Tampilkan postingan dengan label Alergi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alergi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Desember 2011

Serba-Serbi Asma (BAGIAN 2)

PENDERITA ini sering sesak napas waktu bangun pagi, takut pada udara lembab, polusi, asap rokok, dsb. Agar menjadi responsif terhadap obat pelonggar   napas, hendaknya diobati dulu dengan obat antiradang seperti steorid atau kromolin. Golongan obat steroid misalnya metilpredisolon (lameson) atau prednison yang pada umumnya diberikan dalam dosis tunggal pagi hari untuk menghindari efek sampingan atau bisa juga steroid hirup.


Baik penderita maupun keluarganya perlu memahami untuk membedakan ada tidaknya proses peradangan saluran pernapasan. Oleh karena itu, mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Caranya, tentu saja dengan mengendalikan faktor luar yang diketahui sebagai faktor pencetus adalah asap rokok, hindarilah asap rokok. Kalau pencetusnya alergen hirup seperti debu rumah, tungau, jamur, kita harus menjaga kebersihan rumah. Bahkan serpihan kulit manusia pun bisa menjadi gara-garanya. Tembok yang lembab mudah di tumbuhi jamur, sehingga kelembaban kamar perlu dijaga. Untuk membersihkan debu alangkah baiknya menggunakan lap basah, supaya debu tidak beterbangan.


Seorang penderita asma, menurut dr. Hadi, sebaiknya mencari bidang pekerjaan yang sesuai, tidak berpolusi tinggi. Penderita juga tidak dianjurkan merokok selain berpantang menyantap makanan yang alergik. Perhatikan juga obat yang terbukti mencetuskan sesak.


Fisioterapi adakalanya diperlukan untuk membuang dahak yang berlebihan. Alat diathermi juga bisa mengurangi produksi lendir. Selain latihan napas dan latihan napas dan latihan relaksasi untuk mengendurkan otot pernapasan, penderita hendaknya rajin berolahraga yang disarankan dokter, terutama yang mengandung nilai aerobik dengan waktu dan intensitas tetap Berenang, jalan kaki, bisbol, serta mendayung sangat disarankan. Sebaiknya, jangan lari atau main bola basket.


Diet makanan tanpa didukung oleh latihan serta pengobatan teratur, tidak sepenuhnya mengobati si sakit. Hendaknya Anda jangan gegabah mengobati diri sendiri tanpa petunjuk dokter!


SUNTIKAN DAN KESABARAN

ASMA yang cukup diobati dengan suntikan imunoterapi adalah asma alergi atau asma yang diikuti pilek alergi. Dosis imunoterapi dinaikkan secara bertahap dan diharapkan dapat menghilangkan kepekaan.

Penelitian tentang imunoterapi ini dilakukan sejak tahun 1949 dan ternyata hasilnya cukup baik. Angka keberhasilan kurang lebih 75% - 90%. Tidak ada efek sampingan jangka panjang yang merugikan, sedangkan efek sampingan jangka pendek yang terjadi paling-paling hanya reaksi lokal: gatal, kemerahan, bengkak pada daerah suntikan.

Pemberian imonologi antara lain dengan cara Stevensone, yakni dikerjakan selama 5 tahun. Tahun pertama diberikan suntikan 1 minggu sekali, tahun keempat dan tahun kelima 4 minggu sekali.

Imunoterapi ini memang memerlukan kesabaran dan motivasi yang kuat supaya pengobatan tidak terputus.

Apabila terserang asma, kita membutuhkan pertolongan dokter dengan segera bila:

1. Setelah di upayakan dengan obat hidung atau inhaler tidak mempan. Obat ini biasa diberikan 1 - 2 semprotan tiap beberapa menit. Jumlah seluruh semprotan hanya 8. Bila dalam waktu 15 - 30 menit tidak terjadi perubahan, maka kita perlu waspada.

2. Dua jam setelah diberikan obat minum tidak ada perbaikan.

3. Setelah digunakan alat tiup peak flow meter kekuatan meniup tidak sampai 20%.


ASMA KUMAT SEHABIS OLAHRAGA

ASMA bisa kumat akibat latihan olahraga yang terlalu berat, khususnya di tempat bersuhu udara dingin dan kering. Terjadinya exercise induced asthma (EIA) ini menurut dr. Sadoso Sumosardjuno, DSOR, pakar dokter olahraga, bila terjadi peningkatan penyumbatan jalan udara 3 - 8 menit setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat. Pada umumnya gejala lebih parah saat 5 - 15 menit sehabis berhenti olahraga. Namun, kemudian gejala mulai berkurang dengan waktu pemulihan 30 - 90 menit.

Menurut pengamatan, volume pengeluaran napas di situ dalam waktu satu detiknya menurun (10%) dengan gejala batuk-batuk, napas berbunyi "ngik-ngik", dada merasa kencang, sakit dada, susah bernapas. Tingkat penyempitan jalan udara dalam keadaan ini sebenarnya sedang-sedang saja. Kasus seperti ini 90% menyerang anak-anak dan orang dewasa dengan asma. Misalnya pada tim Olimpiade tahun 1988 beberapa peraih medali pun mengalami gangguan seperti itu. Pada atlet kaliber seperti itu mungkin disebabkan oleh panas atau kehilangan cairan, diikuti adanya hiperosmolaritas dari cairan pada saluran pernapasan.

Untuk mengetahui apakah seseorang berkecenderungan bisa mengalami EIA, bisa dilakukan tes lari, treadmill, bersepeda, atau mendayung. Timbulnya EIA sebenarnya dapat dicegah tanpa obat-obatan. Caranya, melakukan pemanasan yang cukup, fisik terlatih baik dan teratur, berlatih pada udara panas dan lembab serta menggunakan masker atau mengenakan syal di sekeliling muka bila melakukan olahraga di luar pada udara dingin.

Namun bila sebelum melakukan latihan terasa akan terjadi serangan asma, sebaiknya melakukan pencegahan dengan obat yang disarankan dokter. Pada umumnya obat semprot lebih efektif.

Bagaimanakah cara untuk mencegah terjadinya serangan EIA tadi? Menurut dr. Sadoso, setiap olahraga hendaknya di dahului dengan pemanasan 3 - 5 menit. Barulah kemudian mulai dengan latihan intinya, misalnya berenang (di kolam tidak dingin) selama 3 menit, diikuti dengan istirahat dalam kolam selama 2 menit, disusul lagi dengan berenang lagi dengan gerakan cepat selama 3 menit, diikuti dengan kembali dengan istirahat 2 menit, dan seterusnya. Berlatihlah sesuai dengan kekuatan dan kemampuan Anda 3 - 5 kali seminggu. Misalnya 10 set (1 set terdiri dari 3 menit berenang cepat dan 2 menit istirahat).

Setelah 2-3 minggu berlatih secara teratur, tingkatkan latihan Anda dengan menambah jumlah setnya. Sekali menambah latihan tidak boleh lebih dari 10%.

Bila Anda memilih berlatih dengan olahraga sepeda jalan atau stasioner, caranya juga sama: 3 menit latihan, 2 menit istirahat, dan seterusnya. Waktu istirahat hendaknya sepeda dikayuh seenaknya.

Selama melakukan latihan tersebut hendaknya di bawah pengawasan seorang ahli dan sebaiknya selalu disediakan inhaler dan oksigen. Minum dianjurkan banyak sebab dapat mengurangi kekentalan sekresi dari paru-paru sehingga memudahkan pernapasan.

Diharapkan dengan mengikuti program latihan seperti itu penderita tidak akan mengalami serangan EIA tadi. Sebab terjadi perbaikan fungsi paru-paru dan koordinasi otot serta penyesuaian emosional disamping memperbaiki kapasitas kerja, mengurangi volume residual dan memperbaiki pernapasan perut. Setelah 3 - 6 bulan Anda dapat merasakan manfaatnya!

Source: Majalah Intisari, Juni 1995

Serba-Serbi Asma (BAGIAN 1)

SUDAH sejak kecil Mira (15) mengidap asma. Berbagai macam cara pengobatan sudah dijalani; akupuntur, pijat, makan empedu ular, minum darah kelinci, dan banyak lagi cara pengobatan tradisional lain. Namun, penyakit yang menjengkelkan ini masih saja mengganggunya. Kalau sedang kumat, Mira sesak napas dibarengi mengi dan batuk. Adakalanya, ia perlu dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pernapasan.

Seorang dokter ahli meneliti apakah penyebab asma tersebut karena alergi atau karena faktor lain. Ternyata Mira tidak tahan terhadap debu. Kasur kapuknya harus diganti dengan kasur busa. Setelah mendapat pengobatan imonuterapi selama dua tahun penyakitnya mereda.

Walaupun penyakit asma atau bengek ini sudah dikenal orang lebih dari 2.000 tahun yang lalu, penyebabnya yang pasti hingga kini masih belum seluruhnya terungkapkan, Dr. Hadi Moeliawan dari Klinik Asma dr. Indrajana, Jakarta, mengatakan asma yang dalam bahasa Yunani berarti "sesak napas" bisa dibedakan menjadi dua macam; asma kardial yang terjadi akibat kelainan jantung dan asma bronkial yang merupakan penyakit saluran pernapasan. Penderita asma bronkial menjadi hipersensitif dan hiperaktif terhadap bermacam-macam rangsangan dari luar. Gejalanya di tandai dengan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas.

Penyempitan saluran pernapasan ini, menurut dr. Hadi, antara lain disebabkan oleh berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, serta pembentukan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran pernapasan.

Namun, tidak semua sesak napas bisa disebut karena asma. Bisa juga karena penyakit jantung, TBC, bronkitis, radang paru-paru, dll.

Alergi turunan

Tipe asma bronkial tadi ada yang bisa disembuhkan ada yang menetap. Asma alergi ekstrinsik atau atopik dengan gejala sesak napas dan mengi yang kumat-kumatan seperti halnya Mira tadi, adakalanya hilang spontan tanpa banyak pengobatan. Serangan asma biasanya terjadi karena kontak berulang kali dengan zat atau bahan penyebab alergi seperti debu, tungau (makhluk super mini yang betah tinggal di kasur kapuk), obat nyamuk, tepung sari tumbuh-tumbuhan, dll. Penderitanya paling banyak di negara tropis seperti Indonesia. Pada umumnya, 85% timbul sebelum usia 30 tahun.

Seperti halnya Mira, ia mulai terjangkiti pada usia 4 tahun. Hasil tes tusuk kulit (Prick)nya tampak positif. Sedangkan hasil tes darah menunjukkan bahwa kadar zat antibodi jenis IgE (Imunoglobin E) atau reagin-nya cukup tinggi. Disini berarti sistem pertahanan/kekebalan tubuh Mira mencelakakan tubuhnya sendiri. Prof. dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D. dari sub bagian biologi RSCM-FKUI menambahkan, IgE yang merupakan salah satu antibodi berupa sel darah putih ini dibentuk dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi adakalanya membawa ulah. Ia membabi buta, lupa mana kawan, mana lawan. Akibatnya, tubuh kita menjadi korban. Sekali ulahnya begitu, sulit dikembalikan ke kondisi normal. Ia akan selalu condong bereaksi salah.

Penderita kebanyakan mempunyai riwayat dengan alergi lain seperti gatal (biduren), pilek, alergi, atau eksem. Ditinjau dari silsilah keluarganya, ternyata nenek Mira menderita salah satu penyakit alergi. Rupanya penyakit ini menurun!

Sebagian besar asma jenis ini hilang pada waktu puber, walaupun adakalanya kumat pada waktu dewasa atau tua. 

Bengek nonalergik

Kalau asma alergik Mira lebih mudah ditangani, tidak demikian dengan asma nonalergik atau intrinsik (diopatik) yang diderita Pak Tono (40). Pengobatannya  lebih sulit karena disini tidak ditemukan obat steroid, cepat sekali asma jenis ini menhebat, menetap, dan tidak jarang berakhir fatal. Asma non alergik ini kumat di kala penderita mengalami gangguan psikis, olahraga berat, perubahan suhu drastis, dll. Kecenderungannya menjadi, kronis disertai batuk dan produksi dahak berkelanjutan serta sering dijumpai bersamaan dengan polip hidung dan rentan terhadap aspirin.

Gangguan asma Pak Tono mereda setelah ia rajin berobat dan berolahraga ringan serta mendapat fisioterapi.

Ada lagi jenis asma lain yang lebih berat daripada asma Pak Tono, misalnya asma bentuk kombinasi yang sulit dipastikan apakah bersifat alergik atau nonalergik, sehingga memerlukan penelitian lebih saksama. Lalu jenis asma dengan penyulit (complicated asthma) yang merupakan asma komplikasi. Tanda dan gejala klinisnya tergantung pada organ tubuh yang mengalami komplikasi. Misalnya, efek dari penyakit emflesa (paru-paru membesar), pleura (penyakit pada selaput pembungkus paru-paru), paru-paru robek sehingga terjadi pneumothorak (paru-parunya mengempis), atau penyakit lemah jantung.

Serangan asma berat lain adalah status asmatikus. Penderita bisa tidak tertolong kalau tiba-tiba sesak napas sampai mukanya kebiruan. Obat pelonggar napas yang lazim digunakan untuk serangan akut tidak mempan. Bantuan napas harus cepat diberikan sebelum ia kehabisan oksigen.

Pengobatan rutin

Asma memang penyakit yang sangat mengganggu penderita karena sulit disembuhkan. Anak-anak bisa terganggu pelajarannya, orang dewasa akan terganggu kariernya. Sementara obat yang ada pada umumnya hanya untuk mengendalikan penyakitnya agar aktivitas penderita tidak terganggu dan suatu saat diharapkan terjadi perbaikan spontan. Sebab itu, sistem pengobatan terpadu, artinya pendidikan tentang penyakit, komunikasi, dan keterbukaan antara dokter, penderita, dan keluarga penderita sangat diharapkan, agar pengobatan dapat dilaksanakan secara saksama dan teratur.

Bila penderita hanya menghadapi kontraksi atau berkerutnya otot polos saluran  pernapasan (asma periodik), mengi, dan sesak napas sekali-kali saja, misalnya    sehabis lari atau main dengan kucing, ia cukup diberi obat pelanggar napas. Tapi kalau proses asmanya adalah peradangan (asma berkelanjutan), berarti mengi dan sesak napasnya cenderung menetap dan lebih meningkatkan kepekaan terhadap bermacam-macam iritan yang menyebabkan serangan terus-menerus dan adakalanya akut, pengobatannya tentu lain.

Sabtu, 26 November 2011

ALERGI, Bisa Karena Keturunan (BAGIAN 2)

Diagnosis asma

Untuk memastikan seseorang menderita asma ternyata cukup sulit dan memerlukan pengalaman seorang dokter. Tak jarang orang tua anak merasa bosan karena pengobatan asma berat ini memakan waktu lama. Tahapan yang harus ditempuh mulai dari wawancara, pemeriksaan jasmani, hingga pemeriksaan  penunjang (diagnosis).

Pemeriksaan penunjang ini antara lain, meliputi:

1. Pemeriksaan paru-paru (rontgen) untuk mengetahui ada tidaknya kelainan khas paru-paru;

2. Tes alergi, untuk membantu mencari alergen penyebab asma;

3. Pemeriksaan darah, untuk mengetahui kadar imunoglobulin E dalam darah;

4. Pemeriksaan spirometri, untuk mengukur penyempitan saluran napas;

5. Tes provokasi bronkial, untuk mengukur sensitivitas saluran napas.

Akan tetapi pengobatan terbaik asma kronis ini tak lain adalah pencegahan. Orang tua harus mencegah terjadinya serangan asma pada anak dengan menjaga kesehatannya, menjaga kesehatannya, menjaga kebersihan lingkungan atau memberi obat antiasma, dan juga menghindarkan faktor pencetus (alergen) serangan asma.


Obat-obat yang diberikan dalam jangka panjang oleh dokter untuk penderita asma kronis ini bisa berupa kortikosteroid, bronkodilator, aerosol hirup, natrium gromoglikat, zaditen. Namun, ada kalanya meskipun obat-obat itu sudah diberikan dan penghindaran alergen sudah dilakukan, anak masih tetap saja batuk dan sesak napas. Untuk kasus semacam ini dapat dilakukan desensitisasi seperti pada penderita rinitis alergis.


Biduren bisa karena psikis


Alergi pada kulit bisa berupa eksema (dermatitis alergis) dan urtikaria (biduren alias kaligata). Pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, gejala eksema yang timbul adalah gatal-gatal pada kulit, kulit berwarna kemerahan, dan timbul gelembung-gelembung kecil berisi cairan. Umumnya eksem ini terjadi pada pipi, kulit kepala, daerah sekitar leher, belakang telinga, dan bagian tungkai. Hanya sebagian kecil yang akan menjadi kronis (menahun).


Bilamana gejala ini muncul pada anak berusia 2-12 tahun, bagian kulit yang terserang akan berwarna kehitaman (hiperpigmentasi), terutama pada lipatan sendi siku atau lutut dan bagian belakang kulit leher. Rasa gatal kian menjadi-jadi bila terkena panas matahari, keringat, atau garukan. Garukan pada tempat yang gatal akan menyebabkan lebih hebatnya penyakit eksema berkembang.


Penyebab umumnya adalah alergen makanan, walaupun alergen hirup yang kontak langsung dengan kulit juga dapat menjadi penyebabnya.


Pengobatannya, disamping alergen harus dihindarkan, anak diberi obat minum antihistamin dan diusahakan supaya kulit jangan kering. Untuk menghilangkan rasa gatalnya, kulit diolesi salep yang mengandung steroid.


Berbeda dengan eksem, biduren sering sulit diketahui faktor pencetusnya karena begitu banyaknya, misalnya makanan, obat-obatan, infeksi, alergen hidup, penyakit kolagen, penyakit hati, bisa juga karena faktor psikis.


Dari faktor makanan saja banyak yang bisa merangsang timbulnya biduren, misalnya pada usia bayi makanan itu dapat berupa susu sapi atau telur, pada usia bayi makanan itu dapat berupa susu sapi atau telur, pada usia anak bisa berupa ikan laut, coklat, kacang-kacangan, dsb.


Bila diperkirakan faktor makanan yang menjadi penyebabnya, perlu dilakukan uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan yang dicurigai sebagai penyebabnya. Makanan tersangka tersebut untuk beberapa waktu tidak diberikan dulu pada anak (dieliminasi). Beberapa waktu kemudian makanan yang dicurigai itu diberikan lagi kepada si penderita (provokasi). Bila terbukti makanan itu menjadi penyebabnya, sebaiknya jangan diberikan lagi kepada si anak.


Bila biduren sedang menyerang, anak bisa diberi suntikan antihistamin, atau golongan epinefrin untuk segera menghilangkannya. Sedang pada anak yang menderita biduren yang bersifat kronis diberi antihistamin dalam jangka panjang.


Di antara penyakit-penyakit alergi tadi, yang paling jarang terjadi adalah alergi yang menyerang mata (konjungtivitis alergis). Gejala yang timbul adalah gatal-gatal, mata merah, fotofobi, kadang-kadang keluar air mata yang berlebihan. Penyebabnya pun sulit diketahui. Pengobatannya dengan menggunakan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid.


Menurut dr. Siawitri, alergi memang tidak dapat disembuhkan, karena merupakan bakat yang dibawa sejak lahir. Bakat alergi yang sudah ada tidak bisa diubah, tetapi alergi yang masuk ke dalam tubuh bisa dimanipulasi, sehingga alergi tidak timbul, diantaranya menggunakan obat-obat antialergi seperti antihistamin.


Source: Majalah Intisari, Februari 1995

ALERGI, Bisa Karena Keturunan (BAGIAN 1)

BERBAHAGIALAH kalau anak-anak Anda tidak alergi terhadap sesuatu. Soalnya, alergi bisa sangat mengganggu, apalagi kalau kepekaan terhadap sesuatu sudah melekat padanya.


Ibu si Andi risau, gara-gara anaknya itu sering batuk hebat dan sesak napas. "Aduh, bosan deh ke dokter. Sudah minum obat ini, obat itu, eh masih kambuh lagi," keluhnya.


Dokter akhirnya menganjurkan agar Andi (6) dibawa saja ke dokter ahli alergi, sebab dari hasil wawancara dengan ibunya, diketahui bahwa Andi senang sekali bermain dengan si Coco, anjing kesayangannya. Sehabis main dengan Coco, batuknya menjadi-jadi diikuti sesak napas.


Dari hasil tes yang dilakukan seorang dokter ahli alergi, diketahui Andi tidak tahan serpihan bulu binatang, benda-benda berbulu, dan debu rumah. Andi dilarang dekat-dekat pada penyebab alergi itu.


Gatal gara-gara sandal karet


Gejala batuk dan sesak napas cuma salah satu dari manifestasi reaksi alergi terhadap organ tubuh, kata dr. Sjawitri Siregar, ahli alergi pada anak dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.


Orang lain mungkin tidak apa-apa bila mengalami kontak dengan bulu binatang atau debu rumah, tetapi organ tubuh Andi akan memberi reaksi abnormal terhadap benda-benda itu. Bukan cuma bulu binatang atau debu rumah yang dapat memacu timbulnya alergi. Kita tahu ada orang yang merasa gatal-gatal seluruh tubuhnya kalau makan udang, atau jontor bibirnya dan bengkak kelopak matanya kalau makan obat tertentu, padahal Anda tidak apa-apa.


Ada banyak zat yang dapat memacu timbulnya alergi, misalnya saja:


1. Makanan seperti telur, susu, ikan laut, kacang bahkan jeruk;


2. Bahan hirupan (ibalant) seperti debu rumah, tungau debu rumah, asap rokok, jamur, tepung sari bunga, serpihan bulu binatang, serpihan benda berbulu (wol, karpet, kapuk);


3. Obat-obatan (baik yang disuntikkan maupun yang ditelan) seperti suntikan serum tetanus, difteri, rabies, obat penisilin, bahkan obat penurun panas yang bisa dibeli dengan mudah di warung.


Itu cuma sekedar contoh. Masih banyak zat lain di sekeliling kita seperti deterjen, kosmetik, zat warna, parfum, insektisida, logam berat, plastik, semen, karet dll. (Mungkin Anda mempunyai teman yang kakinya bengkak dan gatal-gatal gara-gara memakai sandal karet).


Mengapa Andi alergi terhadap bulu binatang, sedangkan orang lain tidak? Dalam hal alergi ini, faktor keturunan memegang peranan penting di samping faktor-faktor lain seperti lingkungan, ras, iklim, ketidakseimbangan susunan saraf otonom, dll.


Delapan puluh tujuh persen anak yang mendapat serangan alergi sebelum berumur 10 tahun, lahir dari orang tua yang keduanya alergis. Namun, kalau kedua orang tua alergis, belum tentu anaknya mengidap penyakit alergi pula. Bisa juga terjadi anak alergis padahal kedua orang tuanya tidak. Pada kasus-kasus tertentu, faktor seperti infeksi memegang peranan.


Yang jelas, semua orang dapat menderita alergi.


Asma yang tersering


Berdasarkan hasil penelitian dr. Sjawitri di RSCM, alergi yang terbanyak menyerang anak adalah asma bronkial (pada saluran pernapasan), rinitis alergis (pada hidung), dermatis alergis dan urtikaria (pada kulit), dan konjungtivitis alergis (pada mata).


Rinitis alergis atau sering disebut alergi hidung, sering disebabkan oleh debu rumah, tungau debu rumah, tepung sari bunga, serpihan bulu binatang, jamur, makanan seperti coklat, kacang tanah, hidangan laut.


Penyakit ini ditandai dengan bersin-bersin, pilek, hidung berwarna merah, gatal-gatal pada hidung, serta hidung mampet. Penyakit ini bisa terus-menerus atau bersifat musiman. Gejala-gejala tadi muncul paling sering pada pagi hari atau pada perubahan cuaca.


Bila penyakit ini tidak di obati dengan baik dapat menimbulkan gejala sampingan seperti polip hidung, sinusitis, atau peradangan telinga tengah berulang. Penderita dapat diberi obat-obat golongan antihistamin dan denkongestan. Namun pengobatan yang terbaik, menurut dr. Sjawitri, yaitu dengan menghindarkan alergen penyebabnya.


Apabila pemakaian obat-obatan dan usaha preventif itu tidak memberikan hasil yang baik, penderita disuntik dengan larutan berisi alergen yang diketahui sebagai penyebabnya secara bertahap dalam konsentrasi encer hingga pekat. Cara ini disebut dengan desensitisasi, yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita terhadap alergen yang masuk dengan harapan bisa mengurangi terjadinya alergi atau menghilangkan sama sekali reaksi alergi.


Debu rumah, tungau, dsb., itu bisa juga menimbulkan reaksi alergi pada saluran pernapasan. Karena itu tak jarang dijumpai anak menderita alergi hidung sekaligus juga alergi pada saluran pernapasan. Reaksi alergi pada saluran pernapasan itu ditandai dengan adanya gejala sesak napas disertai batuk-batuk dan mengi ("napas berbunyi") yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Gejala-gejala semacam ini lazim dikenal dengan sebutan asma (bronkial).


Batuk-batuk itu terjadi terutama pada malam hari atau menjelang pagi. Batuk sering timbul atau menjadi lebih berat setela anak berlari-lari, naik sepeda, atau tertawa keras.


Asma karena alergi (juga dikenal sebagai bengek atau mengi) merupakan salah satu penyakit yang paling sering di jumpai di antara penyakit-penyakit kronis lainnya pada anak, yakni 1-12%. Untunglah, angka kematiannya rendah, yaitu 5,3% per 100.000 kasus. Sebagian besar (75%) asma pada anak adalah ringan. Asma ringan ini jarang menyerang dan biasanya mudah disembuhkan dan akan menghilang menjelang usia remaja. Hanya sebagian kecil anak yang menderita asma berat yang sering dapat menghambat pertumbuhan tubuh mereka dan kadang-kadang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk dada (pigeon chest). Asma yang kronis dan berat ini memerlukan perhatian khusus dari dokter.


Bersambung - ALERGI, Bisa Karena Keturunan (BAGIAN 2)

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes