Tampilkan postingan dengan label Osteoporosis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Osteoporosis. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Maret 2012

Manfaat Sering Konsumsi Tempe

PERUBAHAN gaya hidup yang dialami atau dilakukan banyak orang pada saat ini, membawa pula perubahan pada pola makan. Banyak di antaranya yang memilih, bahkan meyukai junk food. Akibatnya, mereka mengalami defisiensi zat gizi atau non-gizi tertentu, termasuk serat. Para industriawan menangkap fenomena ini sebagai peluang. Maka, lahirlah berbagai suplemen makanan yang kandungan utamanya serat.


Sebenarnya, tidak ada yang salah pada supplemen serat. Yang salah apabila makanan tambahan itu dianggap bisa sepenuhnya menggantikan serat dari makanan sehari-hari. Mengapa?


Makanan umumnya terdiri atas zat gizi (nutrien) dan zat-zat lain (non-nutrien). Serat termasuk dalam komponen non-nutrien.


Kandungan serat yang tinggi dalam makanan sehari-hari, menurut berbagai penelitian, memberikan banyak manfaat utamanya dalam menurunkan risiko terhadap penyakit jantung koroner, diabetes melitus (DM), obesitas, dan keganasan usus besar (kanker kolon).


Serat makanan (dietary fiber) merupakan unsur dari dinding sel tanaman dalam makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim saluran pencernaan. Berdasarkan sifat kimianya, serat makanan dibedakan atas serat larut dan serat tidak larut. Termasuk dalam kelompok serat tidak larut adalah lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Wortel, gandum, dan buah yang bijinya dapat dimakan seperti arbei, merupakan sumber lignin. Bahan makanan berselulosa realtif tinggi meliputi tepung gandum, kacang polong, root vegetables, apel, dan buah-buahan berbiji. Sedangkan bahan makanan yang tinggi kadar hemiselulosanya antara lain bekatul, serelia, dan oatmels.


Di dalam kolon, selulosa, hemiselulosa, dan lignin menyerap air sehingga volume tinja menjadi lebih besar. Mereka juga mempersingkat waktu antara masuknya makanan dan dikeluarkannya sebagai tinja. Hasilnya, kontak antara zat-zat iritatif dengan mukosa kolorektal (usus besar) menjadi singkat, sehingga mencegah timbulnya penyakit di kolong dan rektum. Hal itu dapat menerangkan kegunaan serat makanan dalam mencegah timbulnya karsinoma atau keganasan kolorektal..


Lalu, apa saja yang termasuk dalam kelompok serat larut (soluble fiber)? Jawabannya, pektin, psilium, gum, musilago, dan B-glukan.


Hasil penelitian memperlihatkan, diet tinggi serat larut dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Selain itu, serat larut juga dapat memperbaiki metabolisme karbohidrat. Penelitian juga memperlihatkan, penambahan serat larut pada diet penderita DM dapat menurunkan kadar gula darah.


Bahan makanan sumber serat larut antara lain apel, jeruk (citrus fruits), bekatul (oatbran), gandum (oatmeal), rumput laut, serta kacang polong macam kadang kedelai, kacang merah, kacang kapri, kacang hijau, dan kacang tolo.


Rekomendasi asupan serat makanan yang dianjurkan 20  30 g per hari untuk orang dewasa, sekitar 6 g berasal dari serat larut.


Bila membiasakan diri dengan pola makan beraneka ragam, kebutuhan serat akan dapat terpenuhi. Beras atau penukarnya, kacang polong, buah, dan sayur merupakan sumber serat. Ada keuntungan jika mengonsumsi makanan alami sumber serat. Buah dan sayur misalnya, selain sumber serat, juga merupakan sumber beta-karoten dan vitamin C, yang merupakan antioksidan. Antioksidan sendiri menurunkan risiko terhadap berbagai penyakit degeneratif.


Tempe umpamanya. Selain sebagai sumber larut dan tidak larut (100 g mengandung serat 7,2 g) juga merupakan sumber asam lemak tidak jenuh tunggal dan ganda, yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Selain itu, tempe juga mengandung isoflavon yang akhir-akhir ini dikaitkan dengan fungsinya menurunkan risiko terjadinya osteoporosis (keropos tulang).


Jadi, sebaiknya tetaplah bertahan pada diet sehat dan seimbang yang kaya serat dari buah, sayur, dan sumber serat lainnya. Dengan diet itu banyak penyakit bisa di cegah. Suplemen serat diperlukan hanya bila kita kekurangan serat dari makanan sehari-hari.


Source: Majalah Intisari, no.468 - Juli 2002

Senin, 23 Januari 2012

Minuman Bersoda Merapuhkan Tulang

MINUMAN ringan memang menyegarkan. Tapi, kebanyakan minum minuman ringan ternyata merugikan tubuh. Minuman jenis ini memang tidak menimbulkan rasa tak nyaman di pagi hari seperti kalau habis menenggak minuman keras. Ia tidak menimbulkan risiko terserang penyakit paru-paru dan juga tidak mengandung lemak maupun kolesterol. Namun, dari hasil penelitian baru terungkap bahwa kecanduan minuman bersoda bisa melemahkan tulang.


Grace Wyshak dari Harvard's School of Public Health bersama satu tim peneliti mewawancarai 5.398 orang wanita. Pertanyaan yang diajukan antara lain menyangkut gaya hidup, diet, keikutsertaan mereka dalam atletik semasa di perguruan tinggi, dan keretakan tulang. Ternyata, di antara para mantan atlet perguruan tinggi itu, para peminum soda memiliki kemungkinan mengalami retak tulang pertama kali setelah usia 40 tahun dua kali lebih besar daripada yang bukan peminum soda. Pada usia itu wanita memang mulai mengalami kemungkinan retak tulang akibat kerapuhan tulang.


Menurut Rose Frisch dari Pusat Studi Kependudukan Harvard, hasil penelitian itu merupakan penemuan yang mengejutkan, "Sekaligus menyulitkan, sebab banyak atlet minum sejumlah besar minuman ringan," kata Frisch yang juga salah seorang penulis hasil penelitian itu. Buat mereka yang bukan atlet, minum minuman ringan tidak mendatangkan efek yang jelas. Barangkali, menurut Frisch, karena mereka tidak minum minuman itu sebanyak para atlet.


Menurut Frisch, efek tersebut mungkin hanya dari satu jenis minuman ringan, yaitu cola yang umumnya mengandung asam fosfor yang biasa dicampurkan untuk menimbulkan rasa asam pada minuman. Penelitian terhadap binatang, dan juga sejumlah laporan kasus terhadap manusia, menunjukkan bahwa fosfor menganggu penyerapan kalsium yang dibutuhkan tubuh untuk membangun tulang.


Source: Majalah Intisari, no.325 - Agustus 1990

Sabtu, 08 Oktober 2011

Wanita Menopause Cenderung Terkena Osteoporosis ? (BAGIAN 2)

BERBEDA dengan banyak keluhan yang muncul di kalangan wanita kulit putih di Amerika, di Jepang, keluhan kepanasan boleh dikata minor saja. Yang menarik, meskipun pada umumnya tingkat kepadatan tulang wanita Jepang lebih rendah ketimbang wanita kulit putih (Kaukasia), jumlah penderita osteoporosis di Jepang hanya separuh ketimbang AS. Tingkat mortalitas akibat penyakit jantung koroner hanya seperempatnya, sedangkan akibat kanker payudara antara seperempat dan sepertiganya dari wanita di AS. Apa gerangan penyebabnya? Setelah diusut-usut, ternyata rendahnya konsumsi roko dan alkohol, tingginya aktifitas fisik yang secara teratur dan diet seimbang dari bahan-bahan kedelai, diduga menjadi penyebabnya.


Keluhan yang banyak dikaitkan dengan masa menopause adalah ketakutan orang pada osteoporosis. Sebagai ilustrasi, dengarlah pengalaman seorang dokter di kamar praktiknya.



Suatu hari ia kedatangan pasien yang dengan panik mengatakan, "Dok, saya menderita osteoporosis!" 


Tetapi saat diperiksa tidak patah tulang, punggungnya juga tidak bongkok. Rupanya, panik itu muncul setelah melihat hasil tes kepadatan tulangnya rendah.


Gara-gara takut gemuk dan takut hitam


Osteoporosis memang penyakit yang ditandai oleh rendahnya massa tulang dan terjadinya kemunduran pada struktur jaringan tulang, sehingga tulang gampang patah. Tapi, rendahnya massa tulang belum tentu menunjukkan osteoporosis. Kalau struktur jaringan tulangnya kuat, meski massa tulang rendah, belum tentu seseorang menderita patah tulang. Lebih tepat kalau ia di kategorikan "berisiko" menderita osteoporosis. Mirip-mirip dengan hasil tes kolesterol yang menunjukkan tinggi-rendahnya risiko kita mendapat penyakit jantung.


Barangkali karena faktor baik-kurang baiknya struktur jaringan tulang itu masih belum bisa diukur, perhatian kalangan medis jadi tumpah ruah pada massa tulang. Padahal, ya, itu tadi. Rendahnya masa tulang belum menunjukkan osteoporosis.



Meski dibandingkan wanita kulit putih, wanita penderita osteoporosis di kalangan bangsa Asia lebih sedikit. Prof. Chehab Rukni Hilmy, M.D. FICS, guru besar ortopedi FKUI, memprakirakan di Indonesia jumlah penderitanya mencapai 20 juta orang (Kompas, 12/10/1998). Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprakirakan pada tahun 2050 separuh dari penderita cedera panggul akibat osteoporosis bakal ditemukan di Asia. Semakin hari jumlah korban osteoporosis di Asia semakin meningkat.


Penyebabnya diduga karena keengganan wanita Indonesia untuk minum susu (karena takut gemuk) dan terpapar sinar matahari (karena takut hitam). Padahal kombinasi antara asupan kalsium dengan sinar matahari yang mengaktifkan vitamin D dalam tubuh kita (yang pada gilirannya akan membantu penyerapan tubuh terhadap kalsium) sangat baik bagi kekuatan tulang. Massa tulang yang mencapai puncaknya saat kita berusia 35 tahun akan baik mutunya, bila sejak balita asupan kalsium kita terus tercukupi. Selain itu, yang menentukan tingginya kepadatan tulang juga faktor keturunan dan rajin tidaknya kita berolahraga. Mengenai manfaat olahraga ini jelas-jelas dipertegas oleh dr.Hario Tilarso, dokter olahraga pada Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat DKI Jaya, "Saya punya banyak pasien osteoporosis yang bisa sembuh tanpa obat."(Intisari, Januari 1999).


Wanita Indonesia yang takut gemuk, sebenarnya tak perlu terlalu merisaukan asupan kalsiumnya, asalkan mereka menyadari bahwa sumber-sumber kalsium alami itu cukup banyak. Tidak cuma susu, meski memang susu mengandung banyak kalsium. Ambil contoh sayur-sayuran hijau, tempe, tahu juga kacang-kacangan dan makanan laut. Teri kering jangan diremehkan sebagai ikan asin belaka, karena memiliki kandungan kalsium yang amat tinggi.


Seberapa banyakkah kebutuhan kalsium kita per hari? Menurut Siti Fatimah, M.Sc., seorang dokter dan ahli gizi lulusan University of London, angka kecukupan kalsium bagi orang Indonesia adalah 500 - 800 mg per hari. Namun, untuk manula dan wanita yang sudah menopause dianjurkan 1.000 mg/hari (Intisari, September 1999).


Chehab juga memberikan alternatif yang cukup murah, yaitu setiap hari mengkonsumsi enam butir tablet kalk dengan ukuran 150 mg per tablet, yang nilainya hanya beberapa ribu rupiah per bulannya. Dosis untuk wanita hamil dan menopause 1.500 mg, sementara wanita menyusui 2.000 mg.


Secara langsung, kandungan kalsium dalam tubuh kita juga dipengaruhi oleh beberapa hormon, yang memang mengatur metabolisme kalsium. Bisa disebut parathormone (dari kelenjar paratiroid), kalsitonin (dari kelenjar tiroid), dan vitamin D (dari kulit). Vitamin D, faktor sangat penting dalam pengaturan kandungan kalsium dalam darah, sebaliknya juga tidak boleh melampaui batas 1.000 mg/hari. Terlalu banyak vitamin D akan mengisap kalsium dari tulang, sehingga justru mengeroposkan tulang. Steroid juga bisa mengurangi mengurangi kepadatan tulang, meski secara tak langsung.


Meski selama ini timbul kesan osteoporosis adalah "penyakit wanita", kaum pria sebenarnya tidak kebal terhadap oknum ini. Sayang, telaah mengenai osteoporosis dikalangan pria masih langka, sehingga seluk-beluknya belum terungkap.



HAMBURGER GANTI SAJA DENGAN TAHU

LALU apa yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan yang menghadapi menopause? "Ketimbang simtom-simtom perimenopause, yang pasti akan berlalu, sebenarnya lebih seram penyakit-penyakit yang bisa menyerang para wanita di masa tuanya," tulis Dr. Susan M. Love. Untuk itu ia menyarankan perubahan gaya hidup menuju ke arah yang lebih baik dan lebih sehat.

Sambil tidak mengesampingkan perbedaan selera, kondisi kesehatan, ia mempersilahkan masing-masing pribadi untuk menentukan sendiri sejauh mana perubahan yang dapat dilakukannya secara berangsur :

1. Lakukan general check up termasuk tes darah untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum, sebelum melakukan diet atau program latihan olahraga.

2. Menopause mendatangkan perubahan pada metabolisme. Makanan yang dulu tidak membawa akibat apapun, bisa saja kini membuat gemuk atau menyebabkan masalah pencernaan. Amati kebiasaan makan Anda dan lakukan perubahan di mana perlu. Hasil positifnya tidak hanya akan menjauhkan diri Anda dari penyakit, tetapi juga memperlunak simtom-simtom menopause.



3. Diet rendah lemak, terutama lemak jenuh, dan tinggi serat sangat penting untuk menjauhkan diri dari kanker payudara, usus, dan penyakit jantung. Pertahankan tingkat kolesterol total pada batas-batas aman (di bawah 200 mg/dl). Sayur dan buah-buahan yang dikonsumsi dalam kondisi alaminya lebih banyak mengandung serat daripada misalnya dalam bentuk jus.


4. Makanan yang tinggi protein, tetapi rendah kalsium (seperti: daging merah) dapat menyebabkan kita kehilangan kalsium karena tubuh menggunakan kalsium untuk menggunakan asam yang dihasilkan saat kita mencernakan protein hewani. Para penggemar protein hewani dianjurkan untuk bergeser ke sumber-sumber protein nabati. Artinya, gantilah hamburger menjadi tahu dan stik menjadi kacang-kacangan! Segal jenis makanan berbasis kedelai sangat dianjurkan. Menurut penelitian, ia menurunkan kolesterol, membantu tubuh menyerap kalsium, dan diduga juga menghambat berkembangnya tumor ganas pada payudara.


5. Banyak minum air karena wanita dalam masa perimenopause kehilangan banyak cairan karena banyak berkeringat dan pendarahan yang berat. Namun perlu diingat, kafein, alkohol dan soft drink menyebabkan kita kehilangan kalsium. Yang terbaik adalah susu rendah lemak atau tanpa lemak, dan susu kedelai.


6. Konsumsi cukup kalsium. Selain susu, sayuran hijau juga memenuhi kebutuhan kalsium kita. Sayangnya, bayam dan parsley mengandung oksalat yang mengikat kalsium dan membuat kalsiumnya sulit diserap tubuh. Namun sumber-sumber kalsium lain tak kurang, apalagi bagi kita yang punya budaya makan tempe, tahu dan kecap.


7. Perhatikan bobot anda. Di usia setengah baya, metabolisme mulai melambat, sementara kita cenderung mengurangi aktivitas. Meski demikian wanita yang sedang dalam masa perimenopause tidak dianjurkan untuk menjalani diet kilat karena bisa menyebabkan anoreksia.


8. Berhenti merokok karena mengurangi kemungkinan penyakit jantung.


9. Berolahraga secara teratur.


10. Mengurangi stress. Karena hidup tak mungkin lepas dari stress, maka yang mungkin dilakukan adalah mengubah sikap kita dalam menghadapinya.


11. Melakukan kegiatan kreatif, yang benar-benar disukai, karena jiwa-seperti tubuh kita- juga memerlukan "olahraga". Bisa di seputar seni, mencoba jadi penulis, atau terjun dalam kegiatan sosial atau politik.


Source: Majalah Intisari, no.442 - Mei 2000

Kamis, 06 Oktober 2011

Wanita Menopause Rentan Terkena Osteoporosis ? (BAGIAN 1)

Osteoporosis memang cenderung dikaitkan sebagai masalah bawaan bagi wanita-wanita menopause. Namun, karena menopause itu menyangkut perubahan hormonal yang besar, pengaruhnya pada tubuh wanita sesungguhnya tak terbatas pada masalah tulang belaka.

MASALAH menopause makin relevan untuk dibicarakan, mengingat semakin tingginya usia harapan hidup kaum wanita Indonesia yang tahun ini diprakirakan  mencapai 70 tahun. Itu berarti wanita berumur 45 tahun keatas jumlahnya berkisar 20 juta, sekitar 20% dari total perempuan di Indonesia, atau sekitar 10% dari seluruh populasi Indonesia. Mengetahui ABCD-nya menopause tentu akan sangat membantu kaum perempuan dan keluarganya di saat ia memasuki masa menopause. Sebenarnya bisa dibilang ada dua proses menopause. Ada masa perimenopause, ada masa menopause. Pada masa perimenopause, terjadi perubahan besar pada hormon ditubuh wanita. Ia sering merasakan kepanasan (hot flushes), uring-uringan, sulit berkonsentrasi, sulit tidur, dan yang utama pembawaannya jadi tak terduga-duga. Gejala ini berlangsung antara tiga sampai enam tahun.

Menopause sendiri sebenarnya mengacu pada menstruasi terakhir yang dialami seorang wanita, karenanya baru disadari setelah berlalu. Biasanya diambil patokan, "Jika Ibu sudah setahun tidak mengalami haid, ya artinya Ibu sudah menopause". Yang sering disebutkan sebagai "masa menopause" sebenarnya adalah masa pascamenopause, sesudah haid terakhir tadi. 

Simtom-simtom yang bisa mencakup payudara sensitif dan sakit kepala itu, menurut Dr. Susan M. Love, sebenarnya terjadi akibat fluktuasi tinggi rendahnya kadar estrogen di dalam darah (The Hormone Dilemma, 1997). Penelitian yang dilakukan pada tahun 1994 menunjukkan bahwa tidak ada pola standar pada wanita yang mengalami perimenopause. Pola gejalanya semua berbeda-beda.

Menopause itu alami

Wanita menopause sering merasa kepanasan
Dokter Love menyayangkan, betapa telah lama orang mempunyai pemahaman keliru tentang indung telur. Banyak pihak memandangnya sebagai "pabrik telur" semata, sementara indung telur itu suatu organ endokrin, organ penghasil hormon, yang fungsinya melampaui batas-batas fungsi reproduksi. Baik sebelum, sedang, maupun sesudah menopause, indung telur tidak pernah berhenti menghasilkan hormon, namun yang dihasilkannya berbeda-beda.

Menopause sebenarnya sebuah tonggak dalam "karier" indung telur. Pada titik itu fungsinya sebagai alat reproduksi diubah dari organ penghasil telur menajdi organ pemelihara tubuh. Kalau tadinya ia penghasil estrogen dan progesteron yang kaya folikel(telur di dalam kantungnya), kini ia memproduksi estrogen dan androgen yang kaya stroma ("lem" yang merekatkan telur). Wanita muda lebih banyak menghasilkan telur dengan aroma sedikit. Semakin matang usianya, telurnya makin berkurang, sedangkan stromanya bertambah.

Pada masa perimenopause ini testosteron dan androstenedion diubah menjadi estron (salah satu bentuk dari estrogen) oleh enzim aromatase yang juga banyak terdapat dalam lemak dan otot. Kelangsungan produksi hormon-hormon ini berbeda-beda antara wanita yang satu dengan yang lain. Itu barangkali yang menyebabkan berbeda-bedanya simtom perimenopause pada wanita. Wanita yang mengalami menopause karena pengangkatan kedua indung telurnya umumnya mengalami simtom menopause yang lebih berat, lebih mudah terkena osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Diduga, penyebabnya kehilangan hormon-hormon yang di produksi indung telur.


Yang menarik, menurut Jane Cauley, seorang peneliti menopause, ketika melakukan pengukuran kadar hormon dalam darah wanita yang telah mengalami menopause, semakin tingginya usia wanita ternyata tidak berarti produksi hormon otomatis menurun. Ia malah menemukan fakta-fakta menarik lain. Misalnya, wanita gemuk tingkat estrogennya lebih tinggi sampai 40% dari wanita dengan bobot tubuh nornal. Sebabnya mungkin karena aromatase terdapat dalam lemak.


Wanita yang lebih berotot lebih tinggi kadar estrogennya. Lagi-lagi, ini karena otot memiliki banyak sekali aromatase. Diluar indung telur, aromatase otot mengkonversi 25-30%, androgen menjadi estrogen, sementara aromatase lemak hanya mengubah 10-15% saja. Di samping itu masih ada beberapa organ tubuh lain yang punya tugas melakukan konversi ini, yaitu otak, kulit, rambut, dan sum-sum tulang belakang. Ini membuktikan bahwa pada pascamenopause tubuh wanita tetap memproduksi hormon.


Dengan memegang prinsip dasar pemahaman ini, bahwa indung telur pascamenopause bukannya berhenti berfungsi, tetapi sekadar beralih fungsi, beberapa pendapat salah kaprah tentang menopause dengan sendirinya gugur. Sebut saja pendapat yang memandang menopause sebagai "kegagalan reproduksi" atau "kegagalan indung telur" ataupun "penyakit kekurangan estrogen". Masalahnya, semua sebutan itu sendiri secara intrinsik menunjukkan pandangan negatif terhadap kondisi menopause, yang sebenarnya alami belaka. Ini menurut Dr. Susan M. Love.


Hebat berkat kedelai

Yang juga tak dinyana, bagaimana wanita menjalani dan mengalami masa perimenopause dan (pasca) menopausenya, ternyata erat terkait dengan kondisi pemikiran sosiokultural tempat si wanita hidup. Masyarakat Barat cenderung memandang datangnya masa tua dengan perasaan-perasaan negatif. Perasaan tak berguna, tersingkir, tak sempurna lagi mengakrabi pemikiran mereka. Dengan pandangan demikian, maka wajar kalau kemudian mereka merasakan bahwa kondisi menopause itu adalah suatu "kelainan" yang harus dicarikan pemecahannya. Terapi pengganti hormon sebagai salah satu pemecahan yang muncul, sampai kini masih diperdebatkan sisi baik buruknya, bahkan perlu-tidaknya.

Bersambung - Wanita Menopause Rentan Terkena Osteoporosis ?(Bagian 2)

Senin, 05 September 2011

Pengeroposan Pada Tulang Dapat Di Cegah

Seperti halnya rambut atau kulit, tulang juga mesti dijaga kesehatannya sejak usia muda. Kalau tidak, gangguan pengeroposan tulang sudah bisa terjadi sebelum usia Anda mencapai 50. Makanan dan olahraga tertentu dapat membantu menghambat tulang keropos.


PARA ahli tulang menyarankan, awal 30-an sebaiknya sudah mulai merawat tulang sebaik-baiknya, terutama kaum wanita yang besar kemungkinannya mengalami osteoporosis (kekeroposan tulang) setelah masa menopause.

Menurut penelitian di Australia, setiap tahun 20.000 wanita mengalami keretakan tulang panggul dan dalam setahun satu di antaranya meninggal karena komplikasi. Menurut penelitian Institut Kedokteran Garvan, 25% wanita dan 6% pria di negeri Kanguru itu bakal terkena osteoporosis. Hampir seperempat dari jumlah wanita menopause di negara-negara industri mengalami osteoporosis yang merupakan masalah kesehatan utama pada kelompok ini.


Semakin panjang usia harapan hidup, semakin banyak penderita osteoporosis yang ditandai dengan hilangnya massa tulang secara berlebihan sehingga menyebabkan tulang menjadi lemah, tidak tahan terhadap tekanan sehingga mudah patah.


Pada tahun 90-an di seluruh dunia diperkirakan 1,6 juta kasus patah tulang panggul, dan diramalkan akan meningkat hingga 3,94 juta kasus tahun 2025 dan 6,26 juta kasus dalam 25 tahun berikutnya seiring dengan semakin tingginya usia harapan hidup.


Pembentukan sel tulang





Perbedaan antara tulang normal dan tulang keropos
Pembentukan sel tulang diawali oleh adanya sel pembentuk tulang yang dinamakan sel osteogenik. Melalui proses mineralisasi, sel ini membentuk osteid yang berkembang menjadi osteosit padat, keras dan kompak. Jadi, tulang kita itu terbentuk dari perkembangan sejumlah osteosit yang telah matang.


Ada dua proses utama yang bekerja pada siklus tulang. Pertama, bone formation yaitu pembentukan sel-sel tulang melalui aktivitas sel osteoblast. Kedua, bone resorption yakni penguraian sel-sel tulang melalui aktivitas osteoclast. Proses resorpsi tulang diperlukan untuk menjamin persediaan ion-ion kalsium dalam plasma darah.

Sekitar 0,4 - 1% kalsium total tulang merupakan cadangan yang dapat diserap kembali ke dalam darah dan distribusikan ke seluruh jaringan. Kadar normal kalsium plasma berada pada kisaran 10 mg%. Kondisi hipokalsemik atau kekurangan kalsium (kurang dari 10 mg%) dan hiperkalsemik atau kelebihan kalsium (lebih dari dari 10 mg%) akan terus dikendalikan dalam sistem homeostasis yang diatur secara otomatis oleh tubuh.


Keadaan hipokalsemik merangsang terjadinya penyerapan ion-ion kalsium dari tulang ke darah, sedangkan pada keadaan hiperkalsemik sistem tubuh akan melakukan penarikan ion-ion kalsium menjadi garam-garamnya, yang disimpan kembali di dalam tulang.


Ketidakmampuan tubuh menurunkan kadar kalsium darah yang berlebihan dapat menimbulkan efek penekanan terhadap sistem saraf pusat dan perifer, terjadinya kelemahan otot, konstipasi, sakit perut, kehilangan nafsu makan, dan penurunan kemampuan relaksasi jantung pada saat diastolik. Disisi lain, ion kalsium diperlukan antara lain dalam pengaturan lompatan listrik antarsel sehingga memungkinkan untuk dapat berkontraksi. Hipokalsemik antara lain dapat menyebabkan penurunan kemampuan kontraksi otot pada organ tubuh saat jantung pada kondisi sistolik. Secara keseluruhan, kedua proses itu disebut bone turnover yang dikendalikan oleh vitamin D serta dua hormon utama lain: paratiroid, yang menyokong aktivitas sel osteoclast, dan hormon kalsitonin, yang menyokong aktivitas sel osteoblast.

Vitamin D bekerja melalui peningkatan daya serap mineral pada sistem pencernaan serta meningkatkan penyerapan kembali di ginjal sehingga kadar kalsium plasma tetap terpelihara tinggi.


Pada keadaan normal, ketiga substansi ini bekerja secara kompak sehingga antara pembentukan sel tulang (mineralisasi) dengan penguraian sel tulang (demineralisasi) secara fisiologik berjalan seimbang. Artinya, pada saat tersebut tulang dapat memainkan peranannya sebagai tempat cadangan (reservoar) kalsium dengan baik tanpa menyebabkan kerusakan pada tulang itu sendiri. Kondisi seperti itu terjadi pada manusia dewasa yang sehat.


Persoalan akan muncul bilamana keseimbangan proses terganggu. Gangguan dapat terjadi akibat adanya kekurangan vitamin D, gangguan hormonal karena kanker atau akibat penggunaan obat tertentu, serta gaya hidup orang yang bersangkutan. 


Osteoporosis terjadi akibat ketidakseimbangan antara proses demineralisasi - yang lebih tinggi - dan proses mineralisasi tulang. Tulang keropos ini terutama banyak dialami wanita usia menopause (50-an). Ketidakseimbangan itu terjadi karena penurunan drastis produksi hormon estrogen yang mestinya membantu penyerapan kalsium. Akibatnya, tulang kehilangan massa dalam jumlah besar sehingga kekuatannya pun melorot drastis. Kalau kondisi ini dibiarkan, risiko terjadi patah tulang (fraktur) sulit dihindari.


Berbagai Pemicu


Massa kalsium dalam tulang mencapai puncaknya pada usia 35 tahun, setelah itu terus menurun yang berarti pula osteoporosis mulai mengancam. Bahkan proses degenerasi dikatakan lebih awal lagi, sehingga di usia 20-30-an hendaknya mulai bersiap-siap menjaga kondisi tulang.



Kekurangan kalsium dalam tulang memang merupakan proses alami yang sulit dihindari sejalan dengan bertambahnya umur. Semakin tua, semakin cepat tubuh menyerap kalsium dari tulang sebelum digantikan.


Begitu wanita mencapai usia menopause, maka semakin menurun pula kadar kalsium dalam tulang. Diduga hal ini berkaitan erat dengan kemampuan tubuh mensekresi (menghasilkan) hormon estrogen. Hormon ini bekerja secara tidak langsung melalui pengaturan produksi hormon lainnya berdasarkan fungsi masing-masing. Pada wanita dewasa yang sehat sekresi hormon kalsitonin juga dipengaruhi oleh adanya hormon estrogen. Jadi, dengan menurunnya sekresi estrogen ini, pengendalian sekresi kalsitonin pada sel parafolikuler tiroid menjadi terganggu. Maka pengeroposan tulang lebih cepat terjadi pada wanita menopause.


Selain faktor menurunnya sekresi estrogen, ada beberapa pemicu lain lagi seperti jumlah vitamin D yang tidak cukup dalam tubuh, penyakit diabetes, merokok, terlalu banyak kalsium yang dikeluarkan dalam air seni, konsumsi kalsium yang kurang selama jangka waktu tertentu, ketidakmampuan usus menyerap kalsium, dan kurang berolahraga atau latihan yang menunjang kekuatan tulang.


Kemudian juga terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, obat antiradang atau obat steroid, kafein atau terlalu banyak konsumsi protein yang akan mengurangi kadar kalsium dalam tubuh, kelainan anoreksia (tidak mau makan karena takut gemuk), faktor keturunan (kerangka tulang yang tipis dan kecil lebih mudah mengalami kelainan ini), serta gaya hidup yang tidak teratur atau banyak stres.


Cara melawan

 
Melihat sejumlah penyebab itu, gaya hidup dan kualitas hidup yang baik merupakan kunci untuk menghindari tulang keropos. Olahraga yang teratur dapat merangsang osteoblast untuk membentuk jaringan tulang yang kokoh.


Wanita yang rajin berolah raga seperti latihan beban, jalan kaki, berenang, aerobik, dan suka berdansa jauh sebelum usia menopause terbukti lebih kokoh tulangnya. Olahraga yang terbukti bisa memperkokoh tulang itu dianjurkan dilakukan 3 kali seminggu masing-masing selama 30 menit. Bila mulai terjadi kekeroposan, olahraga yang disarankan adalah berenang, aerobik, dan suka berdansa jauh sebelum usaha menopause terbukti lebih kokoh tulangnya. Olahraga yang terbukti bisa memperkokoh tulang itu di anjurkan dilakukan 3 kali seminggu masing-masing selama 30 menit. Bila mulai terjadi kekeroposan, olahraga yang disarankan adalah berenang.


Namun perlu disadari, osteoporosis memang sesuatu proses yang terjadi secara alami, tidak dapat dihindarkan oleh siapapun sejalan dengan pertambahan usia menjelang senja.


Secara sederhana pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari pemicu timbulnya penyakit. Juga meningkatkan kekuatan tulang dengan olahraga dan diet makanan yang baik dan seimbang.


Pengobatan dilakukan berdasarkan penyebab terjadinya kasus. Misalnya, osteoporosis yang disebabkan rendahnya kemampuan penyerapan kalsium pada usus halus karena kekurangan vitamin D dapat ditangani dengan penambahan vitamin D; kekurangan kalsium dalam diet dapat ditangani dengan asupan kalsium yang cukup. Orang dewasa membutuhkan sekitar 1.000 mg kalsium/hari. Pada kasus osteoporosis karena kekurangan hormon, pengobatan tidak dengan vitamin D atau kalsium tapi dengan hormon juga.


Terapi hormon relatif masih baru bagi penanganan osteoporosis. Proses pembentukan tulang dikendalikan oleh adanya hormon kalsitonin. Temuan para ahli menunjukkan, hormon kalsitonin pada manusia mempunyai kemiripan dengan hormon beberapa jenis hewan seperti belut, babi, dan ikan dengan 32 jenis asam amino yang membentuknya. Di Jepang telah dikembangkan penelitian pengobatan dengan hormon kalsitonin dari belut.


Sementara itu FDA (Pengawasan Obat dan Makanan AS) merekomendasikan penggunaan hormon sintetis ikan salmon. Penelitian menunjukkan, pengobatan dengan hormon kalsitonin memberikan hasil memuaskan dengan efek sampingan relatif ringan.


Sebagai molekul polipeptida, kalsitonin tidak dapat diberikan secara oral karena akan diuraikan oleh enzim-enzim di saluran pencernaan, sehingga efek terapi yang diharapkan tidak diperoleh. Obat ini akan lebih tepat kalau diberikan melalui suntikan. Menurut sebuah penelitian, kalsitonin juga dapat diserap melalui mukosa hidung, memasuki pembuluh darah perifer sehingga dapat juga diberikan dalam bentuk spray hidung. Cara ini tentu lebih praktis karena tidak perlu bantuan dokter, walaupun mengontrolkan diri ke dokter secara teratur tetap diperlukan. 


Terapi dengan kalsitonin ternyata memberikan efek sampingan yang menguntungkan, yakni efek analgesik (penghilang rasa sakit) yang cukup kuat. Hal ini sangat membantu pasien dalam menangani rasa sakit yang disebabkan oleh berbagai gangguan tulang.


Namun mekanisme kerja analgesik ini belum dapat diketahui secara pasti, tetapi diduga terjadi melalui peningkatan aktivitas osteoblast yang memungkinkan terjadinya penurunan ion kalsium darah sehingga sensitivitas nyeri saraf perifer menurun ke tingkat normal. Lalu terjadi penghambatan sekresi prostaglandin (kelompok asam lemak hidroksida yang merangsang kontraksi otot serta menurunkan tekanan darah); stimulasi pembentukan endorfin (transmitor pada saraf tertentu yang mempunyai khasiat seperti morfin); kemudian mempengaruhi pusat rasa sakit di otak.


Begitu Anda merasakan keluhan pada tulang, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Terutama bagi Anda yang sudah menginjak usia 30-an, hindari stres, makanlah dengan menu yang seimbang, dan secara teratur melakukan olahraga atau latihan yang dapat memperkokoh tulang.


Source: Majalah Intisari, no.404 - Maret 1997

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes