POLUSI laut karena kapal tangki bertabrakan misalnya, memang memusingkan, terutama bagi negara-negara yang berdekatan. Namun ada cara efektif untuk mengatasi pencemaran oleh minyak itu yaitu dengan pengerahan bakteri ke lautan yang fungsinya untuk memakan minyak bumi tersebut.
BIOTEKNOLOGI kini mendapat perhatian di banyak negara. Penerapan ilmu ini cukup luas, mulai bidang kedokteran, pertanian, peternakan, industri kimia sampai penanganan masalah pencemaran lingkungan.
Bioteknologi lingkungan kini menarik perhatian, karena adanya kenyataan bahwa pengolahan limbah industri yang berupa zat organik dapat diatasi dengan bantuan mikroorganisme. Bioteknologi lingkungan ini menarik perhatian, karena adanya kenyataan bahwa pengolahan limbah industri yang berupa zat organik dapat diatasi dengan bantuan mikroorganisme. Bioteknologi lingkungan ini mencakup proses biologis memakai bakteri, fungi (jamur), maupun enzim untuk mendegradasi senyawaan organik dengan mengeluarkan enzim (suatu protein) yang dapat mengurai bahan makanan itu.
Proses bagaimana bakteri memakan minyak dilautan |
Salah satu contoh penerapan bioteknologi lingkungan ini yaitu pada kasus pencemaran minyak bumi di laut. Ini pernah diterapkan. Yaitu, ketika 11 juta galon minyak bumi tumpah di laut dekat Alaska akibat kapal Exxon Valdes menabrak batu karang. Sebagian mencemari pantai dan menutupi permukaan laut, sehingga banyak ikan yang mati. Regu pengawas pantai AS dan Lembaga penanggulangan Lingkungan AS turun tangan. Mereka menyemprotkan jutaan "pasukan" bakteri (berasal dari 50 kg bahan kering yang mengandung bakteri) pada permukaan laut yang tercemar. Hasilnya menakjubkan, mereka melalap minyak itu dengan rakusnya. Bakteri yang sama juga pernah ditaburkan di Teluk Meksiko. Ketika itu terjadi kebakaran di kapal tanker milik Norwegia, Mega Borg. Sekitar 4,3 juta galon minyak bumi tumpah. Sebagian terbakar, sebagian menguap dan ada juga yang bisa dipungut lagi. Sedangkan yang tinggal dilaut diperkirakan sekitar 14.000 galon. Sisa inilah yang kemudian dimusnahkan dengan bantuan bakteri.
Bakteri ini sudah dicoba sejak tahun 1975 oleh Perusahaan Polybac yang bermarkas di AS. Perusahaan ini merupakan tiga besar produsen bakteri yang ditujukan khusus untuk mengatasi pencemaran lingkungan, sehingga kemampuannya berbeda dengan bakteri pemakan minyak bumi yang mencemari tanah di air tawar. Itulah sebabnya, tersedia kemasan bakteri untuk keperluan di air asin dan air tawar.
Yang rakus tidak bisa gemuk
Bakteri pemakan minyak bumi itu mulanya berasal dari daerah pengeboran minyak dan sumur tua bekas penambangan minyak. Ia sudah terbiasa makan minyak bumi. Bakteri ini ada yang bisa melahap minyak bumi dengan rakus atau yang biasa-biasa saja. Bakteri yang rakus biasanya tetap kecil dan tidak bisa besar atau gemuk.
Yang paling rakus ini kemudian diisolasi, disimpan dalam tabung reaksi sebagai biakan bakteri murni. Selanjutnya diradiasi supaya terjadi mutasi genetika, sehingga didapatkan individu dengan sifat berbeda dari aslinya. Setelah itu dibiakkan dan diisolasi. Hasilnya, kumpulan bakteri yang sudah termutasi sekaligus rakus melahap minyak bumi. Bakteri ini kemudian diuji dalam berbagai media, misalnya air laut. Yang mampu hidup di air laut kemudian dipisahkan, dibiakkan, lalu ditambah partikel-partikel debu terbuat dari bahan alami dan dijual dalam bentuk kemasan bubuk kering.
Kehebatan bakteri pemakan minyak bumi ini bisa kita lihat contohnya di Pantai Laut Utara Inggris. Pada hari pertama, minyak bumi mulai memasuki daratan. Beberapa waktu kemudian ditaburi bakteri pemakan minyak bumi khusus yang mampu hidup di air asin. Pada hari ke-9 gumpalan minyak terlihat sudah menipis. Tiga belas hari kemudian tampak sudah makin menipis lagi. Pada hari ke-25 pantai sudah bersih dari minyak bumi. Begitu minyak bumi habis, tamat pula riwayat bakteri.
Source: Majalah Intisari no.331 - Februari 1991
0 comments:
Posting Komentar