Setelah disaring, limbah cair yang masih kental dan berwarna ditampung dalam tangki koagulasi, untuk diberi besisulfat pengikat zat pewarna tekstil, kapur untuk menaikkan pH yang tadinya turun karena pemberian besisulfat, dan polimer untuk menggumpalkan zat pewarna yang sudah diikat oleh sulfat tadi. Hasil penggumpalan ini mengendap dan terpisah dari air.
Air yang sudah bebas kotoran dialirkan ke tangki limbah, yang juga dialiri air limbah umum (berasal dari proses pembilasan yang umumnya terdiri atas kanji dan deterjen) dan air limbah bekas pencucian alat pengalir lumpur limbah. Dari tangki ini, air dialirkan sebagian-sebagian ke tangki penetral yang bertugas menurunkan suhu sampai 30 derajat Celcius. Baru kemudian dialirkan ke tangki limbah aerasi. Disinilah kaum bakteri pengurai piaraan dikaryakan selama 58 jam untuk mengolah bahan organik dalam air itu sampai menjadi zat-zat sederhana yang tidak mencemari lingkungan lagi.
Bakterinya berasal dari activated sludge yang diperoleh dari lumpur sawah sekitar pabrik. Karena memerlukan oksigen untuk kerja mereka, dipakailah blower sebagai penyedia oksigen yang cukup. Air terus disedot ke dalam tangki sedimentasi, untuk diendapkan lumpurnya. Air yang terpisah di atas lumpur masih juga keruh, dan perlu diproses lagi dalam tangki koagulasi agar menjalani proses pembersihan seperti sebelumnya tadi.
Baru sesudah tidak keruh lagilah, air ditampung dalam tangki intermediat untuk kemudian dialirkan ke kolam ikan. Dalam kolam ini, ikan bukannya dipelihara untuk dimakan (kalau dipanen), tapi terutama dipakai sebagai penunjuk,apakah air sudah layak huni. Kalau tidak ada yang mati, berarti air sudah tidak tercemar lagi.
Air dari kolam itu kemudian dialirkan ke Sungai Cibalok dalam keadaan bersih. BOD (biological oxygen demand)-nya sebagai ukuran polutan organik tinggal 30 mg/l dan COD (chemical oxigen demand)-nya sebagai ukuran polutan kimia non organik tinggal 100mg/l. Ini sudah memenuhi sekali syarat beban limbah yang ditetapkan kantor KLH (Kependudukan dan Lingkungan Hidup) bagi air limbah yang debitnya kecil.Sejak tahun 1991, KLH mengubah ukuran pencemaran. Bukan lagi konsentrasi pencemar, tapi beban limbah, akal-akalan itu bisa diberangus.
Sementara itu, endapan di dasar tangki sedimentasi diperas sampai padat,untuk dipakai sebagai bahan pencampur pembuatan batako pres dan konbloknya masih dipakai oleh pabrik itu sendiri untuk membangun rumah-rumah para karyawan dan jalan, tapi "pupuk"-nya dibagikan kepada para petani sekitar pabrik dengan cuma-cuma. Apa yang dilakukan oleh PT Unitex itu patut diteladani.
Source: Majalah Intisari, no.401 - Desember 1996
0 comments:
Posting Komentar