Tampilkan postingan dengan label Janin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Janin. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Maret 2012

ROKOK : Risiko Janin dan Impotensi

Di satu sisi rokok dibenci. Pada lain sisi ia dicintai sampai mati. Penyakit akibat rokok bertebaran, korban juga berjatuhan. Namun, para nikotinis alias perokok tetap mengabaikan. Serangan jantung? Stroke? Kanker?
Anggaplah itu risiko. Namun kalau risiko itu juga harus ditanggung janin di dalam kandungan, juga mengancam potensi seksual kaum laki-laki, para perokok harus memikirkan kembali kesetiaannya.


BELUM ada angka pasti jumlah mutakhir perokok di Tanah Air. Namun, di lihat dari gencarnya iklan rokok di media massa, boleh jadi itu sejalan dengan (makin) banyaknya jumlah perokok. Kalau mau dilihat lagi, di masa krisis, ketika tak banyak produk beriklan, rokok adalah komoditas yang terus tumbuh bagai tak terpengaruh. Menjadi penaja banyak acara, bahkan menyokong pendanaan program sosial pemerintah.


Di kancah bisnis pun usaha rokok terbilang raksasa, sehingga selalu punya dana amat besar untuk mencari peluang beriklan ketika dicegat di banyak tempat. Mereka sanggup membayar tenaga kreatif dan pelaksana periklanan untuk membuat iklan secara tersamar dan simbolis, menyebabkan orang tak tahu itu iklan rokok seandainya tidak disertai label "Peringatan Pemerintah". Namun, kreasi itu kini berkembang lagi. Label yang wajib dicantumkan dalam kemasan maupun iklan rokok itu justru dipasang besar-besaran, sementara merek rokoknya sendiri hanya diterakan kecil di sudut bidang iklan. Label "Peringatan Pemerintah", ironisnya, justru menjadi bahan dominan buat beriklan.


Sepertiga kanker akibat rokok


Tap kita tidak ingin bicara mengenai nilai ekonomis rokok. Sebab bagaimanapun, nilai cukai yang dihasilkan oleh bisnis tembakau beraroma itu sangat besar dan masih amat diperlukan bagi keuangan negara.


Yang kita bahas, dengan tak jemu-jemunya, adalah dampak rokok bagi kesehatan. Kalau selama ini yang biasa dicuatkan adalah seruan "biasa-biasa saja" semacam "Merokok dapat membahayakan kesehatan", belakangan lebih lengkap seperti di terakan pada label "Peringatan Pemerintah" tadi: merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, gangguan kesehatan janin, dan impotensi.


Bagi para nikotinis, dua akibat terdahulu praktis di abaikan, dianggap risiko yang inheren dengan kebiasaan. Rata-rata perokok siap dengan akibat itu. Namun, dua risiko terakhir benar-benar membuat para perokok harus berpikir lagi. Bagi perempuan hamil, atau suami yang istrinya hamil, ancaman kelangsungan nasib si jabang bayi sungguh membuat mereka gentar.


Nah, soal ancaman rokok bagi kesuburan dan potensi seksual kaum pria, agaknya cukup efektif karena terbukti meresahkan laki-laki perokok. Kampanye yang diawali di Thailand sekitar 1995 itu dianggap berhasil menurunkan jumlah perokok walau tidak signifikan. Namun, sekurang-kurangnya bidikan yang langsung tertuju pada harkat dan martabat kelaki-lakian itu telah menciptakan kegundahan tersendiri.


Di dalam asap rokok terdapat tak kurang dari 4.000 molekul, sebagian besar berdampak buruk. Komponen yang paling jelek adalah CO (karbon monoksida) dan nikotin. Nikotin kalau diisap menyebabkan hilang atau berkurangnya rasa kantuk. Bahkan banyak perokok merasakan nikotin mampu meredam nafsu makan.


Berkurangnya rasa kantuk akibat nikotin yang merangsang sekresi hormon-hormon di dalam tubuh, antara lain adrenalin. Hormon ini mengganggu metabolisme lemak sehingga darah menjadi lebih kental. Pengentalan darah bisa mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah).


Menurut ahli kedokteran olahraga dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO., risiko rokok terhadap penyakit sedikit banyak ditentukan oleh jumlah rokok yang diisap dalam sehari. Semakin banyak tentu semakin tinggi risikonya. Walaupun hal-hal lain seperti kadar lemak darah yang tinggi (kolesterol) dan kurang aktivitas fisik, berat badan, tekanan darah tinggi, serta stress dan ketegangan ikut menunjang terjadinya arteriosklerosis penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK).


Hasil penelitian yang pernah dilakukan dr. Joseph Brennan dan koleganya dari Johns Hopkins University, Maryland, terhadap pasien penderita kanker menunjukkan, para perokok cenderung mengalami kerusakan gen p53 yang melindungi tubuh dari kanker. Mereka menduga bahan penyebab kanker dari asap tembakau melekat pada material sel genetik dan kemudian menonaktifkan gen p53.


Dari pengamatan terhadap 129 orang penderita kanker kepala dan leher, diketahui bahwa perokok cenderung mengalami mutasi gen p53 dua kali lebih besar ketimbang bukan perokok. Mutasi tiga kali lebih lazim pada orang yang sehari-hari merokok dan menenggak minuman beralkohol. Mutasi gen p53 terjadi pada 17% dari para penderita kanker yang tidak merokok ataupun tidak minum alkohol, 33% pada mereka yang merokok, dan 58% pada mereka yang mengonsumsi gabungan rokok dan minuman beralkohol. Para ahli yakin, sepertiga dari seluruh kanker ada hubungannya dengan asap rokok.


Menurunkan kualitas sperma


Nikotin serta asap rokok mengeluarkan racun karsinogenik yang dapat menyebabkan beraneka macam gangguan kesehatan. Saat seseorang merokok, nikotin dalam asap akan terisap masuk ke paru-paru, kemudian ikut terserap oleh darah, dan selanjutnya akan menyebar ke seluruh tubuh.


Rokok bagaikan pabrik kimia. Tar merupakan kumpulan dari ribuan macam bahan kimia, di antaranya CO, nitrogen oksida, sianida, hidrogen, amonia, asetilen, benzaldehida, benzena, metanol, dll. yang bisa mengganggu kesehatan. Sebatang rokok mengandung 3 - 6% CO yang kalau masuk ke dalam peredaran darah akan mengurangi kemampuan hemoglobin darah untuk mengikat oksigen. Kadar CO dalam darah perokok berat bisa mencapai 5%. Tentu saja ini bisa menganggu kesehatan.


Penyakit yang dapat dipicu oleh rokok antara lain penyakit kanker (paru-paru, tenggorokan, pita suara, lambung), penyakit jantung koroner, bronkitis, emfisema (melebarnya gelembung paru-paru), tekanan darah tinggi yang bisa menyebabkan stroke, katarak, sinusitis. Bahkan belakangan ditekankan pula bahwa rokok bisa mengganggu pertumbuhan janin dan gangguan kesuburan pria maupun wanita.


"Bagaimana tidak," komentar Prof. dr. H. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D., Sp.And., spesialis andrologi dari FKUI. "Seseorang yang terus-menerus merokok selama bertahun-tahun, tentu saja darahnya akan tercemar oleh nikotin yang melalui pembuluh darah akan dibawa kemana-mana, termasuk ke organ reproduksi. Racun nikotin akan berpengaruh terhadap spermatogenesis atau terjadinya pembelahan sperma para pria. Padahal pembelahan itu sangatlah kompleks, yang kemudian bisa menjadi gen dari si pemilik sperma."


Padahal syarat untuk dapat membuahi sel telur, sperma harus berkualitas baik. Artinya, jumlahnya cukup, kualitas yang meliputi bentuk, gerakan, dan kecepatannya harus baik. "Sperma yang teler mustahil mampu membuahi sel telur yang sarangnya cukup jauh dari vagina. Ejakulasi yang kuat saja tidak cukup, sebab kemampuan membuahi tergantung pada kuantitas dan kualitas sperma," tambah Arjatmo.


Menurut pengamatan para ahli, begitu seorang perokok berat yang spermanya kurang bagus berhenti merokok, kualitas bisa meningkat sejauh yang bersangkutan tidak mempunyai gangguan organik lain. "Namun, kecuali berhenti merokok, ia harus juga mengubah pola hidupnya. Kalau tetap kurang tidur, makan tidak teratur, atau badan terlalu capek, kualitas spermanya tidak akan membaik."


Menjadi faktor risiko DE


Kerugian secara seksual para perokok secara khusus disoroti oleh spesialis bedah urologi dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, dr. Akmal Taher, Sp.BU. "Perokok kronik umumnya memiliki sperma berkualitas jelek. Bahkan DNA para perokok pun kena pengaruhnya," kata Akmal Taher.


Menurut Akmal Taher, efek rokok tidak hanya pada kualitas dan kuantitas sperma, tetapi juga menjadi faktor risiko disfungsi seksual. Gangguan seksual pada pria terdiri atas gangguan libido, ereksi, ejakulasi, dan gangguan orgasme. Khusus pada perokok, gangguan disfungis ereksi (DE) sering terjadi. Penelitian bertahap sejak 1997 yang dilakukan Akmal Taher dkk. di RS. Cipto Mangunkusumo menunjukkan, rokok merupakan 16,8% faktor risiko pada DE. Artinya, dari sejumlah pria penderita DE yang diteliti, hampir seperlimanya disebabkan oleh kebiasaan merokok.


Bahwa zat-zat yang terkandung di dalam rokok berdampak negatif terhadap alat reproduksi pria pernah dibuktikan dalam sebuah percobaan dengan sampel manusia sekitar 10 tahun lalu di AS. Malahan, apabila si perokok juga mengidap gangguan penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kadar kolesterol tinggi, dan PJK, gangguan DE makin parah hingga 3 - 4 kalinya.


Percobaan juga pernah dilakukan pada binatang. Ketika terkena asap rokok yan g pekat dalam waktu singkat terjadi penyempitan pembuluh darah binatang itu. Namun, begitu asap rokok disingkirkan, pembuluh darah melebar kembali.


Kembali ke soal DE, kata Akmal, semakin berat gangguan DE, semakin sulit pula pemulihannya. Cara pengobatan yang kini lazim dipakai adalah, pertama-tama menghentikan kebiasaan merokok. Kemudian dicoba dengan arterialisasi atau semacam bedah by-pass dengan menambah pembuluh darah baru pada penis, diambilkan dari pembuluh darah pada bagian lain tubuh. "Namun, hasilnya tidak bisa seratus persen," tambah Akmal.


Cara lain, dengan obat atau suntikan yang dilakukan secara rutin. Ini pun menyaratkan dihentikannya rokok terlebih dahulu, dan kalau terdapat gangguan sampingan harus terus dipantau. Misalnya, tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar kolesterol terus dijaga agar tetap stabil.


Sepengetahuan Arjatmo, rokok lebih besar dampaknya pada kualitas sperma ketimbang pada DE. Guru besar andrologi ini berkesimpulan, impotensi kebanyakan terjadi akibat gangguan psikis seperti stress, fisik terlalu capek, hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan, atau punya pasangan lain di luar istri, juga penyakit degeneratif tertentu yang menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Kalau penyebabnya faktor psikis, dengan berhenti merokok saja tidak akan terobati, harus dilakukan pendekatan secara psikologis. Namun, banyak pasien yang tidak mau mengakui kalau penyebabnya faktor psikis. "Mereka langsung mencoba segala macam obat yang ternyata hanya menolong sementara.


Meracuni janin


Dampak negatif rokok terhadap janin juga tidak diragukan lagi. Secara logis bisa dipahami, bila pembelahan sel-sel mengalami gangguan karena nikotin yang masuk ke dalam darah, dengan sendirinya terhambat pula pertumbuhan janin. Akibatnya, bisa terjadi keguguran atau bayi lahir cacat seperti bibir sumbing, hidung pipih, atau berat badan kurang.


"Jangan lupa bahwa racun bisa masuk ke dalam tubuh perokok pasif," tegas Arjatmo. Karena, meski tidak merokok, mereka ikut menghisap asap sampingannya sehingga tidak lepas dari dampak buruknya. "Karena itulah, bila istri sedang hamil, jangan sekali-kali suami merokok di dalam kamar, mobil, atau ruangan tertutup lain. Salah satu asap rokok meracuni janin." Begitu pula setelah lahir, sebaiknya bayi dihindarkan dari asap rokok.


Hasil sebuah penelitian di Jepang menunjukkan, para istri dari pria perokok punya peluang terkena kanker 20 - 55% lebih tinggi daripada istri bukan perokok. Untuk mengurangi dampak buruk, para perokok pasif dianjurkan menyantap berbagai sayuran segar dan buah-buahan setiap hari, memasang penyaring udara di tempat kerja atau di rumah, juga menghiasi rumah dengan berbagai tanaman pot untuk mengeliminasi gas polutan.


Niat, faktor utama


Rokok memiliki kekuatan adiksi yang terbilang besar. Orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok, sulit untuk menghentikannya. Semakin lama seseorang kebiasaan merokok, sel-sel otak semakin terbiasa dengan paparan kadar nikotin tertentu. Sebab itu, bila suatu saat seorang perokok menghentikan kebiasaannya, pasti akan terasa tersiksa, baik fisik maupun mentalnya. Pada tahap ini, tentu keputusan tergantung pada si perokok sendiri, apakah beberapa waktu dapat menahan rasa tersiksa ataukah kembali merokok.


Banyak anjuran untuk menghentikan rokok. Banyak pula ajaran dari bekas pengidap ketergantungan pada rokok. Tak sedikit pula teori yang dipublikasikan. Ada yang menyarankan untuk berhenti secara bertahap, ada yang menyarankan untuk berhenti secara bertahap, ada yang melakukan substitusi alias mengganti keinginan mengisap rokok dengan dengan hal lain. Ada pula rangkuman aneka kiat yang dibukukan oleh organisasi kesehatan dunia WHO berjudul Leave the Pack Behind.


Tjandra Yoga Aditama, dokter spesialis paru-paru dari RS Persahabatan Jakarta pernah mengatakan, untuk menghentikan ketagihan secara psikologis, si perokok perlu mengubah kebiasaan. Misalnya, kalau biasa merokok setelah minum teh atau kopi, untuk mengurangi kebiasaan itu perlu mengganti teh atau kopi dengan air putih segar. Atau jam minumnya diganti. Kalau jam merokoknya tak menentu perlu diganti jadwal tetap, misalnya pukul 08.00, 12.00, 16.00. Sedapat mungkin diusahakan merokok hanya pada jam-jam tertentu. Atau bisa dengan cara menunda atau menahan keinginan merokok. Sebagai pengganti, bisa minum air putih atau berjalan-jalan ke luar. Mengurangi jumlah rokok secara bertahap pun menurut dr. Yoga cukup efektif. Misalnya, kalau sebelumnya 20 batang sehari, dibatasi menjadi 10 batang, dan seterusnya. Namun, ini sungguh membutuhkan kedisiplinan.


Repotnya, kebanyakan perokok bisa disiplin dalam banyak hal, tetapi tidak untuk berdisiplin dalam banyak hal, tetapi tidak untuk berdisiplin menahan keinginan merokok. Barangkali niat kuat adalah anjuran klise, namun para mantan nikotinis mendapat bukti, ya niat itulah kunci utama. Mereka menganalogikan proses penghentian kebiasaan merokok seperti mengemudikan mobil: mengerem habis tanpa melalui proses setahap demi setahap. Tapi sekali lagi, kuncinya adalah kata klise itu tadi: niat. Pertanyaannya sekarang, di manakah niat itu? Wahai para perokok, marilah kita bersama-sama mencari sang "niat". Sampai dapat.


Source: Majalah Intisari, no.458 - September 2001

Selasa, 20 Desember 2011

Mencegah Janin Gugur

Beruntunglah bila Anda atau istri Anda mengalami kehamilan yang normal-normal saja. Pada sebagian orang, kehamilan sering mendapat banyak gangguan perdarahan, yang kemungkinan penyebabnya beraneka ragam. Apa saja dan bagaimana menanggulanginya.


YANTI harus segera dilarikan ke rumah sakit. Pasalnya ia, mengalami perdarahan cukup hebat dibarengi rasa mulas. Padahal usia kandungannya belum genap sembilan bulan. Sesampai di rumah sakit dokter segera melakukan tindakan pembedahan caesar dengan pertimbangan sang jabang bayi sudah cukup umur. Syukurlah Yanti berdua bayinya berhasil diselamatkan.


Menurut dokter yang menangani, perdarahan yang dialami Yanti akibat terlepasnya plasenta atau ari-ari janin (solisio plasente). Kasus perdarahan kehamilan seperti di alami Yanti cukup banyak. Pada kasus ini sebenarnya plasenta melekat pada tempat normal tapi karena suatu hal plasenta terlepas.


"Penyebabnya bisa macam-macam," kata dr. RB Ontowiryo HP, ahli kebidanan dan penyakit kandungan dari RS Ibu dan Anak Harapan Kita, Jakarta. "Bisa karena tumbuh tumor atau myom pada dinding kandungan, bisa karena tali plasenta terjerat pada kaki sang bayi sehingga saat bayi bergerak plasenta tertarik dan terlepas. Kasus kecelakaan seperti perut sang ibu terbentur sesuatu tepat di mana plasenta melekat juga bisa menyebabkan plasenta terlepas."


Penyebab lain, kasus preeklamsia (selama hamil mengalami kenaikan tekanan darah dan bagian tubuh tertentu membengkak). Beruntung kalau terlepasnya plasenta pada saat janin sudah cukup umur seperti yang dialami Yanti. Sebab bila terjadinya sebelum kandungan berusia 7,5 bulan (bobot bayi 1.400 - 1.500 g), janin pada umumnya sulit diselamatkan.


Perdarahan pada masa kehamilan bisa juga gara-gara plasenta menutupi jalan bayi. Di sini letak plasenta tidak normal (placenta prefia) yakni menjorok pada segmen bawah rahim, mengarah ke mulut rahim sebelah dalam. Dalam perkembangannya, semakin lama, plasenta semakin menutupi jalan keluar bayi.


Kasus ini juga bisa mengakibatkan perdarahan karena peregangan atau pengencangan bagian bawah rahim tertarik sehingga penanaman plasenta sedikit bergeser.


"Namun, penanganannya lebih mudah dibandingkan kasus pertama tadi," kata dr. Ontowiryo. "Sebab perdarahan tidak berlangsung terus-menerus, tapi secara berulang, misalnya setiap 3 - 4 minggu sekali dan tidak terasa sakit. Sehingga sang janin bisa dipertahankan lebih lama," tambahnya.


Untuk mempertahankan agar tidak terjadi kontraksi (usaha dari kandungan untuk mengeluarkan isinya), dokter memberikan obat, yang adakalanya diberikan lewat infus, sehingga kandungan tetap lemas dan plasenta tidak bergeser. Selama hamil tentu saja sang ibu disarankan untuk membatasi kegiatan sehari-hari (bed rest) sampai saatnya melahirkan.


Bercak darah dan ikatan mulut rahim


Karena kemungkinan risiko yang ditimbulkan, seringan apa pun perdarahan yang keluar semasa kehamilan haruslah di waspadai. Kita mesti memantau apakah bercak darah hanya timbul sekali, ataukah berulang kali. Apakah bercak bertambah hebat dan disertai mulas atau tidak. Kalau bercak di barengi mulas, biasanya menunjukkan indikasi keguguran. Sebab itu begitu tampak keluar bercak merah, segeralah periksakan diri ke dokter dan beristirahat total.


Dengan beristirahat total, aliran darah ke dalam rahim menjadi baik sehingga perdarahan diharapkan akan berkurang. Untuk mengecek apakah janin hidup biasanya diperiksa dengan alat ultrasonografi (USG). Sementara, pengeluaran bercak tanpa disertai rasa mulas bisa diatasi dengan istirahat total ditambah obat penguat kehamilan.


Meski demikian, tak perlu juga kita cemas berlebihan bila terjadi perdarahan. Bisa saja perdarahan itu berasal dari mulut rahim yang mau terbuka, atau calon plasenta yang mau lepas, atau jalan bayi tertutup.


Kondisi mulut rahim yang kurang baik juga bisa menyebabkan perdarahan yang berakhir dengan keguguran. Misalnya, pembukaan mulut rahim sebelum waktunya. Masalah seperti ini banyak terjadi pada ibu yang sering mengalami keguguran atau sering melahirkan. Pada kasus yang terakhir ini, kondisi serviksnya kurang baik atau robekan di bagian vaginanya tidak tertutup dengan  sempurna.


Untuk menghindari terjadinya keguguran, mulut rahim yang sudah agak terbuka tadi diikat atau dijerat dengan "pita" khusus dan baru dibuka kembali pada saat usia kehamilannya sudah cukup tua. Selama diikat, tidak disarankan berhubungan dengan pasangan sebab bisa menyebabkan kontraksi. Lagipula "pita" penjeratnya keras!


Ketika janin berhasil dipertahankan, setelah perdarahan, si ibu hendaknya memperhatikan kesehatan tubuh sambil tak lupa menghindari stress. Makanan yang dikonsumsi hendaknya bergizi tinggi seperti makanan kaya zat besi, kalori, dan protein. Ditambah lagi, cukup vitamin dan mineral. Mintalah nasihat ahli gizi agar tersusun menu yang diperlukan.


Ulah virus


Perdarahan selama kehamilan bisa pula merupakan indikasi adanya ketidakberesan pada kehamilan itu sendiri. Yang paling dicemaskan kalau terjadi pada triwulan pertama masa kehamilan. Perdarahan pada masa ini merupakan tanda-tanda akan terjadinya keguguran. Pada masa-masa awal kehamilan, janin memang masih lemah karena plasenta belum terbentuk. Perkembangan janin dari 1-3 bulan hanya tergantung dari peran hormon.


Secara alamiah, ada wanita tertentu memang "berbakat" mengalami perdarahan yang kemudian diikuti keguguran. Untuk menanggulanginya, tentu harus dicari secara saksama penyebab utamanya. Setelah ditemukan penyebabnya, baru dilakukan tindakan medisnya.


Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah ketidakseimbangan atau gangguan hormonal. Pada kasus ini umumnya keguguran tidak bisa dihindari. Gangguan terhadap peran hormon penunjang kehamilan pada awal kehamilan 1-3 bulan menyebabkan janin tidak berkembang dan gugur. Supaya tidak terulang, sebelum menyiapkan kehamilan berikutnya, sang ibu diberi terapi hormon sampai kadar hormon dikatakan seimbang.


Janin tidak normal juga bisa berujung keguguran. Ketidaknormalan tadi salah satunya akibat kurang baiknya kualitas bibit. Misalnya karena usia sang ibu sudah diatas 35 tahun, menderita penyakit menahun atau berat seperti TBC usus atau bibit sang suami kurang bagus kualitasnya. Dengan sendirinya janin tidak akan terbentuk normal sampai akhirnya berhenti tumbuh.


Janin tidak normal bisa pula akibat terkena infeksi macam toksoplasma (virus yang ditularkan oleh kucing dan burung), Rubella, Herpes Virus 1 dan 2 yang disebut TORCH. Kuman penyakit ini tidak bisa dibasmi tapi harus diturunkan keaktifannya dan daya tahan tubuh ibu dinaikkan.


Karenanya, uji TORCH perlu dilakukan sebelum memutuskan hamil kembali. Bila kadar IGG (imunoglugolin) tidak naik lagi, berarti stabil atau turun (virus kalah dan tidak berdaya lagi). Si ibu boleh hamil kembali.


Durian dan tape dilarang!


Selain perdarahan, nutrisi ternyata juga perlu diperhatikan untuk mencegah keguguran janin. Bukankah kehamilan harus pula didukung oleh nutrisi yang baik? Sayangnya, dengan sering mual, pusing dan muntah, acap kali sang ibu mengalami gangguan asupan nutrisi sehingga energinya terkuras serta aliran oksigen ke jaringan berkurang. Akibatnya bisa saja rahim tidak kuat mempertahankan janin.


Demikian pula apabila sang ibu mengalami anemia atau kekurangan sel darah merah. Makanan yang dibawa bersama sel darah merah pun menjadi berkurang sehingga suplai makanan kurang dan secara otomatis pertumbuhan janin terhambat. Sebab itu, setiap ibu hamil dianjurkan minum tambahan vitamin serta makan makanan yang memenuhi persyaratan gizi seperti yang dianjurkan dokter. Makanan berprotein tinggi serta sayuran dan buah-buahan lebih di anjurkan ketimbang makanan berkarbohidrat tinggi. Menu tinggi karbohidrat sering menyebabkan janin terlalu besar.


Selama hamil hendaknya juga dihindari makan makanan beralkohol tinggi macam durian dan tape.


"Semakin enak, biasanya semakin tinggi alkoholnya," tambah dr. Ontowiryo. "Dan ini ikut menghambat pertumbuhan janin." Kalau dikatakan bahwa nenas muda bisa menggugurkan kandungan, menurut dr. Ontowiryo tidak benar, kecuali kalau terjadi diare hebat yang menyebabkan mulut rahim mengendur, Ontowiryo ini juga menambahkan, banyak minum air es tidak akan menyebabkan janin lebih besar kecuali kalau selalu diminum dengan sirup. Bahwa minyak kelapa yang konon dapat menyebabkan kelahiran lebih lancar, juga pandangan yang salah. "Minyak kelapa 'kan hanya sampai usus, tidak ke ke vagina!" tegasnya.


Untuk mencegah terjadinya keguguran, selama hamil sebaiknya ibu tidak bekerja berat, terlalu capek, dan menghindari stres. Soalnya, stres yang berlebihan akan meningkatkan adrenalin sehingga terjadi penyempitan pada pembuluh darah yang berakibat kurangnya aliran darah ke rahim. Bila terjadi vaso kontraksi atau timbul reaksi kandungan untuk mengeluarkan bayi, dikhawatirkan akan terjadi keguguran.


Yang tak kalah pentingnya adalah mempersiapkan diri menghadapi kehamilan. Bila sebelumnya dirasakan adanya kelainan, seperti tumbuhnya tumor, keputihan, infeksi leher rahim, kista, mengalami endometriosis, dll., perlu segera diperiksa dan diobati agar bisa kehamilan tiba, janin bisa tumbuh dengan baik dan lahir dengan selamat.


Source: Majalah Intisari, no.437 - Desember 1999

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes