Untuk memastikan seseorang menderita asma ternyata cukup sulit dan memerlukan pengalaman seorang dokter. Tak jarang orang tua anak merasa bosan karena pengobatan asma berat ini memakan waktu lama. Tahapan yang harus ditempuh mulai dari wawancara, pemeriksaan jasmani, hingga pemeriksaan penunjang (diagnosis).
Pemeriksaan penunjang ini antara lain, meliputi:
1. Pemeriksaan paru-paru (rontgen) untuk mengetahui ada tidaknya kelainan khas paru-paru;
2. Tes alergi, untuk membantu mencari alergen penyebab asma;
3. Pemeriksaan darah, untuk mengetahui kadar imunoglobulin E dalam darah;
4. Pemeriksaan spirometri, untuk mengukur penyempitan saluran napas;
5. Tes provokasi bronkial, untuk mengukur sensitivitas saluran napas.
Akan tetapi pengobatan terbaik asma kronis ini tak lain adalah pencegahan. Orang tua harus mencegah terjadinya serangan asma pada anak dengan menjaga kesehatannya, menjaga kesehatannya, menjaga kebersihan lingkungan atau memberi obat antiasma, dan juga menghindarkan faktor pencetus (alergen) serangan asma.
Obat-obat yang diberikan dalam jangka panjang oleh dokter untuk penderita asma kronis ini bisa berupa kortikosteroid, bronkodilator, aerosol hirup, natrium gromoglikat, zaditen. Namun, ada kalanya meskipun obat-obat itu sudah diberikan dan penghindaran alergen sudah dilakukan, anak masih tetap saja batuk dan sesak napas. Untuk kasus semacam ini dapat dilakukan desensitisasi seperti pada penderita rinitis alergis.
Biduren bisa karena psikis
Alergi pada kulit bisa berupa eksema (dermatitis alergis) dan urtikaria (biduren alias kaligata). Pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, gejala eksema yang timbul adalah gatal-gatal pada kulit, kulit berwarna kemerahan, dan timbul gelembung-gelembung kecil berisi cairan. Umumnya eksem ini terjadi pada pipi, kulit kepala, daerah sekitar leher, belakang telinga, dan bagian tungkai. Hanya sebagian kecil yang akan menjadi kronis (menahun).
Bilamana gejala ini muncul pada anak berusia 2-12 tahun, bagian kulit yang terserang akan berwarna kehitaman (hiperpigmentasi), terutama pada lipatan sendi siku atau lutut dan bagian belakang kulit leher. Rasa gatal kian menjadi-jadi bila terkena panas matahari, keringat, atau garukan. Garukan pada tempat yang gatal akan menyebabkan lebih hebatnya penyakit eksema berkembang.
Penyebab umumnya adalah alergen makanan, walaupun alergen hirup yang kontak langsung dengan kulit juga dapat menjadi penyebabnya.
Pengobatannya, disamping alergen harus dihindarkan, anak diberi obat minum antihistamin dan diusahakan supaya kulit jangan kering. Untuk menghilangkan rasa gatalnya, kulit diolesi salep yang mengandung steroid.
Berbeda dengan eksem, biduren sering sulit diketahui faktor pencetusnya karena begitu banyaknya, misalnya makanan, obat-obatan, infeksi, alergen hidup, penyakit kolagen, penyakit hati, bisa juga karena faktor psikis.
Dari faktor makanan saja banyak yang bisa merangsang timbulnya biduren, misalnya pada usia bayi makanan itu dapat berupa susu sapi atau telur, pada usia bayi makanan itu dapat berupa susu sapi atau telur, pada usia anak bisa berupa ikan laut, coklat, kacang-kacangan, dsb.
Bila diperkirakan faktor makanan yang menjadi penyebabnya, perlu dilakukan uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan yang dicurigai sebagai penyebabnya. Makanan tersangka tersebut untuk beberapa waktu tidak diberikan dulu pada anak (dieliminasi). Beberapa waktu kemudian makanan yang dicurigai itu diberikan lagi kepada si penderita (provokasi). Bila terbukti makanan itu menjadi penyebabnya, sebaiknya jangan diberikan lagi kepada si anak.
Bila biduren sedang menyerang, anak bisa diberi suntikan antihistamin, atau golongan epinefrin untuk segera menghilangkannya. Sedang pada anak yang menderita biduren yang bersifat kronis diberi antihistamin dalam jangka panjang.
Di antara penyakit-penyakit alergi tadi, yang paling jarang terjadi adalah alergi yang menyerang mata (konjungtivitis alergis). Gejala yang timbul adalah gatal-gatal, mata merah, fotofobi, kadang-kadang keluar air mata yang berlebihan. Penyebabnya pun sulit diketahui. Pengobatannya dengan menggunakan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid.
Menurut dr. Siawitri, alergi memang tidak dapat disembuhkan, karena merupakan bakat yang dibawa sejak lahir. Bakat alergi yang sudah ada tidak bisa diubah, tetapi alergi yang masuk ke dalam tubuh bisa dimanipulasi, sehingga alergi tidak timbul, diantaranya menggunakan obat-obat antialergi seperti antihistamin.
Source: Majalah Intisari, Februari 1995
Obat-obat yang diberikan dalam jangka panjang oleh dokter untuk penderita asma kronis ini bisa berupa kortikosteroid, bronkodilator, aerosol hirup, natrium gromoglikat, zaditen. Namun, ada kalanya meskipun obat-obat itu sudah diberikan dan penghindaran alergen sudah dilakukan, anak masih tetap saja batuk dan sesak napas. Untuk kasus semacam ini dapat dilakukan desensitisasi seperti pada penderita rinitis alergis.
Biduren bisa karena psikis
Alergi pada kulit bisa berupa eksema (dermatitis alergis) dan urtikaria (biduren alias kaligata). Pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun, gejala eksema yang timbul adalah gatal-gatal pada kulit, kulit berwarna kemerahan, dan timbul gelembung-gelembung kecil berisi cairan. Umumnya eksem ini terjadi pada pipi, kulit kepala, daerah sekitar leher, belakang telinga, dan bagian tungkai. Hanya sebagian kecil yang akan menjadi kronis (menahun).
Bilamana gejala ini muncul pada anak berusia 2-12 tahun, bagian kulit yang terserang akan berwarna kehitaman (hiperpigmentasi), terutama pada lipatan sendi siku atau lutut dan bagian belakang kulit leher. Rasa gatal kian menjadi-jadi bila terkena panas matahari, keringat, atau garukan. Garukan pada tempat yang gatal akan menyebabkan lebih hebatnya penyakit eksema berkembang.
Penyebab umumnya adalah alergen makanan, walaupun alergen hirup yang kontak langsung dengan kulit juga dapat menjadi penyebabnya.
Pengobatannya, disamping alergen harus dihindarkan, anak diberi obat minum antihistamin dan diusahakan supaya kulit jangan kering. Untuk menghilangkan rasa gatalnya, kulit diolesi salep yang mengandung steroid.
Berbeda dengan eksem, biduren sering sulit diketahui faktor pencetusnya karena begitu banyaknya, misalnya makanan, obat-obatan, infeksi, alergen hidup, penyakit kolagen, penyakit hati, bisa juga karena faktor psikis.
Dari faktor makanan saja banyak yang bisa merangsang timbulnya biduren, misalnya pada usia bayi makanan itu dapat berupa susu sapi atau telur, pada usia bayi makanan itu dapat berupa susu sapi atau telur, pada usia anak bisa berupa ikan laut, coklat, kacang-kacangan, dsb.
Bila diperkirakan faktor makanan yang menjadi penyebabnya, perlu dilakukan uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan yang dicurigai sebagai penyebabnya. Makanan tersangka tersebut untuk beberapa waktu tidak diberikan dulu pada anak (dieliminasi). Beberapa waktu kemudian makanan yang dicurigai itu diberikan lagi kepada si penderita (provokasi). Bila terbukti makanan itu menjadi penyebabnya, sebaiknya jangan diberikan lagi kepada si anak.
Bila biduren sedang menyerang, anak bisa diberi suntikan antihistamin, atau golongan epinefrin untuk segera menghilangkannya. Sedang pada anak yang menderita biduren yang bersifat kronis diberi antihistamin dalam jangka panjang.
Di antara penyakit-penyakit alergi tadi, yang paling jarang terjadi adalah alergi yang menyerang mata (konjungtivitis alergis). Gejala yang timbul adalah gatal-gatal, mata merah, fotofobi, kadang-kadang keluar air mata yang berlebihan. Penyebabnya pun sulit diketahui. Pengobatannya dengan menggunakan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid.
Menurut dr. Siawitri, alergi memang tidak dapat disembuhkan, karena merupakan bakat yang dibawa sejak lahir. Bakat alergi yang sudah ada tidak bisa diubah, tetapi alergi yang masuk ke dalam tubuh bisa dimanipulasi, sehingga alergi tidak timbul, diantaranya menggunakan obat-obat antialergi seperti antihistamin.
Source: Majalah Intisari, Februari 1995
0 comments:
Posting Komentar