di bawah kulit dada penderita.


Untuk mencegah terjadinya sinkop yang bukan karena kelainan jantung tadi, antara lain berolahraga seperti jogging, bersepeda, berenang, atau melakukan olahraga dinamis yang menguatkan otot tungkai.


Kalau sinkop jelas disebabkan oleh kelainan jantung tentu Anda dianjurkan berkonsultasi dengan dokter jantung agar dilakukan pemeriksaan lebih seksama dan pengobatan lebih tepat.


Source: Majalah Intisari, no.401 - Desember 1996

Jumat, 06 April 2012

Sakit Otot, Tulang, Dan Sendi

SEMUA orang pernah merasakan pegal atau sakit otot, tulang, dan sendi. Sebagian kecil hal ini karena penyakit spesifik, namun sebagian besar sering disebabkan oleh kesalahan sikap (posture): sikap kerja, sikap duduk, sikap tidur, dsb. 

Seorang pria setengah baya kenalan saya datang dengan tangan kiri seperti menggenggam buku. Ia merasakan sakit dan kaku, sehingga tangan itu sulit dikembalikan ke sikap yang normal. Setelah saya tanyakan apakah ia memegang buku sewaktu ia masuk-keluar bandara dalam perjalanannya ke Eropa, ia mengangguk. Sikap membawa buku seperti itu memang dapat menimbulkan sakit otot dan sendi bila dilakukan untuk waktu lama.

Seorang bapak lain mengeluh bahu dan pinggang kanannya sakit sekali. Ketika saya tanyakan apa yang dilakukannya kemarin, ia tidak ingat kejadian aneh apa pun yang dapat menyebabkan sakitnya itu. Namun, begitu saya tanyakan apakah terjadi salah posture, ia teringat malam sebelumnya menonton bola. Istrinya duduk disebelahnya, ia merangkulnya sambil makan popcorn berdua. Mereka duduk di sofa dengan sikap gaya bebas, dan ini berlangsung selama menonton piala dunia sepak bola itu.

Saya sendiri pernah mengalami sakit sendi bahu kanan dan kiri selama dua tahun. Sakitnya begitu hebat sehingga menimbulkan keterbatasan gerak pada kedua bahu saya. Saya sulit mengenakan jas, sulit menyisir rambut, dan lengan tidak dapat diangkat ke atas. Berbagai obat penghilang rasa sakit tidak dapat membantu, malahan saya dianjurkan, dokter spesialis untuk disinar dengan sinar sesium, yang lalu saya lakukan tanpa hasil.

Akhirnya, saya pergi ke ahli urut terkenal yang melakukan pijatan yang sangat menyakitkan. Pada pijat keenam kali, sakit di bahu kiri mendadak hilang begitu tempat tertentu dipijat, dan tidak pernah kambuh lagi. Namun, bahu kanan tidak kunjung sembuh. Begitu saya mengetahui titik yang dipijat, maka saya lakukan hal itu sendiri sewaktu senggang. Setelah berhari-hari saya memijat dengan sekuat tenaga di tempat yang ditunjukkan, maka seperti mukjizat, mendadak sakit itu hilang. Itu terjadi setelah pijatan saya mengenai lokasi tertentu. Saya lalu dapat menggerakkan bahu ke mana saja.

Kasus terakhir ini rupanya gara-gara sewaktu bepergian ke luar negeri, saya selalu mengangkat sendiri bagasi saya yang kadang-kadang cukup berat. Hal ini juga dialami banyak orang yang menenteng belanjaan setiap hari dari pasar, membawa tas kantor yang berat berisi buku, atau seorang nenek muda yang menggendong cucunya. Biasanya, hal ini memang tidak dirisaukan, karena beban yang dibawa tidak terlalu berat. Tetapi bila ini dilakukan terus-menerus, dapat saja terjadi sakit bahu, lengan, atau pinggang dan tungkai. Sakit dapat menetap untuk waktu yang lama, atau menghilang bila cepat disadari dan tidak dilakukan lagi.

Berbagai pengobatan dengan menelan obat analgesik mungkin dapat membantu, tetapi bila tidak ada perubahan dalam beberapa hari, janganlah diteruskan. Lebih penting kita menyadari kesalahan sikap apa yang telah kita lakukan. Menggerakkan bagian-bagian yang sakit dengan senam sederhana dapat memperbaiki keadaan. Pijat dengan refleksiologi oleh seorang ahli dapat memperbaiki seketika bila tempat yang itu terkena, namun keahliannya perlu dipastikan dulu. Sebelum itu yakinilah apakah tidak ada bagian sendi dan otot yang merah meradang atau bengkak, yang memerlukan bantuan dokter.

Penggunaan AC yang dingin, baik di kamar tidur maupun mobil, juga dapat menimbulkan sakit sendi dan otot, bila udara dingin langsung mengenai bagian tubuh kita untuk waktu lama. Ibu rumah tangga yang melakukan semua pekerjaan sendiri, termasuk mencuci, setrika, mengepel lantai, dapat juga terjangkiti berbagai jenis sakit otot, sendi, dan tulang. Duduklah di kursi dengan tegak lurus, pantat didorong ke belakang supaya tidak sakit pinggang. Naik-turun tangga berkali-kali sambil membawa beban dapat merusak dengkul.

Yang perlu diingat, pekerjaan rumah tangga tidak dapat dianggap sebagai olahraga. Olahraga seperti tenis, golf, badminton, yang berlebihan dengan menggerakkan bagian tubuh sebelah saja dapat menimbulkan kelainan seperti diatas. Kenalilah tubuh kita dengan lebih baik dan carilah dahulu kesalahan hidup yang sederhana sebelum memikirkan penyakit yang mengerikan.

Sebagaimana dituturkan oleh prof.dr.Iwan Darmansyah Sp.FK

Source: Majalah Intisari, no.443 - Juni 2000


Rabu, 04 April 2012

Setelah Berolahraga Jangan Minum Es

SECARA sadar ataupun tidak, banyak diantara kita sering segera minum air atau minuman dingin, dengan memberi es batu ke dalamnya atau yang telah disimpan dalam lemari pendingin. Saat minum, memang terasa segar. Namun, melepaskan dahaga setelah berolah raga dengan cara ini sejatinya tidak benar. Hal itu justru dapat menganggu metabolisme.


Suhu minuman sebaiknya agak dingin, sekitar 5 - 10 derajat Celcius. Mengapa? Pada suhu tersebut cairan mudah terserap, sehingga keringat cepat digantikan. Jumlah air minum atau minuman yang dikonsumsi harus dalam jumlah yang cukup, tergantung pada intensitas latihan, cuaca, dan kelembapan. Minumlah sebelum, selama dan setelah berolahraga.


Bila berolahraga pada pagi hari, minumlah air sebelum mulai berolahraga sebanyak 300 cc. Bila menderita sakit maag, perlu ditambah dengan makan makanan ringan, misalnya crackers.


Tetap pula minum selama berolahraga, di antara waktu break atau istirahat. Misalnya bila bermain tenis, minumlah pada waktu pergantian set. Bila bersenam aerobik, manfaatkan waktu istirahat yang sebentar untuk minum. Demikian pula bila bersepeda. Bukankah biasanya ada tempat khusus untuk menempatkan botol minuman di sepeda?


Yang tidak boleh dilupakan, minum seusai berolahraga. Minumlah secukupnya sampai kira-kira suhu tubuh agak normal.


Bila berolahraga cukup lama, antara 1 - 2 jam, minumlah hanya air putih. Namun, bila lama berolahraga berlangsung lebih dari 2 jam dianjurkan untuk minum sport drink yang mengandung gula dan mineral, seperti kalsium, natrium, magnesium, klorida, dll. Itu karena berolahraga dalam waktu lama membuang mineral dan gula cukup banyak sehingga perlu diganti kembali.


Pada waktu berolahraga di udara panas dan lembap, dan berlangsung lama (endurance sport) seperti balap sepeda jarak jauh, lari marathon triatlon, dll. mutlak perlu minum lebih banyak dan harus minum sport drink agar mineral dan gula selalu cukup sehingga rasa lelah tidak cepat terjadi.


Satu hal yang perlu diperhatikan, pada saat melakukan olahraga endurance seseorang tidak perlu menunggu sampai haus baru minum, karena biasanya sudah terlambat. Jadi, meskipun belum terasa haus dan lapar, tetaplah makan dan minum. Minuman yang dianjurkan: air putih, sport drink dengan gula, misalnya 5% yang mengandung mineral-mineral yang cukup.


Ada beberapa jenis minuman yang tidak dianjurkan dikonsumsi setelah berolahraga. Diantaranya, minuman beralkohol karena menyebabkan diuresis yakni merangsang pengeluaran urine. Demikian pula minuman yang mengandung kafein, karena juga merupakan diurektikum sebagaimana alkohol. Kedua minuman tersebut menjadi berbahaya bila diminum pada cuaca panas dan lembap, serta saat melakukan olahraga endurance.


Pada saat tidak berolahraga, seseorang pun perlu cukup minum, sebaiknya pada kondisi ini yang diminum air putih saja. Minuman itu tidak panas juga tidak dingin. Konsumsi minuman pun dilakukan secara merata baik pada pagi, siang, maupun malam.


Dalam sehari kebutuhan air minum pada orang sehat sekitar 3 - 4 liter, tergantung lingkungan - suhu dan kelembapan. Bila suhu panas, lebih-lebih bila panas dan lembap, maka asupan cairan tubuh perlu pula ditambah.


Demikian pula pada saat seseorang melakukan olahraga. Saat berolahraga, tubuh beradaptasi dengan beban latihan dan lingkungan dengan cara mengeluarkan keringat. Keringat tersebut perlu segera digantikan, caranya ya dengan minum.


Source: Majalah Intisari, no.477 - April 2003

Mengurangi Ozon dari Muka Bumi

GUNA ozon (03) kita sudah tahu, yaitu melindungi Bumi dari serangan jahat sinar ultraviolet (UV). Untuk melindungi planet yang sedemikian besar tentu diperlukan ozon yang banyak sekali. Secara alami ia bertengger pada ketinggian 8 - 50 km di atas permukaan bumi. Bila berada di muka Bumi, meski dalam konsentrasi yang sedikit, ozon justru berbahaya bagi umat manusia.


Ozon di permukaan (ground-level ozone) berasal dari reaksi kimia antara komponen organik yang mudah menguap (volatile organic compounds, VOC) dan oksida nitrogen. Reaksi ini berlangsung dengan adanya sinar Matahari. Sumber-sumber VOC dan oksida nitrogen ternyata ada disekitar kita. Misalnya, kendaraan bermotor, industri besar dan sumber-sumber pembakaran, industri kecil seperti fasilitas penyaluran BBB, cat dan pembersih, termasuk juga peralatan konstruksi dan mesin pemotong rumput.


Konsentrasi ozon bisa mencapai tingkat tidak menyehatkan ketika cuaca panas dengan kondisi angin semilir. Inilah yang sebenarnya tak kalah berbahaya manakala kita menghirupnya. Semua orang, tak terkecuali anak-anak, yang terbiasa di luar ruangan punya risiko sama. Apalagi mereka yang sensitif dan menyimpan penyakit pernapasan atau asma.


Ozon bisa menyebabkan infeksi dan iritasi saluran napas, meski relatif terjadi dalam level rendah. Gejala yang terjadi yakni sulit bernapas, batuk, dan iritasi tenggorokan. Menghirup ozon dapat mempengaruhi fungsi paru-paru dan memperburuk asma. Studi medis menunjukkan, ozon merusak jaringan paru-paru.


Nah, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi kerugian akibat ozon tadi, sekaligus menjaga agar lapisan ozon di atas sana setia melindungi kita.


1. Menghemat energi di mana saja. Irit listrik, misalnya dengan mengefisienkan penggunaan pendingin ruangan, mematikan lampu saat tidak terpakai. Pemborosan listrik akan meningkatkan produksi pembangkit listrik, padahal pembangkit listrik banyak yang masih mengandalkan BBM.


2. Tune up mesin, mobil, kapal, dan mesin-mesin lainnya sesuai dengan spesifikasi pabriknya.


3. Gunakan bus umum, sepeda, kendaraan umum, atau jalan kaki saja jika mungkin.


4. Pakailah cat dan pembersih ramah lingkungan.


5. Mengisi bensin atau bahan bakar kendaraan setelah petang. Pada siang hari, suhu lebih tinggi sehingga ketika bensin dialirkan akan mempercepat penguapannya.


6. Beberapa produk yang biasa kita pakai dibuat secara kimia dengan bentuk smog, sehingga bisa menguap ketika kita menggunakannya. Ikuti rekomendasi produsen untuk penggunaannya dan tutup baik-baik pembersih, cat, atau bahan kimia lainnya untuk mencegah penguapan ke udara.


7. Jangan biarkan mesin menganggur (idle). Selain memboroskan BBM, sisa pembakaran mesin yang idle (kalau kendaraan bermotor berarti tidak berjalan) sangat polutif dan beracun. Tidak sulit 'kan?


Source: Majalah Intisari, no.477 - April 2003

Selasa, 03 April 2012

Menepis Stress, Menyembuhkan Sakit Perut

Gangguan perut bukan cuma karena infeksi kuman, Perut berulah justru ketika orang sedang sibuk-sibuknya beraktivitas, atau ketika menghadapi masalah. Sebaliknya, selagi santai, perut pun ikutan tenang. Itulah irritable bowel syndrome (IBS).


SAYA sendiri merasa nyeri perut dan kembung, tapi begitu buang air besar, gangguan hilang. Frekuensi ke belakang juga meningkat dan berbentuk cair.Tetapi ketika buang air besar, rasanya tidak lampias. Kenapa Dok?" begitu keluh seorang pasien wanita muda, sebut saja Dewi, kepada dokter yang memeriksa. Lalu ia pun diberi obat penghilang kembung dan anti-diare karena diduga, gangguan pada organ pencernaannya akibat salah makan saja.


Selang beberapa minggu, saat Dewi sedang sibuk-sibuknya menghadapi ujian semester, ia kembali ke dokter dengan keluhan yang sama. Bahkan ditambah dengan gejala lain, yakni buang air besarnya diikuti lendir. Mahasiswi semester empat ini pun disarankan dokter untuk melakukan pemeriksaan endoskopi (pemeriksaan organ tubuh dengan "teropong" endoskop) plus pemeriksaan laboratorium. Hasilnya, semuanya baik, tidak ada infeksi pada organ pencernaan, tumor, maupun bakteri yang mengkhawatirkan. Ia cuma disarankan lebih banyak istirahat dan untuk sementara mengurangi makanan merangsang: pedas dan asam.


Gangguan seperti dialami Dewi di kalangan kedokteran dinamai irritable bowel syndrome (IBS). Kasus gangguan perut yang kebanyakan diderita perempuan berusia 20 - 40 tahun ini belakangan sering terjadi dan menjadi perhatian kalangan dokter ahli gastroenterologi (pencernaan).


Di negara Barat dilaporkan, 10 - 20% keluhan pada perut disebabkan oleh IBS. Lebih dari 50% penderitanya wanita. Di Asia pengidap IBS tertinggi adalah kaum muda Jepang. Mungkin karena tuntutan hidup yang begitu tinggi sehingga banyak mengalami stress. Di Indonesia sampai saat ini belum ada data pasti penderita sindroma ini. Namun, dr. Dharmika Djojoningrat, Sp.PD.KGEH, spesialis penyakit dalam dengan subspesialisasi penyakit pencernaan dan hati dari RS Siloam Gleneagles, Lippo Karawaci, Tangerang, menemukan banyak pasiennya - khususnya dari Jakarta - mengidap gangguan ini.


Kalangan medis membedakan IBS atas dua tipe, IBS konstipasi (selama 5 - 7 hari tidak buang air besar) dan IBS diare (IBS seperti dialami Dewi). Pada tipe IBS diare, gerakan peristaltik motilitas usus pengidap begitu cepat sehingga isi kotoran dari usus besar cepat di transfer ke luar. Konsekuensinya, air dalam kotoran belum sempat diserap, sudah harus dikeluarkan dibarengi rasa mulas. Sebaliknya, pada tipe konstipasi, karena gerakan peristaltik motilitas ususnya lambat, maka kotoran akan terlalu lama ngendon dalam usus. Penyerapan airnya pun terlalu lama dengan akibat feses menjadi keras.


IBS konstipasi kebanyakan diderita oleh penduduk di negara Barat. Sedangkan, IBS diare kebanyakan dialami oleh penduduk negara di belahan Bumi lainnya, termasuk Indonesia. Hingga kini belum ada penelitian yang bisa mengungkapkan mengapa terjadi demikian. "Mungkin karena pada malam yang berbeda," duga dr. Dharmika.


Ambang rangsang rendah


Penggunaan kata sindroma pada IBS itu karena gangguan kesehatan ini tidak menunjukkan gejala khas seperti penyakit asma, TBC, atau tifus. IBS memang suatu kumpulan gejala yang tidak diformulasikan dalam bentuk satu penyakit. Gangguan ini keluhannya beraneka macam, mulai dari rasa nyeri dan kembung, tapi begitu buang air besar keluhan hilang, sampai dengan pengeluaran lendir bening dan terasa tidak lampias.


"Gejala IBS memang tidak khas walaupun kalangan kedokteran menyatakan gangguan ini merupakan sindroma usus sensitif," tambah dr. Dharmika. Namun, tidak seperti penyakit pencernaan lain, macam diare karena infeksi kuman, disentri, dll., IBS tidak akan mempengaruhi bobot badan penderita dan tidak dijumpai kelainan organik. "Malah ada yang naik bobot badannya," ungkap dr. Dharmika. "Sebab itu tidak jarang pasien suka terheran-heran, kenapa gejala berulang padahal dikatakan tidak tampak adanya kelainan apa pun pada ususnya."


Pada penderita IBS frekuensi buang air besar jenis cair bisa lebih dari 1 - 3 kali sehari. Gangguan bisa berulang kapan saja, kebanyakan tergantung pada keadaan psikologis penderita. Menurut kriteria Bristol, buang air besar dibilang abnormal kalau frekuensinya lebih dari tiga kali sehari atau kurang dari tiga kali per minggu. Sedangkan perubahan bentuk feses dapat berupa cair, lembek, atau keras. Proses buang air besar abnormal dapat berupa mengejan, rasa tidak lampias serta diikuti mukus atau lendir.


Terkadang pengidap IBS juga merasakan gejala lain seperti agak sulit tidur, sering buang air kecil, sakit pinggul, sakit saat bersenggama, merasa malas dan lelah.


Khusus bagi mereka yang berusia 45 tahun bila mengalami gejala mirip gejala IBS, disarankan oleh dr. Dharmika agar segera memeriksakan diri ke dokter untuk diketahui apakah kelainan disebabkan oleh gangguan organik seperti tumor, polip, infeksi, atau sekedar gangguan fungsional saja. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan endoskopi, biopsi, pemeriksaan darah, dll.


Pencetus munculnya IBS kebanyakan faktor psikologis (50%), bukan karena infeksi. Umpamanya, seseorang sedang mengalami depresi, somatisasi (gangguan psikis yang berdampak pada gangguan fisik), kecemasan, gangguan panik, hipokondria (rasa tertekan dan kehilangan semangat), dll. Hal itu bisa saja terjadi karena susunan saraf pusat memang mempunyai efek kuat terhadap saluran cerna. Pada penelitian terhadap orang sehat diketahui, stimulasi nyeri somatik dan rangsangan stress emosional dapat menimbulkan peningkatan kontraksi rektal (sekitar anus), perubahan pola motorik atau motilitas usus halus, serta pelambatan pengosongan lambung.


Pengidap IBS umumnya mempunyai konflik diri lebih tinggi dibandingkan dengan non-penderita IBS. Begitu setting pada otak tidak beres, maka pengaruhnya akan langsung ke usus. Padahal, dinding usus mempunyai ambang rangsang terhadap berbagai stimulus (rangsangan). Dalam keadaan depresi, ambang rangsang dinding usus akan cepat menurun.


"Bagi mereka yang ambang rangsangnya rendah dan peka, stimulus kecil saja sudah menimbulkan rasa nyeri atau mulas. Malah tidak jarang pula, karena demikian rendah ambang rangsangnya, stimulus yang normal bagi non pengidap IBS sudah mengakibatkan rasa nyeri pada penderita IBS," tutur dr. Dharmika. Dengan kata lain, kalau gerakan peristalik pada usus non-penderita IBS tidak akan terasa apa-apa, pada orang berpembawaan IBS sudah menimbulkan gejala.


Namun, dalam studi kedokteran tidak dikatakan bahwa faktor emosional menjadi penyebab satu-satunya. Fakta intoleransi makanan (misalnya terhadap laktosa dalam susu, kopi, MSG, dsb.) juga sedikit banyak ikut andil walaupun belum ada bukti nyata. "Makanan bukan merupakan faktor penyebab bersifat tidak langsung, melainkan lebih merupakan faktor penyebab langsung," ujar dr. Dharmika. Artinya, intoleransi seseorang terhadap makanan bisa langsung terlihat setelah makanan dikonsumsi.


Intoleransi makanan (bukan alergi makanan) ini sifatnya sangat individual. Umpamanya, kalau bagi si A susu langsung menyebabkan rasa nyeri, bagi si B mungkin kopi atau minuman cola. "Tentu saja ini perlu pencermatan individu masing-masing," katanya.


Ada pula yang mengatakan, 10 - 20% merupakan dampak dari gangguan pencernaan akut sebelumnya. Jadi, mungkin akibat organ pencernaan masih dalam keadaan belum stabil.


IBS bisa juga dikatakan sebagai pemunculan potensi yang telah ada dalam diri penderita atau merupakan suatu interaksi yang dialami penderita selama menjalani hidup. Misalnya, sewaktu anak-anak ia tidak pernah merasakan gangguan ini, tiba-tiba ketika dewasa dan menghadapi banyak tantangan, gangguan ini mulai dirasakan.


Mengatur pola hidup


IBS memang tidak berakibat fatal, tapi bisa mengganggu kualitas hidup penderita. Sebab itu gangguan ini perlu dikelola dengan baik. Penderita hendaknya berusaha mengatur pola hidupnya menjadi lebih baik. "Usahakan untuk menghilangkan konflik yang terjadi," tutur dr. Dharmika. Di negara-negara Barat, praktik konsultasi dengan psikiater atau psikolog serta melakukan latihan hipnoterapi untuk belajar mencari faktor penyebab konflik ternyata sangat membantu.


Selain terapi psikologis, juga dibutuhkan penerapan makanan seimbang. Pengidap IBS diare perlu membatasi makanan merangsang seperti pedas dan asam, dan makanan penyebab kembung perut seperti kol dan minuman bersoda. Pengidap IBS konstipasi dianjurkan menambah makanan berserat. Tetapi jangan berlebihan karena ada kalanya penambahan serat berlebihan dapat meningkatkan gas penyebab kembung.


Melakukan olahraga yang disukai juga dapat menunjang kesembuhan IBS. Apalagi kalau dilakukan secara rileks.


Menurut dr. Dharmika, hingga saat ini khasiat obat yang tersedia masih belum memuaskan. Obat-obatan itu hanya bersifat simtomatik (menghilangkan gejala) dan hanya diberikan secara insidentil. Misalnya, untuk menghilangkan rasa nyeri digunakan antispasme. Bila terjadi konstipasi (sembelit), diberikan obat agar buang air besar lebih teratur. "Obat biasanya hanya untuk memodifikasi regulasi peristaltik usus serta ambang rangsangnya saja," katanya. Obat antidepresan juga banyak dicoba untuk mengatasi keluhan nyeri perut serta gangguan kapasitas aktivitas sehari-hari.


Dr. Dharmika menyarankan, usahakan untuk selalu hidup nyaman, hilangkan stress agar perut tidak menjadi korban!


Source: Majalah Intisari, no.457 - Agustus 2001

Menarik Napas, Relaksasi Termudah dan Termurah

KONON, relaksasi bisa mengubah stress menjadi gairah hidup. Apalagi relaksasi pernapasan bisa dilakukan pada situasi tidak memungkinkan. Misalnya, dalam kendaraan yang terjebak kemacetan lalu-lintas atau ban mobil pecah di jalan yang ramai, tegang dan jenuh karena lama menunggu bus, atau jengkel harus menyelesaikan setumpuk pekerjaan.

Caranya, duduk tegak tetapi rileks. Tarik napas dalam-dalam, lalu embuskan perlahan-lahan. Rasanya hangat-dinginnya aliran udara yang keluar-masuk menyentuh rongga hidung.

Setelah beberapa kali melakukan, seseorang akan mampu mengontrol pernapasannya. Kenali pola pernapasan Anda kala stress, jengkel, atau tegang. Semakin terampil merasakan aliran udara melalui saluran napas, semakin mahir Anda dalam mengontrol pernapasan. Maka, Anda bisa mengubah suasana emosi menjadi lebih tenang dan rileks, kapan saja. Dengan mengatur pola napas, Anda akan menemukan celah untuk keluar dari keadaan paling menyesakkan sekalipun. Ruang hidup Anda makin luas dan semangat hidup pun bertambah.

Logikanya; saat stress, tegang, atau emosi labil, pernapasan menjadi buruk, pendek, dan tersengal-sengal. Asupan oksigen ke paru-paru tidak adekuat sehingga mempengaruhi kadar oksigen dalam darah. Akibatnya, sel-sel tubuh, termasuk sel-sel otak, kekurangan oksigen di sel-sel otak akan mengacaukan aktivitas tubuh dan emosi. Dengan menarik napas dalam-dalam, pasokan oksigen ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan sel-sel otak dari tubuh kita.

Ini metode relaksasi termudah dan termurah. Karena kita bernapas setiap saat sejak kita lahir, sedangkan udara yang dibutuhkan tersedia di sekitar kita.

Source: Majalah Intisari, no.457 - Agustus 2001

Senin, 02 April 2012

Mati Mendadak Akibat Emboli Paru-Paru

Walaupun kasusnya termasuk langka, emboli paru-paru bisa menyebabkan kematian mendadak. Ibu hamil termasuk yang berisiko terkena kasus ini.


SEORANG wanita muda yang sedang mengandung tiga bulan mendadak meninggal setelah hanya beberapa menit mengalami sesak napas. Pihak keluarganya merasa heran karena selama ini ia tidak pernah mengeluh atau diketahui mengidap penyakit seperti kelainan jantung, tekanan darah tinggi, atau asma. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, disimpulkan kematian ibu muda itu mungkin disebabkan oleh tersumbatnya sistem aliran darah ke paru-paru secara mendadak disebut sebagai emboli paru-paru.


Seperti diketahui, paru-paru merupakan salah satu organ tubuh yang menjadi tempat masuknya oksigen (O2) yang sangat berguna bagi tubuh, serta keluarnya karbon dioksida (CO2) yang merupakan "sampah" yang bisa membahayakan. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida terjadi di sana. Artinya, seluruh darah di dalam tubuh kita pasti melewati paru-paru untuk membuang CO2 yang tidak lagi berguna dan menerima O2 yang segar. Ada dua jenis pembuluh darah di paru-paru, yakni arteri atau pembuluh yang membawa O2 keluar dari paru-paru dan pembuluh vena (pembuluh balik) yang membawa CO2 dari seluruh tubuh ke paru-paru untuk kemudian dibuang.


Tidak heran kalau organ tubuh yang satu ini sangat kaya akan pembuluh darah. Di satu pihak ini menguntungkan sebagai tempat proses pertukaran gas, tetapi di sisi lain paru-paru memiliki risiko terjadinya penyumbatan aliran darah.


Emboli kecil dan besar


Terjadinya emboli paru-paru bisa hanya sebagian saja, tetapi bisa juga secara total, akibat berpindah atau bergeraknya suatu bekuan (gumpalan) dari aliran darah. Bahan yang tidak larut dan masuk ke dalam aliran darah menuju paru-paru itu dikhawatirkan bisa menyangkut di paru-paru. Emboli kecil itu sebenarnya sering terjadi namun tidak diketahui oleh pasien maupun dokter yang memeriksa karena tidak terasa.


Sebagian besar kasus emboli disebabkan oleh terlepasnya serpihan pembuluh darah baik yang letaknya di tungkai bawah, daerah rongga panggul, dan jantung kanan. Penyebab lain bisa juga terjadi akibat emboli lemak, udara, dan cairan air ketuban serta emboli lain yang tidak diketahui penyebabnya.


Orang akan lebih mudah terkena emboli paru-paru saat sedang berada dalam kondisi risiko tinggi, misalnya dalam keadaan imobilisasi (pasien di minta tidur diam atau tidak bergerak untuk jangka waktu lama) sehabis operasi dan atau patah tulang.


Namun, perlu diketahui, pasien tidak diperkenankan makan sehabis operasi sebelum mengeluarkan gas (kentut) tidak ada kaitannya langsung dengan emboli paru-paru. Puasa setelah operasi tidak lain diperlukan untuk menunggu kembalinya aktivitas usus yang ikut "tertidur" setelah tertekan oleh obat-obat anestesi. Bila usus yang belum berfungsi normal sudah diisi dengan makanan, pasien bisa sakit perut.


Yang juga memiliki risiko tinggi terkena emboli adalah mereka yang mengalami penyempitan atau penyumpatan pembuluh darah balik, penyakit jantung kogestif, syok akibat perdarahan hebat, serta dehidrasi. Keadaan ini akan semakin berat pada usia yang lebih lanjut atau pada orang yang kegemukan. 


Pada penyakit polisitemia vena (kelainan unsur sel sumsum tulang dengan akibat terjadi penambahan jumlah total sel darah merah), penyakit sikel sel (sel darah merah), penyakit sikel sel (sel darah merah abnormal berbentuk bulan sabit),penyakit keganasan, serta ada kalanya pada ibu hamil, bila terjadi peningkatan pembekuan darah dalam darah secara abnormal, juga akan mudah terjadi emboli. Selain itu emboli paru-paru bisa terjadi karena kerusakan dinding pembuluh darah akibat trauma atau peradangan, sehingga bekuan darah mudah melekat pada dinding pembuluh darah.


Jangan banyak bergerak


Gejala timbulnya emboli tergantung pada besar-kecilnya emboli serta kesehatan paru-paru dan jantung penderita sebelum terjadinya serangan. Pada emboli berukuran besar gejalanya dapat berupa sesak napas diikuti nyeri dada, demam yang tidak terlalu tinggi, batuk dahak berdarah, serta berdebar-debar, tekanan darah menurun dan terjadi pelebaran pembuluh darah balik di leher. Emboli kecil akan terlihat lebih jelas saat berlatih olahraga dengan gejala sesak napas.


Kematian mendadak pada penderita emboli paru-paru terjadi gara-gara tidak mengalirnya darah ke paru-paru akibat adanya sumbatan. Seorang pasien yang dicurigai terserang emboli paru-paru hendaknya tidak melakukan banyak gerakan, sehingga sumbatan tidak akan berjalan dan akan menyumbat pembuluh darah balik di paru-paru.


Dalam keadaan penderita mengalami gawat napas, pertolongan pertama yang bisa dilakukan tidak lain yaitu pasien ditenangkan, tidak boleh bergerak, dan langsung diantar ke Instalasi Gawat Darurat untuk segera dibantu pernapasannya dengan oksigen.


Untuk pencegahan, sedapat mungkin hindari terjadinya penyakit pembuluh darah dengan mengonsumsi makanan sehat, tidak merokok, olahraga secara teratur, serta secara rutin memeriksakan diri ke dokter dan hanya makan obat sesuai anjuran dokter.


Rawatlah dengan baik bila Anda menderita penyakit wasir, varises, dan berhati-hatilah sehabis mengalami tindakan operasi tungkai. Sebab, penyakit yang erat hubungannya dengan pembuluh darah balik ini memudahkan seseorang untuk terkena emboli paru-paru. Namun, Anda tidak perlu khawatir sebab terjadinya kasus demikian masih termasuk langka.


Source: Majalah Intisari, no.472 - November 2002

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes