Tampilkan postingan dengan label AIDS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AIDS. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Februari 2012

AIDS Tak Hanya Karena HIV

Belakangan AIDS mendapat warna baru, setelah beberapa ilmuwan beranggapan bahwa bukan hanya HIV yang menimbulkan AIDS. Penemuan ini tentu berdampak amat luas, bagi pencarian vaksin baru melawan penyakit berbahaya ini.


MENDENGAR kata AIDS (acquired immune deficiency syndrome) saja, banyak orang sudah punya bayangan tidak mengenakkan. Apalagi bila vonis terkena penyakit yan mengerikan ini, bisa-bisa penderita kehilangan semangat hidup. Soalnya, sampai sekarang vaksin yang cespleng melawan HIV (human immunodeficiency virus) penyebab penyakit ganas ini tak kunjung ditemukan.


Sejak dilaporkan pertama kali di AS, Mei 1981 dan virus penyebabnya ditemukan di Perancis tahun 1983, AIDS cepat berkembang ke seluruh dunia. WHO memperkirakan menjelang tahun 2000, empat puluh juta orang akan terinfeksi AIDS.


Sejauh yang diketahui umum, AIDS atau sindroma kehilangan kekebalan tubuh, timbul karena sistem kekebalan tubuh diserang oleh HIV. Akibatnya tentu saja fatal, tubuh tidak mampu melindungi diri dari infeksi dan serangan penyakit, betapapun lemahnya.


Dalam tubuh manusia kekebalan ini bersifat mobil karena ikut mengalir di dalam darah dan sistem lymphatic. Ia terdiri atas miliaran sel dan tersusun dari bermacam tipe sel dengan fungsi berbeda.


Tipe sel yang terpenting adalah limposit B dan limposit T. Limposit B bertugas membuat antibodi untuk mengikat atau melumpuhkan gerak bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan limfosit T berfungsi mengenali molekul-molekul asing dengan syarat "musuh-musuh" itu masih berada di luar sel.


Pada orang yang terinfeksi HIV, sel limposit T yang disebut "sel pembantu" babak belur. Padahal tanpa sel ini, sistem kekebalan tidak mampu membedakan mana "teman", mana "lawan". Itu artinya virus, bakteri, dan jamur dapat masuk dan merajalela dalam tubuh.


AIDS tanpa HIV


Kendati AIDS telah merenggut nyawa banyak orang, penyebab yang pasti masih menjadi perdebatan para ahli. Dua tiga tahun belakangan, bahkan ditemukan bukti baru, HIV barangkali tidak sendirian dalam mematikan sel T. Buktinya banyak usaha melawan HIV hasilnya negatif atau kabur. Di duga HIV dapat meniru dan mengelabui sistem kekebalan tubuh. AIDS mungkin saja sejenis penyakit di mana sistem kekebalan menghancurkan dirinya sendiri.


Bahwa HIV mungkin bukan satu-satunya penyebab AIDS, dibuktikan dengan didapatinya sedikit sel yang terinfeksi virus itu pada darah penderita AIDS.


Selain itu, selalu saja ada perbedaan antara hasil pemeriksaan laboratorium dengan pengamatan klinis. Perbedaan ini semakin nyata dengan ditemukannya penderita dengan gejala AIDS tanpa HIV' di dalam tubuhnya!


Luc Montagnier dari Institut Pasteur di Paris, penemu HIV, mengumumkan bahwa HIV mungkin punya paling tidak satu kawan pembantu. "Oknum" yang dicurigai itu adalah mikroorganisme bersel tunggal, yang tak berdinding, dan disebut mycoplasma.


Penemuan Montagnier ini menguatkan kesimpulan Shyh Ching Lo, dari Institut Patologi Angkatan Udara di Washington, Namun banyak ilmuwan masih meragukan pendapat mereka.


Keanehan lain seputar AIDS, adalah ditemukannya banyak sekali antibodi melawan HIV. Jika orang yang terinfeksi dapat dengan mudah membuat antibodi melawan virus itu, mengapa tak cukup kuat menghentikan sepak terjang HIV?


Tahun 1988, Geoffrey Hoffmann dari Universitas British Columbia, Kanada, memberikan alternatif pemecahan baru. Bagaimana bila HIV ternyata mempunyai bentuk yang mirip dengan beberapa komponen dalam sistem kekebalan tubuh? Maka ketika virus ini masuk ke dalam tubuh, antibodi yang dihasilkan tak hanya menyerang musuh (virus HIV) tapi juga sel-sel pembentuk sistem kekebalan tubuh itu sendiri.


Buktinya, ketika Hoffmann dan rekannya, Tracy Kion, menginjeksi tikus dengan sel tikus lain, tikus penerima membuat antibodi melawan HIV, meski tikus pemberi sama sekali tidak terinfeksi HIV atau virus apa pun. Bagi Hoffman, ini berarti bahwa HIV meniru molekul yang ada di permukaan sel normal.


Nyatanya, memang sudah terbukti ada 4 bagian HIV yang meniru bentuk sebuah molekul penting dalam sistem kekebalan tubuh kita, yang disebut MHC (major histocompatibility complex).


Teori Hoffmann tentu saja amat radikal, karena dengan kata lain ia mengatakan: sebenarnya HIV itu sendiri bukan penyebab kerusakan dalam tubuh, tetapi respons tubuh yang kurang tepatlah yang mengakibatkannya.


Namun keradikalan teori Hoffmann belum seberapa bila dibandingkan dengan temuan menggegerkan di dunia riset vaksin HIV akhir-akhir ini.


Dasar penelitian vaksin HIV selama ini adalah mencari supaya mengelabui sistem kekebalan tubuh, agar ia mengeluarkan respons terhadap HIV, tanpa benar-benar menginjeksi pasien dengan HIV. Yang diinjeksikan hanya sebagian dari virus itu (misalkan kulit luarnya), atau virus yang sudah mati. Kalau berhasil,sistem kekebalan tubuh akan memberikan respons terhadap HIV. Yang diharapkan, bila suatu kali tubuh benar-benar kemasukan HIV, sistem kekebalan tubuh akan memberikan respons terhadap HIV. Yang diharapkan, bila suatu kali tubuh benar-benar kemasukan HIV, sistem kekebalan akan tahu bagaimana memberi respons. Sayang, yang terjadi tidak sesuai dengan rencana dasar ini.


Tahun 1991 E.J. Stott memberikan laporan Peneliti National Institute for Biological Standards and Control di Hertfordshire, Inggris, menguji coba vaksin HIV pada kera. Prosedur di atas dilakukan dan hasilnya sesuai harapan. Kera yang disuntik dengan HIV jadi kebal. Yang mengagetkan, kera yang disuntik hanya dengan sel-sel yang dipergunakan untuk mengembangkan virus itupun ikut jadi kebal. Jadi sel-sel itu rupanya telah mengeluarkan respons kekebalan sendiri. Kesimpulannya, tak perlu virus lagi untuk menimbulkan respons kekebalan terhadap virus yang bersangkutan. Beberapa peneliti lain juga melaporkan hal yang senada. 


Dani Bolognesi dari Institute National Cancer mencoba memberikan jawab. Katanya, HIV mungkin dapat menangkap protein sel lain, seperti  MHC, ketika mereka tumbuh bersama. Menurut Bolognesi, kekebalan yang dilihat oleh Stott itu adalah respons terhadap protein MHC, bukan protein virus. Jadi bila Bolognese  dan rekan-rekannya benar, HIV bukan saja meniru antigen MHC seperti kata Hottmann, tetapi virus itu mencomot molekul dari setiap sel yang diserbunya.


Dapat bersembunyi


Pada tahun 1992, Albert Sabin, seorang ahli biologi, menulis secara blak-blakkan dalam jurnal ilmu pengetahuan bergengsi Proceedings of the National Academy of Sciences. Katanya, pendekatan yang dijalankan dalam penemuan vaksin melawan HIV sia-sia. Kebanyakan vaksin AIDS selama ini ditujukan untuk menetralisasi virus HIV "telanjang" (diluar sel) dalam darah.


Kenyataannya, hampir sebagian besar "salinan" virus HIV dengan aman berlindung dalam sel, sehingga ia tak terkena efek sistem kekebalan apa pun.


Demikianlah bahkan maret Maret lalu, menurut Reuters, Luc Montagnier mengatakan riset vaksin HIV sudah menemui jalan buntu. Vaksin yang di ujicobakan pada sukarelawan seperti saat ini hanya ampuh terhadap satu dari ratusan turunan HIV.


Untunglah, dari Swedia terdengar berita yang memberi harapan. Sigvard Olofsson, profesor pada Universitas Gothenburg mengutarakan pada Surat Kabar Expressen, "Kami telah menemukan kunci yang pas di semua lubang kunci." Yang dimaksudkan adalah Tn-antigen yang katanya ampuh untuk segala macam turunan HIV. Antigen adalah zat yang merangsang timbulnya antibodi.


Hanya perjalanan yang mesti ditempuh masih panjang. Paling tidak 10 tahun lagi vaksin ini baru sip untuk umum, kata Olofsson.


Itulah AIDS, kehadirannya memang makin nyata tapi penyebabnya masih diselimuti teka-teki.


Source: Majalah Intisari, no.370 - Mei 1994

Senin, 31 Oktober 2011

Tanaman Obat Tradisional Anti HIV (AIDS)

BERBAGAI cara sudah dilakukan untuk menanggulangi AIDS yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh orang karena infeksi HIV. Kebanyakan dilakukan dengan obat kimia sintetis, yang sampai sekarang belum ada hasilnya yang memuaskan. Penelitian mencari obat yang lebih jitu kini beralih ke tanaman tradisional. 


VIRUS penyebab AIDS yang sangat kompleks itu mudah sekali berubah sifat, menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan hidupnya. Inilah yang menyulitkan para pakar menemukan obat penumpas yang tahan lama keampuhannya.


Berbagai jenis obat sintetis yang sudah dicoba sebelumnya memang efektif melawan virus HI, tetapi begitu virus itu bermutasi, obat jadi tak efektif lagi. Dampak sampingannya yang negatif juga tinggi, sedangkan proses pembuatannya sendiri masih rumit. Obat itu jadi mahal, tapi "tidak janji".


Mencari yang alamiah


Daun Kaki Kuda
Itulah sebabnya, beberapa pakar farmakologi berupa mencari zat aktif dari bahan alami. Dengan disponsori GPA (Global Programme on AIDS) dan TRM (Traditional Medicine Programme) dari WHO, NCL (National Cancer Institute) di Washington, telah menguji keampuhan sejumlah tanaman obat tradisional dari seluruh dunia terhadap virus penyebab AIDS.


Selama 5 tahun (1987-1992), NCL menguji lebih dari 40.000 jenis tanaman obat, bakteri, lumut kerak dan ganggang yang hidup di laut in vitro (dalam tabung percobaan). Dari pengujian itu ternyata hanya 15% yang berpotensi sebagai zat anti-HIV. Sebagian besar (85%) tidak menunjukkan kegiatan.


Sambiloto
Dari yang potensial itu sebagian besar berupa tanaman daratan yang biasa dipakai sebagai obat tradisional oleh berbagai bangsa dan negara sumber tanaman obat itu, termasuk Indonesia. Umumnya bahan yang berkhasiat itu berupa ekstrak air (sari) tanaman yang bersangkutan. Hanya beberapa yang berupa ekstrak organik.


Berbagai jenis tanaman obat tradisional, seperti bawang putih, sambiloto, pepaya, ginseng, lidah buaya, jamur shiitake, dan berbagai ramuan berupa umbi lili, obat Cina fu zheng, dan obat Tibet padma 28 sudah lama dipakai untuk menyembuhkan AIDS tanpa penjelasan ilmiah. Setelah di uji in vivo (dalam tubuh makhluk hidup) lebih lanjut.


Ekstrak beberapa jenis tanaman obat itu dicobakan pada pasien HIV di Afrika. Salah satu yang ampuh ialah sejenis kayu hitam Diospyros usambarensis. Ia sudah lama dikenal sebagai fungsida dan obat sitotoksik. Ekstrak tanaman ini juga sudah diberikan kepada penderita AIDS di Cina dan Tanzania, baik dalam bentuk tunggal maupun di ramu sebagai obat kombinasi dengan tanaman obat lain.



TABEL 1
Jenis tanaman obat Cina yang anti-HIV
1Althernanthera philoxeroids
2Andrographis paniculata
3Arctium Lappa
4Coptis chinensis
5Epimedium grandiforum
6Lithospermum erithrorhizon
7Lonicera japonica
8Prunella vulgaris
9Senecio scandens
10Viola yedoensis
11Woodwardia unigemmata

Bayam Duri
Di Cina juga sudah dilakukan uji farmakologi terhadap 27 jenis tanaman obat yang biasa dipakai oleh penduduk sebagai obat anti-infeksi. Sebelas jenis diantaranya menunjukkan dengan nyata kegiatan anti-HIV ketika di uji dalam tabung (Lihat tabel 1). Di antara kesebelas jenis tanaman itu ada satu yang sudah lama kita kenal di Indonesia. Yaitu sambiloto Andrographis paniculata.


Sejauh ini, sambiloto dipakai sebagai obat penyakit kulit oleh para dukun/tabib tradisional Indonesia. Ternyata alkaloida andrografolida yang dikandungnya berkhasiat menghambat kegiatan virus HI.


Prunella vulgaris dan Viola yedoensis ternyata mengandung senyawa sulfonat polisakarida. Senyawa ini menunjukkan kegiatan sebagai penghambat kegiatan virus HI. 


Ganggang merah Schizeminta pacifica yang hidup di laut, dan mengandung heparin dan dekstran sulfat ternyata juga anti-HIV seperti senyawa sulfonat polisakarida di atas.


Jenis tanaman Trichosantes kirilowi yang biasa dipakai sebagai obat abortus di Cina, kini di Amerika Serikat di pakai secara tidak resmi sebagai obat AIDS, karena mengandung protein trikosantin.

TABEL 2
Ekstrak air tanaman Indonesia yg aktif
Anti-HIV in Vitro
1Ageratum conyzoidesBabadotan
2Amaranthus spinosisBayam duri
3Anthocephalus chinensisKelempeyan
4Aquilaria microcarpa*Kayu Gaharu
5Areca catechuPinang
6Artemisia ginaMungis arab
7Artemisia vulgarisSuket ganjahan
8Averrhoa bilimbiBelimbing Wuluh
9Blumea balsamiferaSembung
10Carica PapayaPepaya
11Centella asiaticaDaun kaki kuda
12Chydenanthus excelsusBesole
13Cinnamomum burmaniKayu manis
14Clerodendrum serratumSagunggu
15Codiaeum variegatumPuring, Puding
16Coleus atropurpureusJawer Kotok
17Coriandrum SativumKetumbar
18Costus speciosusPacing, Si tawar
19Curcuma heyneanaTemu Giring
20Dracontomelon*Buwah rau, Koili
21Dyrpetes Longifolia**Bumigaya, Batung
22Eclipta prostataUrang-aring
23Elaocarpus stupularis*Pinang pinai
24Euonymus JavanicusKumbang
25Foeniculum vulgareAdas
26Garcinia griffithiKandis gajah
27Gendarusa vulgarisGandarusa
28Glochidion arborescens*Ramambong
29Graptophyllum pictumDangora puding
30Hemigraphis colorataBenalu api
31Hydrocotyle sibthorpiodesPatikan Cina
32Indorouchera griffithianaAkar tanduk
33Limnocharis flavaGenjer
34Macaranga tribolataKayu sepat
35Payena acuminataMayang lisak
36Pogostemon hortensisNilam
37Pterocarpus indicusAngsana
38Saccharum spontaneumTebu salah
39Scorodocarpus borneensisKayu bawang hutan
40Sida rhombifoliaDaun selai
41Sonchus arvensisTempuyung
42Spatholobus terrugineusSambangan
43Staurogyne elongataGodong keji
44Vernonia arboreaSembung gilang
45Villebrunea rubescensNangsi, Jurang
46Amomum rumphiiGaloba jantung
*Ekstrak organik
**Ekstrak air dan ekstrak organik

Dari Jepang dilaporkan bahwa senyawa glycyrrhizin dari tanaman Glycyrrhiza uralensis (sejenis akar manis) yang biasa dipakai dalam ramuan obat batuk hitam, ternyata bersifat anti-HIV juga. Pemberian secara oral kepada pasien HIV ternyata bisa menyembuhkan pasien AIDS.


Obat tradisional Indonesia


Mungsi Arab
Hutan tropis Indonesia yang terkenal tinggi sekali keanekaragaman hayatinya itu merupakan gudang bahan alami yang mengandung lebih kurang 30.000 jenis tanaman yang belum seluruhnya dikelola secara maksimal. Hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan oleh nenek moyang kita sebagai tanaman obat tradisional. Sampai sekarang masih tetap dimanfaatkan dan dari tahun ke tahun bahkan meningkat. Lebih-lebih karena isu global "Kembali ke alam".


Pemakaian tanaman obat untuk menanggulangi AIDS juga sudah lama dilakukan oleh para dukun/tabib tradisional, tetapi tidak pernah dilaporkan secara resmi. Ramuan yang dipakai masing-masing dukun biasanya dirahasiakan, sehingga menyulitkan pendataan.


Beberapa jenis tanaman obat tradisional Indonesia kemudian juga diteliti oleh NCI Amerika Serikat, seperti pinang, belimbing wuluh, pepaya, pare, dan tempuyung yang sudah amat biasa kita kenal sebagai jamu.


Penelitian masih baru dalam taraf pengujian kegiatan ekstrak kasar dari fraksi air dan belum ditentukan dengan pasti, berapa dosis yang direkomendasikan bagi tiap jenis tanaman obat itu. Tetapi yang pasti ialah, tanaman jamu Indonesia itu dapat dipakai untuk mengobati AIDS, karena sudah terbukti anti-HIV.


Source: Majalah Intisari, no.394 - Mei 1996

Jumat, 22 Juli 2011

Infeksi Bakteri Pemakan Daging, Penyakit Apakah Itu? (BAGIAN 1)

Beberapa tahun terakhir dunia seakan-akan tenggelam dalam ketakutan karena AIDS. Dunia kedokteran seperti berpacu dengan penyakit. Diam-diam kini ada bakteri yang keganasannya tidak kalah mengerikan. Meskipun kehebohan pertama muncul di Inggris, namun bakteri "pemakan daging" itu sudah menyeberang ke AS.

JIKA nama AIDS baru ngetop setelah kematian bintang film Rock Hudson tahun 1985, maka kematian akibat infeksi bakteri "pemakan daging" Streptococcus baru mencuat setelah koran-koran Inggris meramaikan akhir bulan Mei lalu. Padahal tak kurang dari pencipta boneka Muppets, Jim Henson, meninggal karena infeksi bakteri Streptococcus ini di Amerika, Serikat tahun 1990.

AIDS yang pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat tahun 1981 dan kini mewabah di seluruh dunia, selama beberapa tahun pertama nyaris tak digubris karena dianggap hanya penyakit kaum homo. Namun sejak kematian Rock Hudson, praktis tiada hari tanpa berita AIDS, walaupun hingga tahun 1988 masih ada saja media AS seperti Majalah Newsweek yang membuat laporan ngawur tentang AIDS.


Heboh infeksi bakteri "pemakan daging" memang lebih banyak karena ulah koran-koran Inggris, seperti Daily Mirror yang menurunkan berita utama berjudul "Eaten Alive" dan Koran Evening Standard yang menuliskan judul horor "Mysteri Bug Kills Again". Sementara majalah AS seperti Time (edisi 6 Juni) malah melecehkan dan menganggap enteng dengan menurunkan laporan satu kolom berjudul "Streptoscare". Para ahli yang dihubungi menyatakan, masyarakat tak perlu panik.


Ini persis dengan sikap para pejabat WHO yang buru-buru menenangkan masyarakat dunia, tak perlu kelewat panik terhadap bakteri Streptococcus Group A strain liar, karena tidak akan menjadi wabah seperti AIDS. Dr. James Leduc, pejabat medis WHO di Jenewa menyatakan bahwa penyakit itu bukan penyakit baru. Bila terjadi peningkatan jumlah kasus lebih merupakan hasil dari pemantauan yang lebih baik dan bukan awal dari wabah baru.


Dr. Edward L. Kaplan, guru besar ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Minnesota ketika ditanya wartawati Kantor Berita AFP apakah kasus infeksi Streptococcus Group A memang tahun ini meningkat, dengan ketus malah menukas, "Jangan menakut-nakuti dunia. Tak ada hal yang baru. Memang sesaat infeksi kelompok bakteri ini terlihat meningkat. Saya tidak membantah bahwa ini adalah infeksi yang serius, tapi itu bukanlah momok 'pemakan daging' seperti yang dilaporkan media yang membuat rambutku berdiri.


Mungkin Dr. Kaplan terlalu skeptis terhadap media massa. Dalam forum ilmiah seperti simposium Group A Streptococcal Infections - An Era of Growing Concern yang dipimpinnya bersama dr. Usman Chatib Warsa dari FKUI di Bali, 9 Desember 1992, Dr. Kaplan justru berpendapat bahwa penutupan abad XX ini infeksi Streptococcus beta-hemolyticus Group A (GABHS) yang serius terlihat meningkat. Bakteri yang menyebabkan demam jantung rematik dan infeksi sistemik serius ini dilaporkan menimbulkan peningkatan angka kematian di bandingkan dengan laporan sebelumnya sebanyak 30%. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan virulensi (keganasan) bakteri. Disebutkan adanya strain tertentu yang menghasilkan eksotoksin atau racun tertentu, namun uraiannya secara lengkap tetap belum jelas.


Mulai menghantui AS


Tak urung bakteri "pemakan daging" telah mulai juga menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat AS. Infeksi bakteri yang mematikan atau yang mengakibatkan mereka yang lolos dari maut harus diamputasi ini kini bukan lagi "menu khusus" kalangan kedokteran tapi sudah menjadi berita yang meluas bagi masyarakat awam. Satu demi satu negara bagian memunculkan berita tentang kasus infeksi bakteri yang mematikan ini, seperti di Connecticut, California, Florida, dan Michigan.


Para ahli di AS masih terbelah pendapatnya, antara yang yakin bahwa strain bakteri maut ini sedang menyebar dan yang berpendapat bahwa ini hanya merupakan pokok pemberitaan berlebihan setelah kasus infeksi di Inggris yang menewaskan 11 orang diberitakan secara besar-besaran. Berbeda dengan Time   yang menganggap enteng, Kantor Berita AP dan New York Times Service melaporkannya dengan lebih hati-hati. Menurut para ahli yang mereka wawancarai, suatu strain bakteri GABHS yang amat virulen kini sedang comeback di AS dan di negara-negara lain di dunia.


Para pejabat dinas kesehatan di AS menyatakan sulit untuk mengatakan jumlah kasus infeksi maut itu sedang meningkat, karena penyakit tersebut tidak termasuk jenis yang wajib dilaporkan bila ada yang terjangkit. Namun beberapa ahli menyatakan sudah jelas terjadi peningkatan. Dr. Patrick M. Schlievert, guru besar mikrobiologi di Universitas Minnesota misalnya, menyatakan bahwa kasus infeksi GABHS muncul di berbagai tempat tahun 1987, dan tahun 1990 menewaskan Jim Henson, tapi tahun 1991 dan 1992 merosot tanpa sebab yang jelas. Tahun ini terlihat meningkat amat banyak. Dalam setengah tahun saja, jumlah kasus ini sedikitnya dua kali dibandingkan dengan tahun 1993.


Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) di Atlanta memperkirakan bahwa infeksi GABHS setiap tahun hanya terjadi pada 10.000 - 15.000 orang AS. Namun pada 500 - 1.500 orang di antara mereka lalu berkembanglah strain GABHS yang ganas, yang menyebabkan tingkat kematian 30%. Setiap tahun diperkirakan 150 - 450 warga AS mati karena GABHS yang ganas. Selama ini masyarakat tak kelewat peduli, tapi kini tak bisa lain GABHS harus memperoleh perhatian serius dari semua orang.


Bersambung

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes