Tampilkan postingan dengan label Penderita Asma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penderita Asma. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Desember 2011

Serba-Serbi Asma (BAGIAN 2)

PENDERITA ini sering sesak napas waktu bangun pagi, takut pada udara lembab, polusi, asap rokok, dsb. Agar menjadi responsif terhadap obat pelonggar   napas, hendaknya diobati dulu dengan obat antiradang seperti steorid atau kromolin. Golongan obat steroid misalnya metilpredisolon (lameson) atau prednison yang pada umumnya diberikan dalam dosis tunggal pagi hari untuk menghindari efek sampingan atau bisa juga steroid hirup.


Baik penderita maupun keluarganya perlu memahami untuk membedakan ada tidaknya proses peradangan saluran pernapasan. Oleh karena itu, mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Caranya, tentu saja dengan mengendalikan faktor luar yang diketahui sebagai faktor pencetus adalah asap rokok, hindarilah asap rokok. Kalau pencetusnya alergen hirup seperti debu rumah, tungau, jamur, kita harus menjaga kebersihan rumah. Bahkan serpihan kulit manusia pun bisa menjadi gara-garanya. Tembok yang lembab mudah di tumbuhi jamur, sehingga kelembaban kamar perlu dijaga. Untuk membersihkan debu alangkah baiknya menggunakan lap basah, supaya debu tidak beterbangan.


Seorang penderita asma, menurut dr. Hadi, sebaiknya mencari bidang pekerjaan yang sesuai, tidak berpolusi tinggi. Penderita juga tidak dianjurkan merokok selain berpantang menyantap makanan yang alergik. Perhatikan juga obat yang terbukti mencetuskan sesak.


Fisioterapi adakalanya diperlukan untuk membuang dahak yang berlebihan. Alat diathermi juga bisa mengurangi produksi lendir. Selain latihan napas dan latihan napas dan latihan relaksasi untuk mengendurkan otot pernapasan, penderita hendaknya rajin berolahraga yang disarankan dokter, terutama yang mengandung nilai aerobik dengan waktu dan intensitas tetap Berenang, jalan kaki, bisbol, serta mendayung sangat disarankan. Sebaiknya, jangan lari atau main bola basket.


Diet makanan tanpa didukung oleh latihan serta pengobatan teratur, tidak sepenuhnya mengobati si sakit. Hendaknya Anda jangan gegabah mengobati diri sendiri tanpa petunjuk dokter!


SUNTIKAN DAN KESABARAN

ASMA yang cukup diobati dengan suntikan imunoterapi adalah asma alergi atau asma yang diikuti pilek alergi. Dosis imunoterapi dinaikkan secara bertahap dan diharapkan dapat menghilangkan kepekaan.

Penelitian tentang imunoterapi ini dilakukan sejak tahun 1949 dan ternyata hasilnya cukup baik. Angka keberhasilan kurang lebih 75% - 90%. Tidak ada efek sampingan jangka panjang yang merugikan, sedangkan efek sampingan jangka pendek yang terjadi paling-paling hanya reaksi lokal: gatal, kemerahan, bengkak pada daerah suntikan.

Pemberian imonologi antara lain dengan cara Stevensone, yakni dikerjakan selama 5 tahun. Tahun pertama diberikan suntikan 1 minggu sekali, tahun keempat dan tahun kelima 4 minggu sekali.

Imunoterapi ini memang memerlukan kesabaran dan motivasi yang kuat supaya pengobatan tidak terputus.

Apabila terserang asma, kita membutuhkan pertolongan dokter dengan segera bila:

1. Setelah di upayakan dengan obat hidung atau inhaler tidak mempan. Obat ini biasa diberikan 1 - 2 semprotan tiap beberapa menit. Jumlah seluruh semprotan hanya 8. Bila dalam waktu 15 - 30 menit tidak terjadi perubahan, maka kita perlu waspada.

2. Dua jam setelah diberikan obat minum tidak ada perbaikan.

3. Setelah digunakan alat tiup peak flow meter kekuatan meniup tidak sampai 20%.


ASMA KUMAT SEHABIS OLAHRAGA

ASMA bisa kumat akibat latihan olahraga yang terlalu berat, khususnya di tempat bersuhu udara dingin dan kering. Terjadinya exercise induced asthma (EIA) ini menurut dr. Sadoso Sumosardjuno, DSOR, pakar dokter olahraga, bila terjadi peningkatan penyumbatan jalan udara 3 - 8 menit setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat. Pada umumnya gejala lebih parah saat 5 - 15 menit sehabis berhenti olahraga. Namun, kemudian gejala mulai berkurang dengan waktu pemulihan 30 - 90 menit.

Menurut pengamatan, volume pengeluaran napas di situ dalam waktu satu detiknya menurun (10%) dengan gejala batuk-batuk, napas berbunyi "ngik-ngik", dada merasa kencang, sakit dada, susah bernapas. Tingkat penyempitan jalan udara dalam keadaan ini sebenarnya sedang-sedang saja. Kasus seperti ini 90% menyerang anak-anak dan orang dewasa dengan asma. Misalnya pada tim Olimpiade tahun 1988 beberapa peraih medali pun mengalami gangguan seperti itu. Pada atlet kaliber seperti itu mungkin disebabkan oleh panas atau kehilangan cairan, diikuti adanya hiperosmolaritas dari cairan pada saluran pernapasan.

Untuk mengetahui apakah seseorang berkecenderungan bisa mengalami EIA, bisa dilakukan tes lari, treadmill, bersepeda, atau mendayung. Timbulnya EIA sebenarnya dapat dicegah tanpa obat-obatan. Caranya, melakukan pemanasan yang cukup, fisik terlatih baik dan teratur, berlatih pada udara panas dan lembab serta menggunakan masker atau mengenakan syal di sekeliling muka bila melakukan olahraga di luar pada udara dingin.

Namun bila sebelum melakukan latihan terasa akan terjadi serangan asma, sebaiknya melakukan pencegahan dengan obat yang disarankan dokter. Pada umumnya obat semprot lebih efektif.

Bagaimanakah cara untuk mencegah terjadinya serangan EIA tadi? Menurut dr. Sadoso, setiap olahraga hendaknya di dahului dengan pemanasan 3 - 5 menit. Barulah kemudian mulai dengan latihan intinya, misalnya berenang (di kolam tidak dingin) selama 3 menit, diikuti dengan istirahat dalam kolam selama 2 menit, disusul lagi dengan berenang lagi dengan gerakan cepat selama 3 menit, diikuti dengan kembali dengan istirahat 2 menit, dan seterusnya. Berlatihlah sesuai dengan kekuatan dan kemampuan Anda 3 - 5 kali seminggu. Misalnya 10 set (1 set terdiri dari 3 menit berenang cepat dan 2 menit istirahat).

Setelah 2-3 minggu berlatih secara teratur, tingkatkan latihan Anda dengan menambah jumlah setnya. Sekali menambah latihan tidak boleh lebih dari 10%.

Bila Anda memilih berlatih dengan olahraga sepeda jalan atau stasioner, caranya juga sama: 3 menit latihan, 2 menit istirahat, dan seterusnya. Waktu istirahat hendaknya sepeda dikayuh seenaknya.

Selama melakukan latihan tersebut hendaknya di bawah pengawasan seorang ahli dan sebaiknya selalu disediakan inhaler dan oksigen. Minum dianjurkan banyak sebab dapat mengurangi kekentalan sekresi dari paru-paru sehingga memudahkan pernapasan.

Diharapkan dengan mengikuti program latihan seperti itu penderita tidak akan mengalami serangan EIA tadi. Sebab terjadi perbaikan fungsi paru-paru dan koordinasi otot serta penyesuaian emosional disamping memperbaiki kapasitas kerja, mengurangi volume residual dan memperbaiki pernapasan perut. Setelah 3 - 6 bulan Anda dapat merasakan manfaatnya!

Source: Majalah Intisari, Juni 1995

Serba-Serbi Asma (BAGIAN 1)

SUDAH sejak kecil Mira (15) mengidap asma. Berbagai macam cara pengobatan sudah dijalani; akupuntur, pijat, makan empedu ular, minum darah kelinci, dan banyak lagi cara pengobatan tradisional lain. Namun, penyakit yang menjengkelkan ini masih saja mengganggunya. Kalau sedang kumat, Mira sesak napas dibarengi mengi dan batuk. Adakalanya, ia perlu dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pernapasan.

Seorang dokter ahli meneliti apakah penyebab asma tersebut karena alergi atau karena faktor lain. Ternyata Mira tidak tahan terhadap debu. Kasur kapuknya harus diganti dengan kasur busa. Setelah mendapat pengobatan imonuterapi selama dua tahun penyakitnya mereda.

Walaupun penyakit asma atau bengek ini sudah dikenal orang lebih dari 2.000 tahun yang lalu, penyebabnya yang pasti hingga kini masih belum seluruhnya terungkapkan, Dr. Hadi Moeliawan dari Klinik Asma dr. Indrajana, Jakarta, mengatakan asma yang dalam bahasa Yunani berarti "sesak napas" bisa dibedakan menjadi dua macam; asma kardial yang terjadi akibat kelainan jantung dan asma bronkial yang merupakan penyakit saluran pernapasan. Penderita asma bronkial menjadi hipersensitif dan hiperaktif terhadap bermacam-macam rangsangan dari luar. Gejalanya di tandai dengan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas.

Penyempitan saluran pernapasan ini, menurut dr. Hadi, antara lain disebabkan oleh berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, serta pembentukan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran pernapasan.

Namun, tidak semua sesak napas bisa disebut karena asma. Bisa juga karena penyakit jantung, TBC, bronkitis, radang paru-paru, dll.

Alergi turunan

Tipe asma bronkial tadi ada yang bisa disembuhkan ada yang menetap. Asma alergi ekstrinsik atau atopik dengan gejala sesak napas dan mengi yang kumat-kumatan seperti halnya Mira tadi, adakalanya hilang spontan tanpa banyak pengobatan. Serangan asma biasanya terjadi karena kontak berulang kali dengan zat atau bahan penyebab alergi seperti debu, tungau (makhluk super mini yang betah tinggal di kasur kapuk), obat nyamuk, tepung sari tumbuh-tumbuhan, dll. Penderitanya paling banyak di negara tropis seperti Indonesia. Pada umumnya, 85% timbul sebelum usia 30 tahun.

Seperti halnya Mira, ia mulai terjangkiti pada usia 4 tahun. Hasil tes tusuk kulit (Prick)nya tampak positif. Sedangkan hasil tes darah menunjukkan bahwa kadar zat antibodi jenis IgE (Imunoglobin E) atau reagin-nya cukup tinggi. Disini berarti sistem pertahanan/kekebalan tubuh Mira mencelakakan tubuhnya sendiri. Prof. dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D. dari sub bagian biologi RSCM-FKUI menambahkan, IgE yang merupakan salah satu antibodi berupa sel darah putih ini dibentuk dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi adakalanya membawa ulah. Ia membabi buta, lupa mana kawan, mana lawan. Akibatnya, tubuh kita menjadi korban. Sekali ulahnya begitu, sulit dikembalikan ke kondisi normal. Ia akan selalu condong bereaksi salah.

Penderita kebanyakan mempunyai riwayat dengan alergi lain seperti gatal (biduren), pilek, alergi, atau eksem. Ditinjau dari silsilah keluarganya, ternyata nenek Mira menderita salah satu penyakit alergi. Rupanya penyakit ini menurun!

Sebagian besar asma jenis ini hilang pada waktu puber, walaupun adakalanya kumat pada waktu dewasa atau tua. 

Bengek nonalergik

Kalau asma alergik Mira lebih mudah ditangani, tidak demikian dengan asma nonalergik atau intrinsik (diopatik) yang diderita Pak Tono (40). Pengobatannya  lebih sulit karena disini tidak ditemukan obat steroid, cepat sekali asma jenis ini menhebat, menetap, dan tidak jarang berakhir fatal. Asma non alergik ini kumat di kala penderita mengalami gangguan psikis, olahraga berat, perubahan suhu drastis, dll. Kecenderungannya menjadi, kronis disertai batuk dan produksi dahak berkelanjutan serta sering dijumpai bersamaan dengan polip hidung dan rentan terhadap aspirin.

Gangguan asma Pak Tono mereda setelah ia rajin berobat dan berolahraga ringan serta mendapat fisioterapi.

Ada lagi jenis asma lain yang lebih berat daripada asma Pak Tono, misalnya asma bentuk kombinasi yang sulit dipastikan apakah bersifat alergik atau nonalergik, sehingga memerlukan penelitian lebih saksama. Lalu jenis asma dengan penyulit (complicated asthma) yang merupakan asma komplikasi. Tanda dan gejala klinisnya tergantung pada organ tubuh yang mengalami komplikasi. Misalnya, efek dari penyakit emflesa (paru-paru membesar), pleura (penyakit pada selaput pembungkus paru-paru), paru-paru robek sehingga terjadi pneumothorak (paru-parunya mengempis), atau penyakit lemah jantung.

Serangan asma berat lain adalah status asmatikus. Penderita bisa tidak tertolong kalau tiba-tiba sesak napas sampai mukanya kebiruan. Obat pelonggar napas yang lazim digunakan untuk serangan akut tidak mempan. Bantuan napas harus cepat diberikan sebelum ia kehabisan oksigen.

Pengobatan rutin

Asma memang penyakit yang sangat mengganggu penderita karena sulit disembuhkan. Anak-anak bisa terganggu pelajarannya, orang dewasa akan terganggu kariernya. Sementara obat yang ada pada umumnya hanya untuk mengendalikan penyakitnya agar aktivitas penderita tidak terganggu dan suatu saat diharapkan terjadi perbaikan spontan. Sebab itu, sistem pengobatan terpadu, artinya pendidikan tentang penyakit, komunikasi, dan keterbukaan antara dokter, penderita, dan keluarga penderita sangat diharapkan, agar pengobatan dapat dilaksanakan secara saksama dan teratur.

Bila penderita hanya menghadapi kontraksi atau berkerutnya otot polos saluran  pernapasan (asma periodik), mengi, dan sesak napas sekali-kali saja, misalnya    sehabis lari atau main dengan kucing, ia cukup diberi obat pelanggar napas. Tapi kalau proses asmanya adalah peradangan (asma berkelanjutan), berarti mengi dan sesak napasnya cenderung menetap dan lebih meningkatkan kepekaan terhadap bermacam-macam iritan yang menyebabkan serangan terus-menerus dan adakalanya akut, pengobatannya tentu lain.

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes