Tampilkan postingan dengan label Fenomena Aneh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fenomena Aneh. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 Januari 2012

Fenomena Menjelajah Waktu (True Story) (BAGIAN 2)

Suara masa lalu atau masa depan


Dua contoh kejadian di atas berhubungan dengan keadaan di masa lampau, namun kekacauan waktu pun bisa terjadi dengan menggambarkan keadaan di masa depan.


Suatu kejadian yang "diramalkan" oleh seseorang yang mengalami kekacauan waktu biasanya akan terjadi dengan tepat, terinci seperti yang "diramalkan"nya. Biasanya pula perbedaan waktu antara "ramalan" dengan kejadian sesungguhnya tidak lama. Hanya sampai hitungan jam atau hari. Jarang sekali yang berjarak waktu sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan, kecuali yang di alami Tessa G. dan R.H. Hodgskin dari Birmingham.


Dalam suatu kesempatan berlibur di London tanggal 20 April 1975, kedua gadis itu mengunjungi The Tower of London, monumen bersejarah yang tak lepas dari peristiwa sedih dan teror yang menimpanya. Namun saat berada di menara bercat putih itu yang mereka rasakan adalah ketenangan dengan hanya beberapa orang pengunjung.


Setelah beberapa waktu mengamati koleksi senjata di sana-sini, mereka merasakan suatu tekanan udara aneh yang tiba-tiba menyergap mereka. Bergegas mereka berusaha keluar dari ruangan itu. Namun ketika berada di tengah-tengah tangga, tiba-tiba Tessa menengok ke arah Hodgskin, "Aku mendengar banyak kanak-kanak berteriak." Hodgskin bingung karena ia tidak mendengar apa-apa, hanya dengung pembicaraan beberapa pengunjung di lantai bawah.


Lukisan Salvador Dali "Kacaunya kekuatan daya ingat",
menggambarkan mimpi buruk yang terangkai dengan jam yang
luluh. Hal ini mewakili tidak adanya batas kaku akan waktu
ciptaan manusia
Beberapa menit kemudian Tessa menjerit karena mendengar jeritan anak-anak meminta tolong. Tetap saja Hodgskin tak bisa membantu karena ia tak mendengar apa-apa. Saat itu mereka belum menyadari adanya kekacauan waktu yang menimpa Tessa. Namun Tessa sangat yakin telah mendengar tangisan anak-anak yang sangat mengganggu itu. Anehnya, teriakan-teriakan itu langsung hilang saat mereka keluar ruangan.


Beberapa bulan kemudian, ketika kedua gadis itu telah melupakan apa yang mereka alami, sebuah bom yang ditanam oleh teroris meledak di Menara Putih itu. Ledakan itu sempat mengambil beberapa korban jiwa dan korban luka-luka termasuk di antaranya anak-anak.


Apa sesungguhnya yang didengar oleh Tessa? Pantulan suara-suara yang mengenaskan dari peristiwa sedih beberapa tahun sebelumnya? Ataukah itu jeritan anak-anak yang menjadi korban bom yang melewati batas waktu sehingga terdengar di masa sebelumnya?


Kasus lain menimpa seorang pemuda dari Bourne End. Pemuda yang juga anggota Angkatan Udara Inggris, RAF, ini dikirim bertugas seiring dengan pecahnya perang tahun 1939.


Beberapa bulan kemudian teman wanitanya dalam keadaan antara sadar dan tertidur melihatnya terkapar penuh luka di atas sebuah rakit. Melihat keadaannya, tipis kemungkinannya untuk bisa bertahan hidup. Samar-samar pemuda itu memintanya untuk memberitahukan saudara perempuannya bahwa ia telah ditembak jatuh dan selama berhari-hari terapung-apung di atas rakit itu. Beberapa hari kemudian gadis ini mengunjungi rumah keluarga pemuda itu, malah ia bertemu sang pemuda dalam keadaan sehat. "Mimpi konyol!" ujar gadis itu terhadap mimpinya.


Dua tahun berlalu sebelum akhirnya ia membaca di sebuah koran tentang sesosok mayat pemuda ditemukan di atas rakit. Kasus aneh yang jarang sekali terjadi karena beda waktu "mimpi" dan kejadian sesungguhnya yang cukup lama.


Gelombang penyampai informasi


Beberapa penelitian yang mencoba mengungkapkan kasus ini menemukan beberapa ciri yang sering kali muncul dalam masalah kekacauan waktu, yaitu pemicu untuk "menyalakan" peristiwa itu, sejumlah peristiwa mendadak yang dialami pelaku, sensasi merasakan kehidupan di tempat yang punya hubungan dengan masa lalu atau masa depan, perasaan menjadi satu bagian dari pengalaman atau peserta kejadian itu, dengan jelas dirasakan hilangnya suara-suara masa kini, dan munculnya sinar-sinar aneh yang biasa jadi batas antara dua perbedaan keadaan waktu, biasanya sinar ini berwarna keperakan.


Sementara ciri-ciri fisik yang dirasakan adalah pelaku bisa melihat, kadang mendengar, dengan cara yang tidak biasa, dan merasa kehilangan arah. Tak sedikit mereka yang merasakan seperti terjadi gempa bumi atau petir yang menggelegar. Beberapa merasakan kesemutan atau seperti terjun ke dalam lubang yang dalam. Para ahli menilai semua itu sebagai pengaruh dari gelombang listrik berperan dalam peristiwa itu.


Contoh munculnya pemicu adalah seperti yang dialami Anne May dan Joan Forman. Peristiwa yang dialami oleh Anne May ditandai dengan adanya batu tempat ia bersandar. Batu ini yang diduga sebagai pemicu keadaan transisi, seperti tombol yang ditekan untuk menyalakan TV. Sedangkan Joan diduga telah menginjak tempat tertentu dan tepat saat ia melangkah dari tempat itu semua yang ia lihat lenyap.


Ada juga yang mengaitkan pengaruh gelombang elektromagnetik dengan tersedianya informasi di suatu tempat. Di perkirakan setiap benda (sebut sebagai sumber I) yang ada disekitar kita mengandung informasi yang terus-menerus menyampaikan pesan mengenai ciri fisiknya (warna, bentuk, tekstur, situasi) dengan perantaraan gelombang tertentu yang belum juga dapat dideteksi. Beberapa informasi ini lalu ditangkap dan diserap oleh benda (sumber II) di sekitarnya, dan pada saat tertentu ia meneruskan gelombang ini. Setiap orang yang berada di sekitar itu pada saat tertentu tersebut, dan tingkat gelombang otak yang sama dan tepat untuk menerima gelombang itu maka akan mendapatkan gambaran atau suara yang dikirimkan oleh benda pertama.


Contoh singkatnya, pada saat seseorang marah atau tertekan bisa saja ia mengirimkan gelombang-gelombang ke udara yang akan ditangkap oleh benda-benda yang suatu saat akan meneruskannya lagi ke orang-orang tertentu.


Lalu gelombang jenis apa yang bisa menyampaikan gambar dan suara melewati batas waktu? Meskipun belum terdeteksi, hal ini membuat para ahli menarik kesimpulan bahwa semua benda mengeluarkan gelombang.


Teori lain yang dinamakan teori mekanika kuantum mendasarkan pemahaman atas banyaknya atom di muka bumi ini, sedangkan elektron yang terdapat didalam atom itu mampu bergerak maju dan mundur. Hal ini pula yang menyebabkan suatu benda mampu bergerak maju maupun mundur.


Kalau benar, kita dan seluruh isi dunia ini sudah bisa ditentukan jalan hidupnya terlebih dahulu dan masa depan kita sudah terpampang di depan mata, bahkan dilihat oleh para pendahulu kita.


Source: Majalah Intisari, no.364 - November 1993

Fenomena Menjelajah Waktu (True Story) (BAGIAN 1)

Fenomena alam yang unik bisa menghadirkan seseorang dalam setting dan kehidupan masa lalu. Sebaliknya terkadang malah menyeretnya pada kejadian yang akan datang. Nah, sebelum terjebak dalam kekacauan waktu ada baiknya kita kenali dulu misteri ini.


BAGI banyak orang, waktu sudah menjadi hal yang rutin. Jarum jam terus bergulir. Hari berganti, bulan berubah, dan tahun pun berlalu. Tapi benarkah waktu hanya sesederhana itu? Waktu ternyata mempunyai dimensi yang sangat luas. Ukurannya tidak hanya seujung jarum jam.


Bocah tumbuh dewasa, musim berganti, alat transportasi berkembang, menunjukkan adanya perubahan waktu. Perjalanan waktu memang dapat diukur dengan berbagai perangkat alat, tak hanya dengan jam dan kalender.


Demikian pula urut-urutan kronologis kejadian tidak hanya dibentuk oleh waktu, tapi juga oleh makrokosmos yang menghasilkan mekanisme tertentu, yang berbeda dengan perilaku waktu seperti dikenal orang. Kenyataan ini sangat bertentangan dengan konsep waktu yang ada. Inilah yang disebut dengan fenomena kekekacauan waktu, dimana dua dimensi waktu bekerja bersama-sama. Subjek mendapatkan dirinya ada di masa sekarang atau masa lalu secara bersama-sama. Pengalaman ini menimbulkan teka-teki, karena ada kalanya orang bisa saja kehilangan orientasi ruang waktu.


Berbeda setengah abad


Batu monolit di Clava Cairns, Inverness yg diduga
berfungsi sebagai pemicu kekacauan waktu yg dialami
Anne May
Kasus aneh pertama yang berkaitan dengan kekekacauan waktu menimpa Squirrel, seorang lelaki tua kolektor koin. Tahun 1973 ia akan membeli kantung tempat koin-koinnya yang dia dengar-dengar dijual di sebuah warung di Great Yarmouth, Norfolk (Inggris). Seakan pernah kesana, ia tahu persis barang-barang yang di jual di sana. Ia sempat takjub dengan jalan berbatu di depan toko itu. Bagian depan toko dicat warna-warni. Ruangannya dihiasi dengan bingkai foto motif bunga, kotak uang model kuno dan satu tempat yang penuh dengan tongkat. Sebelum sempat mengamati semuanya, muncul seorang wanita yang mengenakan rok hitam dan blus berlengan panjang. Rambut wanita yang rupanya penjaga toko itu disanggul tinggi.


Perlu dicatat tahun 1973 mode paduan kaus dengan rok sedang melanda kaum wanita. Begitupun penampilan wanita tadi tidak membuat Squirrel merasa aneh. Ketika Squirrell menanyakan kantung untuk koin-koinnya, wanita itu mengeluarkannya dari sebuah kotak berisi macam-macam barang. Sementara Squirrell menandainya dengan angka, si penjaga mengatakan kalau orang-orang di kapal juga sering membelinya untuk tempat mata kail.


Saat Squirell akan membayar, wanita itu menyebut harga dalam shilling (uang kuno). Hal ini tidak mengejutkan bagi Squirell yang menganggapnya bercanda. Sebaliknya justru si pelayan yang terheran-heran ketika Squirell memberikan koin logam senilai 5 pence (uang sekarang). Toh si penjaga tak memberikan komentar. Selain transaksi yang aneh, suasana di dalam warung yang hening dan tiadanya suara dari luar sempat menimbulkan teka-teki dalam diri Squirell.


Seminggu kemudian, Squirell sempat terkejut saat kembali ke warung untuk membeli kantung koin. Semuanya tampak jauh berbeda dengan yang ia lihat sebelumnya. Jalan berbatu jadi beraspal, sedangkan barang-barang di dalam warung tampak tua dan kotor. Pelayan di warung bukan lagi si wanita bersanggul melainkan seorang tua. Ia menolak cerita Squirrell bahwa seorang wanita muda melayaninya minggu lalu. Benar-benar seperti mimpi buruk. Yang paling mengejutkan ketika si pelayan mengatakan, di warung itu tidak pernah disediakan kantung koin. Pemilik warung pun membenarkan apa yang dikatakan penjaga tokonya.


Dalam seminggu saja seolah jalan tua, warung dengan penjaga toko yang berpakaian ala Edwardian, dan barang dagangannya telah hilang. Semua tampak tidak sesuai dengan yang pernah dipikirkannya.


Dengan penasaran Squirell melihat tanggal pembuatan kantung koin terakhir di pabriknya. Ternyata, kantung semacam yang digunakannya dibuat tahun 1920. Sungguh aneh dan tidak masuk di akal, kekacauan waktu yang nyata-nyata menimpa waktu lampau di atas waktu sekarang.


Apakah Squirell berjalan ke masa lalu? Tapi bagaimana mekanismenya?


Bersandar di batu


Pada 29 Mei 1973, seorang guru Norwegia, Ny. Anne May, dan suaminya mengunjungi Clava Cairns di Inverness, salah satu kumpulan dari tiga kuburan kuno yang dibuat pada awal zaman perunggu (1800 - 1500 SM). Hari itu udara cerah, burung-burung berkicauan, sementara Ny. May berjalan mengelilingi sebuah batu, lalu berbalik menuju ke sekumpulan monolit yang membentuk lingkaran. Lalu ia bersandar di sebuah tugu batu yang menghadap arah timur laut. Ia memejamkan mata dan mulai memusatkan pikiran. Ketika membuka matanya, ia melihat sekelompok orang yang mengenakan semacam tunik dari bulu dengan celana yang diikat-ikat saling silang. Orang-orang yang berambut gelap panjang ini berjalan maju perlahan-lahan untuk memindahkan sebuah batu monolit. Pemandangan yang aneh ini mungkin telah lama terjadi, tapi tak seorang pun bisa melihatnya. Namun dalam waktu singkat Ny. Anne Mary telah kembali lagi ke abad XX.


Ini contoh lain yang bisa menjelaskan apa yang terjadi saat muncul kekacauan waktu. Pelaku sangat tertarik sekelilingnya, namun tak berkonsentrasi atas benda-benda itu. Kekacauan waktu hanya bisa terjadi di tempat-tempat dan saat tertentu - yaitu saat tubuh Ny. Anne Mary menyentuh monolit - seketika itu pula terjadi perubahan peristiwa dari masa sekarang ke masa lalu, juga sebaliknya dari masa lalu ke masa kini.


Joan Forman, peneliti mengenai kekacauan waktu, pun pernah mengalami hal serupa saat mengunjungi Haddon Hall di Derbyshire. Pada suatu hari libur, pergilah ia ke sebuah rumah yang sudah lama ia kunjungi. Saat di halaman gedung itu ia berhenti sejenak untuk mengamati bentuk arsitekturnya. ketika ia memasuki gerbang, tiba-tiba ia melihat empat orang anak di tangga batu paling atas - satu balita, dua anak laki-laki yang lebih besar, dan seorang anak perempuan yang kira-kira berumur 9 tahun. Sayang, gadis kecil itu tiba-tiba berbalik memunggunginya.


Joan hanya sempat memperhatikan bahwa anak perempuan yang berambut pirang sepanjang bahu itu mengenakan topi belanda berwarna putih sementara gaunnya yang terbuat dari sutera berwarna hijau keabu-abuan dihiasi dengan kerah renda. Anak-anak yang tampaknya sedang bergurau itu tertawa terpingkal-pingkal, sementara Joan hanya bisa melihatnya dengan keheranan. Tiba-tiba anak perempuan yang paling tua berbalik. Joan berharap akan melihat seorang anak yang cantik menarik, tapi yang dilihatnya saat itu justru raut muka lebar, hidung pesek, dan rahang besar. Saat dia melangkah maju, segera pemandangan itu hilang. Begitupun ia masih ingat semua kejadian itu, tawa bahagia anak-anak dan wajah pucat si anak perempuan berambut pirang.


Joan lalu menjelajahi seluruh bagian dalam rumah untuk mencari potret, sebagai tanda bahwa anak itu benar pernah tinggal di Haddon. Di antara lukisan leluhur yang tergantung di dinding tampak gambar seorang anak berambut pirang memakai topi belanda dan rok panjang dari sutera berwarna hijau keabu-abuan dengan kerah renda. Wajah kekanak-kanakannya sama seperti yang dia lihat di luar. Menurut penjaga rumah itu, anak itu bernama Lady Grace Manners.


Bersambung - FENOMENA MENJELAJAH WAKTU (BAGIAN 2)

Selasa, 17 Januari 2012

Fenomena Hujan Yang Tak Lazim

Air hujan adalah benda langit yang paling biasa dikenal orang. Bisa dibilang luar biasa kalau ternyata muncul fenomena hujan kacang, ikan, katak, atau bahkan hujan lumpur. Dari mana benda-benda asing itu berasal? Mengapa itu bisa terjadi? Adakah relevansi jatuhnya benda-benda tersebut dengan peristiwa sesudahnya?

SEORANG wanita setengah baya yang menyaksikan jatuhnya ratusan kacang dari langit St. Louis, Missouri, Amerika Serikat, dianggap sebagai nenek genit yang over acting ketika ia melapor kepada kantor urusan cuaca setempat, September 1945.

"Apakah tanda-tanda kiamat didahului dengan jatuhnya kacang dari langit?" ungkapnya.


Bagi para ahli cuaca atau bahkan orang awam yang terbiasa menghirup alam rasional, peristiwa tadi hanya dianggap sebagai halusinasi wajar yang kadang menyergap kaum manula. Namun bagi orang yang cukup bijak menganut paham bahwa segala sesuatu "mungkin saja terjadi", peristiwa itu menyiratkan keterbatasan daya nalar manusia itu sendiri. Bukankah teori bumi bulat yang pada mulanya dianggap sebagai bualan pada akhirnya menemukan kebenaran? 
Kelompok orang bijak inilah yang tidak begitu saja menutup telinga rapat-rapat ketika mendengar berita mengenai ikan, belut, atau katak yang jatuh dari langit di suatu tempat tertentu.

Ada baiknya bila sejenak kita simak beberapa kejadian aneh, seperti terlukiskan di bawah ini :

Hujan Katak di Jepang
Ny. Edith Turner, seorang warga Kota Stuart, Florida, AS, sore itu sedang minum kopi di dapur, ketika tiba-tiba mendengar suara keras menghantam atap rumahnya.

"Kedengarannya seperti langit yang tiba-tiba runtuh," jelas Turner. Lalu ia memastikan sendiri bahwa benda asing yang menghantam atap rumahnya pastilah sebuah benda berat. Benar, ketika di periksa ia menemukan beberapa bongkahan es masing-masing seberat 25 kg.


Laporan tentang "bom es" walaupun sering terjadi tak pernah dikupas media massa secara mendalam. Soalnya, memang dianggap kejadian lumrah yang dapat terjadi setiap saat. Namun kasus yang menimpa rumah Turner ini menjadi isu menarik. Selain bukti autentik yang disodorkan, beberapa ahli juga turut mengamati bongkahan es yang ternyata agak lain dengan es biasa.


"Baunya amat menyengat seperti mengandung bahan kimia tertentu dengan warna bisa biru atau kehijau-hijauan," tutur salah seorang pakar. Namun pada kejadian "bom es" lainnya, gumpalan es segar itu kadang berisi semacam kotoran manusia. Lalu muncullah teori seperti ini; es yang mengandung kotoran manusia itu berasal dari toilet pesawat terbang. Ada kebocoran pada bagian toilet sehingga es segar ini pun jatuh ke bumi ketika pesawat tergesek udara panas.


Toh, teori ini tidak imun dari sanggahan. Soalnya, setiap pesawat memiliki alat  pencair es untuk mengatasi persoalan seperti ini. Namun seiring dengan itu, persoalannya terus berkembang. Kalau gumpalan es itu hanya sebesar kepala bayi atau lebih kecil bisa dibilang wajar, tapi bisa sampai mendekati setengah kuintal?


Teori baru pun bermunculan. Salah satunya menjelaskan bahwa gumpalan es itu sebenarnya merupakan  "batuan meteorit" selain batu yang sebenarnya. Namun teori ini pun masih banyak ditentang. Alasannya, ketika gumpalan es tersebut memasuki lapisan atmosfer, pasti sudah mencair sebelum menyentuh bumi. Ketika seorang pria di Kazan, Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (dulu Uni Sovyet, Red.) menyimpan bongkahan es yang hampir menimpanya, teori pertama muncul kembali.


Setelah melalui penelitian yang melelahkan, para ahli memastikan bahwa bongkahan es tersebut tak lain dari apa yang mereka sebut "meteorit gas beku". Pernyataan ini didukung teori berbau ilmiah, yang mengatakan, jutawan tahun lalu samudera yang ada sekarang ini sebenarnya berasal dari "komet es" yang menghantam bumi terus-menerus. Jadi bongkahan es yang menimpa bumi tersebut sebenarnya sisa-sisa dari komet es tadi.


Kejadian serupa menimpa Helen Goddard, penduduk Lake Worth, Florida, AS, September 1978. Pada suatu malam, bongkahan-bongkahan es berbentuk kubus sebesar 1,5 inci mengguyur atap rumahnya. Kejadian yang berulang kali itu anehnya tidak menimpa rumah-rumah di sekitarnya. Jelas ini bukan cuma permainan iseng orang kerjaan yang melemparkan bongkahan es. Karena di samping letak rumahnya yang jauh dari jalan, bongkahan es yang memenuhi kebun itu jumlahnya terlalu banyak.


Ada lumpur nakal


Peristiwa tragis lainnya menimpa tiga orang lainnya menimpa tiga orang nelayan dari Kepulauan Pasifik di gugusan Kiribati. Pada tahun 1986 mereka terapung-apung di laut yang ganas selama 119 hari setelah mesin perahu mereka mati. Mereka bertahan hidup dengan menangkap ikan hiu untuk makanan. Ketika akhirnya berhasil diselamatkan mereka bercerita, suatu malam sebuah benda tiba-tiba jatuh menimpa perahu. Seekor ikan aneh berwarna kehitam-kehitaman dan biasa hidup di kedalaman 200 m jatuh dari langit. Lalu bagaimana ikan aneh ini bisa begitu saja terlempar ke langit dan jatuh tepat di atas perahu nelayan malang ini? Apakah ini hanya kebetulan semata??


"Barangkali Tuhan tak ingin melihat kami makan ikan hiu setiap hari," ujar mereka serius.


Peristiwa yang tak kalah aneh terjadi di Minneapolis, Minnesota, 2 Juli 1901. Berbagai koran lokal ramai menurunkan berita tentang jatuhnya ratusan katak bernyawa dari langit ketika hujan besar mengguyur kota itu. Saat hujan reda, orang menemukan berbagai jenis katak kecil-kecil terserak di beberapa tempat yang jarang dilalui orang.


"Adakah orang iseng yang menaruh katak-katak ini ketika hujan lebat sedang tercurah? Mungkinkah puluhan jenis katak dengan berbagai ukuran telah bersatu sedemikian rukun dalam sebuah reuni antarkatak?" demikian tulis beberapa koran.


Banyak saksi mata melihat apa yang mereka sebut "awan-awan aneh" yang menjatuhkan berbagai jenis benda. Louis Castoreno yang sedang bekerja di kebun rumahnya di Fort Worth, Texas, Mei 1985, menjadi saksi adanya hujan ikan. Uniknya, hujan aneh ini terjadi setelah adanya bakal badai dan angin topan dahsyat di tempat yang sama. "Benar-benar amat menakutkan," ungkapnya dalam suatu wawancara.


"Bisa Anda bayangkan, ketika suatu saat ikan berjatuhan dari langit dan Anda hanya seorang diri di sana," tambahnya.


Sebanyak 34 ekor dari sekian ratus ikan yang berhasil dikumpulkan, berukuran panjang 5 cm. Hewan air ini ternyata biasa hidup di Sungai Trinity, 1 mil jauhnya dari rumahnya.


"Awan aneh" ini juga pernah terlihat di langit Chilatchee, Alabama, April 1956. Seorang saksi mata dikagetkan oleh sebentuk awan hitam yang berada tepat di atas kepalanya untuk kemudian menumpahkan hujan lokal di area seluas kurang lebih 70 m2. Selama seperempat jam hujan mengguyur, tiga jenis ikan berbeda ikut jatuh. "Mereka masih hidup dan meliuk-liuk di tanah basah berair," kata salah seorang saksi mata. Ketika hujan reda, "awan aneh" itu pun turut lenyap pula.


Tak hanya itu, hujan nakal pun pernah terjadi di South Burnaby, Kanada, Februari 1986. Selama tiga hari berturut-turut lumpur dan kotoran jatuh dari langit menimpa sebuah gedung SD. Lumpur itu mengotori bangunan dan mobil-mobil yang diparkir di halaman. "Baunya mirip kotoran hewan atau bau pupuk kandang yang sengak," aku salah seorang guru di situ.


Potongan jari beraksi


Daging rendang yang tersaji di meja makan, sudah tentu jadi santapan nikmat. Namun apa komentar orang, bila suatu hari mendapatkan gumpalan daging jatuh dari langit? Barangkali, Anda segera berkhayal, tentu ini ulah iseng koki pesawat terbang yang tidak bisa memanfaatkan waktu luang. Tapi tunggu dulu! Bagaimana bila daging yang jatuh dari angkasa itu disertai juga "hujan darah" seperti yang terjadi di Brasil?


Dilaporkan, 27 Agustus 1968, beberapa gumpal daging dan darah berjatuhan di area seluas 1 km2 selama lima hingga tujuh menit antara daerah Cocpava dan Sao Jose dos Compos, Brasil. Keratan daging berukuran 5 - 20 cm itu berwarna keunguan dan sudah agak berjamur. Yang membuat orang mengernyitkan dahi, adalah turutnya tetesan-tetesan darah yang jatuh dari langit.


Yang jelas, daging misterius itu bukanlah daging segar. Ini dibuktikan dengan warna ungu dan jamur yang sudah melekat. Tapi, adakah daging segar yang jatuh dari langit? Ternyata ada juga. Peristiwanya terjadi di Berlin, Jerman, Maret 1986, saat sekerat daging yang masih berlumuran darah jatuh menimpa atap sebuah mobil yang sedang diparkir. Yang lebih mengagetkan orang, daging segar itu tak lain adalah sepotong jari manusia!


Sebenarnya masih banyak benda lainnya jatuh dari langit seperti hujan beras di Mandalay, Myanmar, Januari 1952; biji-bijian di Savannah, Georgia, Februari 1958; kacang yang jatuh di Van Nuys, California, 6 Maret 1958. Lalu ada buaya sepanjang 2 m jatuh di dekat rumah Ny. Hiram Winchell di Evansville, Indiana, pada 21 Mei 1911. Sementara ada pula benda bulat berbentuk raksasa berukuran 30 cm berjatuhan di musim panas 1910 di kawasan Westerville, Ohio.


Seluruh peristiwa jatuhnya benda-benda yang telah banyak dikenal ini memang benar-benar terjadi dan bukan merupakan kebohongan belaka. Ada bukti-bukti autentik berupa publikasi pemberitaan pers dan penayangan foto-foto. Kini giliran Anda untuk menjawab "teka-teki" ilmiah ini.


Source: Majalah Intisari, no.373 - Agustus 1994

Rabu, 30 November 2011

Makhluk yang Hidup Dalam Kubur Ratusan Tahun

Beberapa penelitian mengungkapkan ada makhluk yang bisa bertahan hidup dalam keadaan tanpa makan, minum, udara, bahkan sisa ruang yang cukup. Benarkah?


MUSIM dingin 1856, ratusan pekerja Perancis terlibat dalam pengeboran terowongan kereta api yang menghubungkan Saint-Dizier  - Nancy saat mereka menemukan sebongkah batu raksasa di kegelapan. Begitu mesin bor membelah batu itu, suatu makhluk berukuran besar berdiri tegak, mengembangkan sayapnya, dan terbang menerobos kerumunan pekerja di sekelilingnya. Ringkikan "burung" raksasa itu nyaring memecah kegelapan terowongan. Sayang, tak lama kemudian makhluk ini jatuh ke tanah.


Tubuhnya berbentuk seperti angsa besar, meskipun tampangnya sedikit menyeramkan dengan mulut penuh gigi tajam. Empat kakinya yang kuat berakhir di cakar yang kuat berakhir di cakar yang melengkung dan ditautkan dengan membran seperti pada cakar kelelawar. Kulitnya sendiri hitam, tidak berbulu, tebal dan berminyak.


Dalam Illustrated London News, 9 Februari 1856, seorang peneliti hewan dan tumbuh-tumbuhan yang juga ahli palaentologi menyebut mayat binatang itu sebagai Pterodactylus anas.


Penyelidikan atas lapisan batu yang memerangkap perodactil itu pun mengungkapkan umur batu kira-kira sama dengan masa perkembangan pterodactil ribuan tahun yang lalu. Rongga perangkapnya membentuk cetakan yang sama dengan binatang di dalamnya. Artinya binatang itu benar-benar terjepit lapisan batuan sehingga tidak mungkin bergerak. Lalu bagaimana ia bisa bertahan hidup ribuan tahun lamanya?


Terkubur 200 tahun


Mumi Katak
Kasus itu sebenarnya bukan satu-satunya, karena sebelumnya telah banyak ditemui kasus serupa yang kebanyakan melibatkan binatang kecil seperti reptil kecil ataupun kerang-kerangan. Kontroversi seputar hewan yang terperangkap ini menyeruak dengan terbitnya Annual Register pada tahun 1761.


Salah satu kasus yang diungkapkan di sini adalah pengamatan yang dilakukan oleh Ambroise Pare, kepala ahli bedah zaman pemerintahan Henry III (1207 - 1272). Pare menyatakan, pada akhir abad XVI, di rumahnya di Meudon, "Saya melihat seorang penggali memecah sebongkah batu yang sangat besar dan keras. Ternyata di tengahnya ada kodok besar yang masih hidup, tapi tak terlihat tanda-tanda dari mana ia masuk." Kasus ini diceritakan dari waktu ke waktu dan sempat didokumentasikan. Walau ada perbedaan di sana-sini, banyak detilnya yang persis sama. Dalam sebuah ceramah di Caius College, Cambridge, Februari 1818, Dr. Clarke menceritakan pengalamannya selaku pengawas penggalian sebuah gua kapur dengan tujuan menemukan fosil. Di kedalaman 45 depa ia menemukan selapis fosil-fosil sea urchin dan kadal air. Tiga kadal air yang ditemukan dalam keadaan utuh kemudian di pindahkan dan diletakkan di atas selembar kertas. Di bawah sinar matahari, tiba-tiba ketiganya bergerak. Namun, dua diantaranya mati tak lama kemudian, sementara yang seekor diletakkan dalam kolam, " .... langsung bergerak lincah seakan-akan tak pernah mati suri." Begitu aktifnya ia sampai akhirnya ia bisa melarikan diri. Dr. Clarke kemudian mulai mengumpulkan contoh-contoh semua jenis kadal air di daerah itu, namun tak satu pun sama dengan temuannya yang lama terkubur itu. Bahkan menurut Pendeta Richard Cobbold, salah satu peserta ceramah yang sempat melihat kadal air tersebut, "Mereka adalah dari jenis yang sudah punah, tidak pernah dikenal sebelumnya."


Tanggal 8 April 1865, Leeds Mercury melaporkan temuan secara lebih mendetil tentang ekskavasi di Hartlepool Waterwork. Di bawah pimpinan James Yeal, para penggali menemukan seekor katak hidup dalam gumpalan batu gamping di kedalaman 8 m.


Sebagaimana contoh-contoh lainnya, tubuh katak itu pas sekali terjebak dalam batu sehingga rongganya pun serupa cetakan tubuhnya.


Matanya berbinar-binar dan ia nampak penuh semangat menyambut  kebebasan. Mula-mula ia mencoba bernapas tapi rupanya mengalami kesulitan. Yang terdengar malah suara "gonggongan".


Tidak aneh, karena ternyata mulutnya terkunci dan "gonggongan" itu diduga berasal dari nostrilnya (lubang hidung). Koran-koran melaporkan, pertama kali ditemukan kulitnya sepucat batu kapur, namun beberapa saat kemudian perlahan menjadi semakin coklat. Selain semua keanehan itu dan panjang cakarnya yang tidak lumrah, semua kondisi katak itu normal-normal saja. Pendeta Robert Taylor yang juga ahli geologi menduga batu gamping dari zaman magnesium yang memerangkap katak itu paling tidak berumur 200 tahun. Toh si katak bertahan hidup sampai beberapa hari.


Ada lagi laporan dari Benua Amerika, yang dimuat dalam jurnal ilmiah. Majalah Scientific menceritakan tentang pekerja tambang perak bernama Moses Gaines. Ia sedang membongkar batuan sebesar 60 cm2 ketika tiba-tiba batu itu pecah dan di dalamnya ditemukan seekor katak sepanjang 7,5 cm, sangat gemuk dan padat ... dengan mata bulat sebesar koin.


Juga sebuah laporan dari Inggris, yang menggelikan. Sepotong batu marmer yang menutup pendiangan sebuah rumah memotong marmer tersebut, dan menemukan ... seekor katak hidup di dalamnya.


Katak binatang ajaib


Dari begitu banyak kasus, nampaknya katak paling banyak ditemukan terperangkap dalam batuan. Sebenarnya apa kehebatan binatang amfibi ini sehingga bisa bertahan sekian lama tanpa persediaan bahan pendukung kehidupan?


Katak memang telah menarik minat umat manusia sejak awal mula kehidupan. Selama berabad-abad katak banyak dihubungkan dengan sihir dan kekuatan gelap. Mereka sering dipakai sebagai salah satu bahan ramuan kekuatan para tukang sihir. Di abad XII banyak orang percaya, di kepala katak tersimpan batu permata yang sering disebut batu katak. Semakin tua katak itu semakin mahal harga batunya. Bila batu ini di pasang pada cincin akan mampu melawan bisa.


Pendapat membesar-besarkan kemampuan katak itu lahir dengan melihat contoh banyaknya anjing mati dengan mulut berbusa setelah menggigit katak. Jadi katak dianggap memiliki kekuatan magis. Suku Indian di Lembah Amazon mencelup ujung mata panah mereka dengan racun katak, malah para dokter di Cina menggunakan katak olahan dalam mengobati penyakit jantung.


Kepercayaan yang mengaitkan katak dengan kekuatan gelap sebenarnya timbul akibat proses evolusi yang dialaminya dan reaksi untuk bertahan hidup. Dulu nenek moyang katak, hewan amfibi purba, bersisik seperti ikan sebagai perlindungan. Namun entah bagaimana katak kehilangan sisik. Seluruh permukaan tubuh mereka berubah fungsi menjadi paru-paru. Jadilah katak bernapas dengan kulit mereka yang lembab. Seiring dengan proses evolusi itu pun katak perlahan-lahan mulai kehilangan ekornya.


Dengan kulit lembutnya ini katak gampang di serang bakteri, ganggang, dan jamur yang banyak hidup di habitatnya. Maka ia mengembangkan seperangkat senjata pemusnah untuk membunuh fungi dan bakteri, yang dikeluarkan melalui kelenjar kulitnya. Selanjutnya racun ini dikembangkan fungsinya sebagai senjata untuk menyerang musuh yang jauh lebih besar seperti ular, mamalia, dan burung.


Namun katak juga memiliki kekuatan lain berupa racun halusinasi yang disebut bufotenin. Zat halusinogen ini bekerja dengan meniru molekul kimia yang membawa pesan dari sel saraf ke otak, membanjiri otak dengan pesan-pesan menyimpang yang keliru dan menimbulkan halusinasi.


Halusinasi di Abad Pertengahan tidak hanya didominasi oleh para penyihir: orang biasa pun banyak yang dapat merasakan pengalaman. "terbang" atau berubah menjadi serigala. Pada masa lalu, biji-bijian yang bersih disediakan bagi kalangan bangsawan dan rohaniwan. Sedangkan yang terkontaminasi di berikan bagi kaum jelata. Padahal biji-bijian itu bisa saja sudah berjamur. Bila jamurnya Claviceps purpurea, yang dikenal sebagai Lysergic Acid Diethylamide (LSD), maka sering kali kalangan bawah yang memakannya mengalami halusinasi berubah sebagai serigala atau katak.


Bahkan pada tahun 1451 Alfonso de Torado, uskup di Avila, Spanyol, sudah bisa menyimpulkan bahwa para penyihir sebenarnya hanya mengalami halusinasi bisa terbang, bukannya terbang sungguhan selayaknya burung.


Cara masuk ke dalam batuan


Penelitian terhadap katak sebagai makhluk yang terbatas kemampuan pertahanan hidupnya pun diajukan oleh Kapten Buckland yang memaparkan percobaan Dr. Frank Buckland. 


Tahun 1825 Dr. Frank Buckland mengubur sejumlah katak. Ia mengambil dua bongkah batu. Sebongkah batu gamping, sedangkan lainnya bongkahan batu pasir. Masing-masing batu ini dikerok secukupnya untuk memasukkan beberapa kotak. Kedua bongkahan ini disegel dengan selembar kaca dan semen, lalu di tanam sedalam 1 m di kebun. Setahun kemudian batu ini dibongkar dan dipecah. Katak-katak di dalam batu pasir, sedangkan yang dalam batu gamping, sedangkan lainnya bongkahan batu pasir. Masing-masing batu ini dikerok secukupnya untuk memasukkan beberapa katak. Kedua bongkahan ini disegel dengan selembar kaca dan semen, lalu ditanam sedalam 1 m di kebun. Setahun kemudian batu ini dibongkar dan dipecah. Katak-katak di dalam batu pasir semua mati, sedangkan yang dalam batu gamping bisa bertahan hidup. Malah dua ekor di antaranya bertambah gemuk. Namun dari pengamatannya nampak ada beberapa retakan kecil dalam kaca segel. Dugaannya, beberapa serangga kecil masuk dan dimangsa. Ketika percobaan diulangi, kali ini dengan segel penutup yang jauh lebih rapat, hasilnya semua katak percobaan mati.


Bagi banyak ilmuwan, percobaan Dr. Buckman mengakhiri semua rasa penasaran yang timbul. Begitu pun masih ada yang mencoba menerangkan bagaimana katak mungkin saja dapat bertahan walau terkubur hidup-hidup. Salah satu kelompok diwakili oleh William Howitt. Menurutnya, semua pengamat hewan tahu bahwa katak terbiasa membenamkan dirinya dalam lumpur di dasar kolam selama musim dingin. Ia memaparkan kembali pengalamannya di Farnsfield. Nottinghamshire. Saat menggali parit, ia melihat selapis kumpulan katak yang begitu terekat dalam lumpur pekat seperti mentega. Begitu tergali, berpuluh-puluh katak tiba-tiba bangun dan melompat untuk mencari udara segar. Jika katak ini bisa hidup selama enam bulan dalam lumpur yang nyaris padat, tentunya ia bisa juga bertahan lebih lama lagi di tempat yang serupa.


Lambat laun lumpur itu tentu akan mengeras menjadi batu, sehingga muncul pertanyaan lagi: bagaimana katak itu mampu mengatasi tekanan selama proses pengerasan?? Belum lagi waktu amat lama yang mengiringi proses itu?


Bahwa tubuh katak dapat mengatasi tekanan pengerasan batu, dibuktikan oleh temuan pengamat dunia hewan dan tumbuhan abad XVIII yang terkenal, Gilbert White. Ia beberapa kali menemukan katak di dalam batu berupa mumi, bukan fosil. Kunci jawabannya barangkali pada fakta bahwa batuan yang semula masih elastis kemudian mengeras sesuai dengan bentuk binatang yang diperangkapnya. Sementara kegagalan Buckland diperkirakan karena bentuk ceruk batunya tidak sama dengan tubuh katak yang dimasukkannya. Contohnya  adalah percobaan yang dilakukan oleh Monsieur Seguin dari Prancis, menurut The Times edisi 23 september 1862, yang menguburkan 20 ekor katak dalam adukan semen di Paris, kemudian dibiarkan mengeras dan dikubur. Setelah 12 tahun, ternyata empat ekor di antaranya ditemukan hidup.


Teorinya berikutnya diajukan oleh A.H. Worthen di American Naturalist tahun 1871. Mengamati katak yang hidup di batu gamping dekat St. Louis, Worthen menemukan bahwa batu gamping dekat St. Louis, Worthen menemukan bahwa batu gamping induk dilapisi kalsium karbonat sampai setebal 2,5 cm. Menurut dugaannya, semula katak itu mati suri di salah satu celah pada batu induk. Ia kemudian terkubur oleh lapisan kalsium karbonat. Ketika lapisan ini mengeras, terperangkaplah ia di sana. Secara awam memang sulit dibedakan mana batuan induk dan mana yang baru. Yang penting, penelitian Worthen ini mampu sedikit menyingkap muasal penyebab kasus itu yang terjadi dalam keadaan tertentu


Source: Majalah Intisari, no.375 - Oktober 1994

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes