Tampilkan postingan dengan label Hemoglobin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hemoglobin. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Februari 2012

ANEMIA, Penyebab dan Penanggulangannya

TANPA disadari, banyak diantara kita, entah anak-anak, dewasa, maupun lansia (lanjut usia) terserang anemia. Mungkin penyakit ini dianggap penyakit sepele, padahal jika dibiarkan dalam jangka waktu lama dampaknya akan buruk sekali. Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah amat rendah, yakni kurang dari 12 g/dl.


Penyebabnya antara lain:


1. Kekurangan zat besi, dengan tanda-tanda kelelahan, pada waktu bekerja sering sesak napas, sakit kepala, gelisah, kurang konsentrasi, berdebar-debar, bengkak pada siku-siku. Jika pada suatu saat kadar hemoglobin turun drastis, dapat terjadi kerapuhan kuku dan luka-luka pada sudut mulut.


Cara penanggulangannya: dapat diberikan tambahan zat besi yang banyak tersedia di pasaran dalam bentuk tablet minum. Beberapa di kombinasi dengan  vitamin C agar mempermudah penyerapannya. Yang tidak kalah penting adalah peningkatan diet dengan makanan yang mengandung zat besi, seperti daging, hati, telur, bayam, dll.


2. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat. Paling sering diderita para lansia, disebabkan gangguan penyerapan vitamin B12 atau kekurangan asam folat. Gejala timbul perlahan-lahan dan baru terlihat jika anemia menjadi berat misalnya warna kulit seperti jeruk, lidah nyeri, kekakuan pada tangan dan kaki. Penanggulangan kekurangan vitamin B12 dapat diatur dengan suntikan setiap hari, kemudian seminggu sekali, bulanan, akhirnya tiga bulan. Asam folat dapat diberikan dalam bentuk tablet, juga dari bahan alamiah seperti hati serta sayuran hijau.


Source: Majalah Intisari, no.397 - Agustus 1996

Rabu, 04 Januari 2012

Wanita Cenderung Anemia

JUMLAH zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tubuh (kehamilan). Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari zat besi diperkirakan lebih dari 4.000 mg, dan sekitar 2.500 mg terdapat dalam sel darah merah (hemoglobin). Zat besi di dalam tubuh sebagian disimpan di hati dalam bentuk ferritin, jumlahnya 1.000 mg. Apabila konsumsi zat besi dari ferritin dimobilisasi untuk memproduksi hemoglobin.


Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah mengangkut oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), serta membentuk darah, Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap harinya hanya 1 mg atau setara dengan 10 - 20 mg zat besi  yang terkandung dalam makanan. Zat besi dalam pangan nabati berbentuk ikatan ferri. Di dalam tubuh, ikatan ferri ini harus dipecah terlebih dulu dalam bentuk ferro oleh getah lambung. Dalam pangan hewani, zat besi sudah berada dalam bentuk ikatan ferro oleh getah lambung. Dalam pangan hewani, zat besi sudah berada dalam bentuk ikatan ferro yang lebih mudah diserap. Dalam bahasa ilmiah, zat besi dari pangan hewani sering disebut heme-iron, sedangkan yang berasal dari nabati disebut nonheme-iron.


Jumlah zat besi yang dikeluarkan melalui urine, keringat, dan faeses 0,5 - 1,0 mg per hari. Pada wanita jumlah zat besi yang dikeluarkan dua kali lipat lebih banyak daripada pria akibat adanya menstruasi.


Pada masa hamil trimester pertama kebutuhan zat besi sedikit karena tidak terjadinya menstruasi dan pertumbuhan janin pun masih lambat. Tapi, menginjak usia kehamilan trimester kedua sampai ketiga, terjadi pertambahan sel darah merah. Pada saat melahirkan akan terjadi kehilangan darah dan diperlukan tambahan besi 300 - 350 mg. Wanita hamil sampai saat melahirkan memerlukan zat besi sekitar 40 mg/hari atau dua kali lipat kebutuhannya di saat kondisi normal (tidak hamil).


Tidak mengherankan bila banyak wanita hamil akhirnya menderita anemia gizi besi karena kebutuhannya meningkat, tetapi konsumsi makanannya tidak memenuhi syarat gizi.


Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%. Ini berarti 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Selain konsumsi makanan yang buruk, anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kehamilan berulang dalam waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang sebenarnya belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya. Itulah sebabnya pengaturan jarak kehamilan menjadi penting untuk diperhatikan, sehingga ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan besinya.


Ibu hamil, karena sakit hati-hatinya, suka berpantang makanan tertentu. Ada yang tidak mau makan telur, daging, hati atau ikan karena alasan yang tidak rasional. Padahal pangan tersebut sumber zat besi yang mudah diserap tubuh. Penyuluh gizi sering tidak berdaya kalau sudah menyangkut aspek sosio-budaya yang telah dipercaya masyarakat secara turun-temurun.


Suatu penelitian menunjukkan, angka kematian ibu yang tinggi berhubungan erat dengan anemia yang dideritanya ketika hamil. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak tercukupi kebutuhannya akan oksigen. Pada anak-anak yang menderita anemia dilaporkan, kemampuan mental dan intelektualnya rendah. Hal ini ditandai dengan sikap apatis, iritabilitas yang tinggi, rendah konsentrasi, dan rendah kemampuan belajarnya.


Penderita anemia berat biasanya juga rentan terhadap infeksi. Hasil penelitian menunjukkan, hewan percobaan yang sedang bunting dan kekurangan zat besi melahirkan anak-anak yang daya tahannya rendah terhadap infeksi tidak dapat berfungsi maksimal gara-gara kekurangan besi.


Namun ada jenis-jenis bakteri tertentu yang tumbuh subur bila lingkungannya banyak mengandung zat besi, misalnya Salmonella dan Mycobacterium tuberculosis. Karena itu untuk kasus anemia ringan dan penderita sudah mempunyai gejala-gejala infeksi, sebaiknya jangan diberikan suplemen besi, tetapi harus diupayakan perbaikan menu makanannya untuk memenuhi kekurangan zat besinya.


Keadaan kurang zat besi merupakan fenomena yang kompleks. Penyebabnya adalah makanan yang dikonsumsi tidak mengandung zat besi, peningkatan kebutuhan karena kondisi fisiologis (kehamilan), kehilangan darah karena kecelakaan, dan infeksi (kecacingan). Golongan masyarakat yang rawan dengan kondisi ini adalah masyarakat miskin, mereka yang tinggal di daerah dengan sanitasi buruk, dan golongan rawan gizi (anak-anak ataupun ibu hamil).


Salah satu upaya mengatasi anemia dengan memperbaiki menu makanan. Dengan mengkonsumsi daging, ikan, dan ayam serta bahan makanan yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan besi, kita dapat mencegah anemia. Tetapi cara ini sulit dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah.


Sedangkan bagi ibu hamil sangat disarankan minum pil besi selama tiga bulan yang harus diminum setiap hari. Pil ini dibagikan secara gratis melalui kegiatan posyandu. Suatu penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil yang tidak minum pil besi mengalami penurunan ferritin (cadangan besi) cukup tajam sejak minggu ke-12 usia kehamilan.


Fortifikasi merupakan upaya lain untuk mengatasi kekurangan zat besi. Prinsip fortifikasi adalah menambahkan zat gizi mikro (zat besi) ke dalam bahan makanan yang banyak di konsumsi masyarakat. Bahan makanan yang ditumpangi tersebut disebut wahana. Syarat fortifikasi adalah, jenis makanan yang dijadikan wahana harus diproduksi secara tersentralisasi. Dengan demikian pengawasan oleh pemerintah menjadi mudah. Syarat lain, bahan makanan tersebut tidak mengalami perubahan warna maupun rasa, serta harganya tetap terjangkau oleh masyarakat.


Di Amerika dan negara-negara Eropa, tepung gandum dan roti telah difortifikasi  dengan sukses. Zat besi yang ditambahkan dalam fortifikasi tersebut dapat memenuhi 20% angka kecukupan gizi yang di anjurkan. Di Filipina, fortifikasi besi dilakukan pada beras, tetapi efektivitasnya belum diketahui. Di India, fortifikasi garam dapur dengan zat besi telah dapat diterima oleh masyarakat. Sementara di Indonesia sampai saat ini baru fortifikasi garam dengan iodium yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi masalah GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium).


Banyak masyarakat yang menganggap anemia dapat pula terjadi karena defisiensi (kekurangan) vitamin B12 atau pun asam folat. Para vegetarian yang konsumsi makanannya tidak mengandung atau mengandung sedikit sekali vitamin B12 cenderung menderita anemia jenis ini.


Gejala-gejala anemia karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat ialah lesu badan, lemah, dan gangguan intestinal (saluran pencernaan) yang menyebabkan diare atau konstipasi (sulit buang air besar). Defisiensi vitamin B12 juga ditandai dengan gejala kesemutan pada anggota gerak lengan dan kaki, lemahnya kontrol otot, dan lemahnya ingatan.


Source: Majalah Intisari, no.410 - September 1997

Sabtu, 08 Oktober 2011

Asap Knalpot, Berbahayakah ?

SETIAP orang kota pasti sudah mendengar gas buangan knalpot kendaraan bermotor tidak sehat. Gas yang terutama berupa karbon monoksida (CO) itu akan digabung oleh hemoglobin dalam tubuh kita. Akibatnya, hemoblobin ini tidak mampu mengangkut oksigen lagi. Padahal oksigen ini perlu untuk "membakar" zat makanan, agar menghasilkan energi dalam tubuh. Energi inilah yang membuat kita segar bugar.

Tapi gara-gara menghirup gas itu, tubuh kekurangan oksigen, lalu ngantuk, lesu, tak bersemangat. Kalau yang dihirup itu udara knalpot yang lebih pekat, kepala ikut pusing, perut mual, pingsan atau mati pelan-pelan.

Di luar negeri, kota besar yang "sakit knalpot" semacam itu berusaha membatasi pengeluaran gas buangan dengan bermacam-macam pengaturan lalu-lintas dan teknik otomotif. Di Kota Lubeck, dekat Hamburg, misalnya mobil pribadi tidak boleh masuk pada hari Sabtu pertama dari setiap bulan. 

Pada hari itu, orang hanya boleh datang sampai batas gerbang masuk. Disana disediakan tempat parkir mobil pribadi, taksi dan bus. Penumpang dipersilahkan berjalan kaki memasuki kota itu. Atau naik sepeda. Kalau yang dituju jauh, boleh naik taksi atau bus yang masih boleh memasuki kota.

Di kota itulah, orang mengalami sensasi baru. Mereka bisa leluasa berleha-leha menikmati udara segar yang sudah jauh berkurang gas buangan knalpotnya.

Pada kita, pengaturan semacam itu baru merupakan "berita mancanegara" saja.

Sebenarnya kita sendiri juga bisa mulai mengurangi menghirup udara knalpot ini. Kalau hanya ke toko dekat saja, ya cukup berjalan kaki. Kalau agak jauh, ya pakai sepeda. Kalau tidak perlu sekali, tidak memakai mobil pribadi, "terjun" ke jalan raya.

Kalau setiap anggota masyarakat kota mau mengurangi pemakaian mobil, niscaya udara kota sempat pulih kesegarannya, seperti pada hari Sabtu dan Minggu, ketika sebagian besar warga kota yang bermobil libur santai di rumah, atau istirahat di pegunungan.

Tapi benarkah udara knalpot itu mengganggu? Nyatanya banyak warga kota yang tenang-tenang saja bekerja, makan dan minum di tepi jalan sebagai pedagang kaki lima.

Udara knalpot memang tidak apa-apa kalau kepekatannya tidak seberapa, karena berbaur dengan oksigen dari udara segar. Apalagi di jalan yang kanan-kirinya hijau ditanami pohon-pohon peneduh. Tapi yang pada suatu waktu terkonsentrasilah, yang membuat orang pingsan. Misalnya gas yang terkumpul dalam kabin, melalui lubang bocoran pada body dan knalpot, karena mobil berlama-lama merayap, gara-gara jalan macet total. Bukan salah jalannya, tapi kita sendiri, mengapa terjun ke jalan macet.

"Pakai AC 'kan? Mobil juga ditutup rapat-rapat!" bela sementara orang. Kebanyakan dari kita memang percaya bahwa duduk tersekap rapat dalam mobil lebih aman daripada berada diluarnya. Tapi hasil penelitian Friends of the Earth dan Koran The Sunday Times di Inggris menunjukkan, bahwa kadar CO dalam kabin ternyata 3 kali lebih pekat daripada di udara luar. Penelitian itu juga menunjukkan pentingnya perawatan bodi kendaraan, jangan sampai ada bocoran dibiarkan terlalu lama memasukkan udara knalpot, lalu meracuni penumpangnya.

Gas buangan knalpot yang tersekap dalam garasi tertutup juga sama jahatnya. Padahal garasi itu bersebelahan banget dengan kamar tidur kita. Karena itu, memanaskan mesin waktu pagi sebaiknya menghadapkan lubang knalpot ke arah jalan atau udara luar. Tidak ke arah rumah, apalagi jendela kamar tidur. Lagi pula tidak usah lama-lama. Cukup sampai jalannya mesin terdengar teratur mulus saja.

Source: Majalah Intisari, no.371 - Juni 1994

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes