Tampilkan postingan dengan label Tulang Rapuh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tulang Rapuh. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Januari 2012

Minuman Bersoda Merapuhkan Tulang

MINUMAN ringan memang menyegarkan. Tapi, kebanyakan minum minuman ringan ternyata merugikan tubuh. Minuman jenis ini memang tidak menimbulkan rasa tak nyaman di pagi hari seperti kalau habis menenggak minuman keras. Ia tidak menimbulkan risiko terserang penyakit paru-paru dan juga tidak mengandung lemak maupun kolesterol. Namun, dari hasil penelitian baru terungkap bahwa kecanduan minuman bersoda bisa melemahkan tulang.


Grace Wyshak dari Harvard's School of Public Health bersama satu tim peneliti mewawancarai 5.398 orang wanita. Pertanyaan yang diajukan antara lain menyangkut gaya hidup, diet, keikutsertaan mereka dalam atletik semasa di perguruan tinggi, dan keretakan tulang. Ternyata, di antara para mantan atlet perguruan tinggi itu, para peminum soda memiliki kemungkinan mengalami retak tulang pertama kali setelah usia 40 tahun dua kali lebih besar daripada yang bukan peminum soda. Pada usia itu wanita memang mulai mengalami kemungkinan retak tulang akibat kerapuhan tulang.


Menurut Rose Frisch dari Pusat Studi Kependudukan Harvard, hasil penelitian itu merupakan penemuan yang mengejutkan, "Sekaligus menyulitkan, sebab banyak atlet minum sejumlah besar minuman ringan," kata Frisch yang juga salah seorang penulis hasil penelitian itu. Buat mereka yang bukan atlet, minum minuman ringan tidak mendatangkan efek yang jelas. Barangkali, menurut Frisch, karena mereka tidak minum minuman itu sebanyak para atlet.


Menurut Frisch, efek tersebut mungkin hanya dari satu jenis minuman ringan, yaitu cola yang umumnya mengandung asam fosfor yang biasa dicampurkan untuk menimbulkan rasa asam pada minuman. Penelitian terhadap binatang, dan juga sejumlah laporan kasus terhadap manusia, menunjukkan bahwa fosfor menganggu penyerapan kalsium yang dibutuhkan tubuh untuk membangun tulang.


Source: Majalah Intisari, no.325 - Agustus 1990

Sabtu, 08 Oktober 2011

Wanita Menopause Cenderung Terkena Osteoporosis ? (BAGIAN 2)

BERBEDA dengan banyak keluhan yang muncul di kalangan wanita kulit putih di Amerika, di Jepang, keluhan kepanasan boleh dikata minor saja. Yang menarik, meskipun pada umumnya tingkat kepadatan tulang wanita Jepang lebih rendah ketimbang wanita kulit putih (Kaukasia), jumlah penderita osteoporosis di Jepang hanya separuh ketimbang AS. Tingkat mortalitas akibat penyakit jantung koroner hanya seperempatnya, sedangkan akibat kanker payudara antara seperempat dan sepertiganya dari wanita di AS. Apa gerangan penyebabnya? Setelah diusut-usut, ternyata rendahnya konsumsi roko dan alkohol, tingginya aktifitas fisik yang secara teratur dan diet seimbang dari bahan-bahan kedelai, diduga menjadi penyebabnya.


Keluhan yang banyak dikaitkan dengan masa menopause adalah ketakutan orang pada osteoporosis. Sebagai ilustrasi, dengarlah pengalaman seorang dokter di kamar praktiknya.



Suatu hari ia kedatangan pasien yang dengan panik mengatakan, "Dok, saya menderita osteoporosis!" 


Tetapi saat diperiksa tidak patah tulang, punggungnya juga tidak bongkok. Rupanya, panik itu muncul setelah melihat hasil tes kepadatan tulangnya rendah.


Gara-gara takut gemuk dan takut hitam


Osteoporosis memang penyakit yang ditandai oleh rendahnya massa tulang dan terjadinya kemunduran pada struktur jaringan tulang, sehingga tulang gampang patah. Tapi, rendahnya massa tulang belum tentu menunjukkan osteoporosis. Kalau struktur jaringan tulangnya kuat, meski massa tulang rendah, belum tentu seseorang menderita patah tulang. Lebih tepat kalau ia di kategorikan "berisiko" menderita osteoporosis. Mirip-mirip dengan hasil tes kolesterol yang menunjukkan tinggi-rendahnya risiko kita mendapat penyakit jantung.


Barangkali karena faktor baik-kurang baiknya struktur jaringan tulang itu masih belum bisa diukur, perhatian kalangan medis jadi tumpah ruah pada massa tulang. Padahal, ya, itu tadi. Rendahnya masa tulang belum menunjukkan osteoporosis.



Meski dibandingkan wanita kulit putih, wanita penderita osteoporosis di kalangan bangsa Asia lebih sedikit. Prof. Chehab Rukni Hilmy, M.D. FICS, guru besar ortopedi FKUI, memprakirakan di Indonesia jumlah penderitanya mencapai 20 juta orang (Kompas, 12/10/1998). Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprakirakan pada tahun 2050 separuh dari penderita cedera panggul akibat osteoporosis bakal ditemukan di Asia. Semakin hari jumlah korban osteoporosis di Asia semakin meningkat.


Penyebabnya diduga karena keengganan wanita Indonesia untuk minum susu (karena takut gemuk) dan terpapar sinar matahari (karena takut hitam). Padahal kombinasi antara asupan kalsium dengan sinar matahari yang mengaktifkan vitamin D dalam tubuh kita (yang pada gilirannya akan membantu penyerapan tubuh terhadap kalsium) sangat baik bagi kekuatan tulang. Massa tulang yang mencapai puncaknya saat kita berusia 35 tahun akan baik mutunya, bila sejak balita asupan kalsium kita terus tercukupi. Selain itu, yang menentukan tingginya kepadatan tulang juga faktor keturunan dan rajin tidaknya kita berolahraga. Mengenai manfaat olahraga ini jelas-jelas dipertegas oleh dr.Hario Tilarso, dokter olahraga pada Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat DKI Jaya, "Saya punya banyak pasien osteoporosis yang bisa sembuh tanpa obat."(Intisari, Januari 1999).


Wanita Indonesia yang takut gemuk, sebenarnya tak perlu terlalu merisaukan asupan kalsiumnya, asalkan mereka menyadari bahwa sumber-sumber kalsium alami itu cukup banyak. Tidak cuma susu, meski memang susu mengandung banyak kalsium. Ambil contoh sayur-sayuran hijau, tempe, tahu juga kacang-kacangan dan makanan laut. Teri kering jangan diremehkan sebagai ikan asin belaka, karena memiliki kandungan kalsium yang amat tinggi.


Seberapa banyakkah kebutuhan kalsium kita per hari? Menurut Siti Fatimah, M.Sc., seorang dokter dan ahli gizi lulusan University of London, angka kecukupan kalsium bagi orang Indonesia adalah 500 - 800 mg per hari. Namun, untuk manula dan wanita yang sudah menopause dianjurkan 1.000 mg/hari (Intisari, September 1999).


Chehab juga memberikan alternatif yang cukup murah, yaitu setiap hari mengkonsumsi enam butir tablet kalk dengan ukuran 150 mg per tablet, yang nilainya hanya beberapa ribu rupiah per bulannya. Dosis untuk wanita hamil dan menopause 1.500 mg, sementara wanita menyusui 2.000 mg.


Secara langsung, kandungan kalsium dalam tubuh kita juga dipengaruhi oleh beberapa hormon, yang memang mengatur metabolisme kalsium. Bisa disebut parathormone (dari kelenjar paratiroid), kalsitonin (dari kelenjar tiroid), dan vitamin D (dari kulit). Vitamin D, faktor sangat penting dalam pengaturan kandungan kalsium dalam darah, sebaliknya juga tidak boleh melampaui batas 1.000 mg/hari. Terlalu banyak vitamin D akan mengisap kalsium dari tulang, sehingga justru mengeroposkan tulang. Steroid juga bisa mengurangi mengurangi kepadatan tulang, meski secara tak langsung.


Meski selama ini timbul kesan osteoporosis adalah "penyakit wanita", kaum pria sebenarnya tidak kebal terhadap oknum ini. Sayang, telaah mengenai osteoporosis dikalangan pria masih langka, sehingga seluk-beluknya belum terungkap.



HAMBURGER GANTI SAJA DENGAN TAHU

LALU apa yang dapat dilakukan oleh kaum perempuan yang menghadapi menopause? "Ketimbang simtom-simtom perimenopause, yang pasti akan berlalu, sebenarnya lebih seram penyakit-penyakit yang bisa menyerang para wanita di masa tuanya," tulis Dr. Susan M. Love. Untuk itu ia menyarankan perubahan gaya hidup menuju ke arah yang lebih baik dan lebih sehat.

Sambil tidak mengesampingkan perbedaan selera, kondisi kesehatan, ia mempersilahkan masing-masing pribadi untuk menentukan sendiri sejauh mana perubahan yang dapat dilakukannya secara berangsur :

1. Lakukan general check up termasuk tes darah untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum, sebelum melakukan diet atau program latihan olahraga.

2. Menopause mendatangkan perubahan pada metabolisme. Makanan yang dulu tidak membawa akibat apapun, bisa saja kini membuat gemuk atau menyebabkan masalah pencernaan. Amati kebiasaan makan Anda dan lakukan perubahan di mana perlu. Hasil positifnya tidak hanya akan menjauhkan diri Anda dari penyakit, tetapi juga memperlunak simtom-simtom menopause.



3. Diet rendah lemak, terutama lemak jenuh, dan tinggi serat sangat penting untuk menjauhkan diri dari kanker payudara, usus, dan penyakit jantung. Pertahankan tingkat kolesterol total pada batas-batas aman (di bawah 200 mg/dl). Sayur dan buah-buahan yang dikonsumsi dalam kondisi alaminya lebih banyak mengandung serat daripada misalnya dalam bentuk jus.


4. Makanan yang tinggi protein, tetapi rendah kalsium (seperti: daging merah) dapat menyebabkan kita kehilangan kalsium karena tubuh menggunakan kalsium untuk menggunakan asam yang dihasilkan saat kita mencernakan protein hewani. Para penggemar protein hewani dianjurkan untuk bergeser ke sumber-sumber protein nabati. Artinya, gantilah hamburger menjadi tahu dan stik menjadi kacang-kacangan! Segal jenis makanan berbasis kedelai sangat dianjurkan. Menurut penelitian, ia menurunkan kolesterol, membantu tubuh menyerap kalsium, dan diduga juga menghambat berkembangnya tumor ganas pada payudara.


5. Banyak minum air karena wanita dalam masa perimenopause kehilangan banyak cairan karena banyak berkeringat dan pendarahan yang berat. Namun perlu diingat, kafein, alkohol dan soft drink menyebabkan kita kehilangan kalsium. Yang terbaik adalah susu rendah lemak atau tanpa lemak, dan susu kedelai.


6. Konsumsi cukup kalsium. Selain susu, sayuran hijau juga memenuhi kebutuhan kalsium kita. Sayangnya, bayam dan parsley mengandung oksalat yang mengikat kalsium dan membuat kalsiumnya sulit diserap tubuh. Namun sumber-sumber kalsium lain tak kurang, apalagi bagi kita yang punya budaya makan tempe, tahu dan kecap.


7. Perhatikan bobot anda. Di usia setengah baya, metabolisme mulai melambat, sementara kita cenderung mengurangi aktivitas. Meski demikian wanita yang sedang dalam masa perimenopause tidak dianjurkan untuk menjalani diet kilat karena bisa menyebabkan anoreksia.


8. Berhenti merokok karena mengurangi kemungkinan penyakit jantung.


9. Berolahraga secara teratur.


10. Mengurangi stress. Karena hidup tak mungkin lepas dari stress, maka yang mungkin dilakukan adalah mengubah sikap kita dalam menghadapinya.


11. Melakukan kegiatan kreatif, yang benar-benar disukai, karena jiwa-seperti tubuh kita- juga memerlukan "olahraga". Bisa di seputar seni, mencoba jadi penulis, atau terjun dalam kegiatan sosial atau politik.


Source: Majalah Intisari, no.442 - Mei 2000

Kamis, 06 Oktober 2011

Wanita Menopause Rentan Terkena Osteoporosis ? (BAGIAN 1)

Osteoporosis memang cenderung dikaitkan sebagai masalah bawaan bagi wanita-wanita menopause. Namun, karena menopause itu menyangkut perubahan hormonal yang besar, pengaruhnya pada tubuh wanita sesungguhnya tak terbatas pada masalah tulang belaka.

MASALAH menopause makin relevan untuk dibicarakan, mengingat semakin tingginya usia harapan hidup kaum wanita Indonesia yang tahun ini diprakirakan  mencapai 70 tahun. Itu berarti wanita berumur 45 tahun keatas jumlahnya berkisar 20 juta, sekitar 20% dari total perempuan di Indonesia, atau sekitar 10% dari seluruh populasi Indonesia. Mengetahui ABCD-nya menopause tentu akan sangat membantu kaum perempuan dan keluarganya di saat ia memasuki masa menopause. Sebenarnya bisa dibilang ada dua proses menopause. Ada masa perimenopause, ada masa menopause. Pada masa perimenopause, terjadi perubahan besar pada hormon ditubuh wanita. Ia sering merasakan kepanasan (hot flushes), uring-uringan, sulit berkonsentrasi, sulit tidur, dan yang utama pembawaannya jadi tak terduga-duga. Gejala ini berlangsung antara tiga sampai enam tahun.

Menopause sendiri sebenarnya mengacu pada menstruasi terakhir yang dialami seorang wanita, karenanya baru disadari setelah berlalu. Biasanya diambil patokan, "Jika Ibu sudah setahun tidak mengalami haid, ya artinya Ibu sudah menopause". Yang sering disebutkan sebagai "masa menopause" sebenarnya adalah masa pascamenopause, sesudah haid terakhir tadi. 

Simtom-simtom yang bisa mencakup payudara sensitif dan sakit kepala itu, menurut Dr. Susan M. Love, sebenarnya terjadi akibat fluktuasi tinggi rendahnya kadar estrogen di dalam darah (The Hormone Dilemma, 1997). Penelitian yang dilakukan pada tahun 1994 menunjukkan bahwa tidak ada pola standar pada wanita yang mengalami perimenopause. Pola gejalanya semua berbeda-beda.

Menopause itu alami

Wanita menopause sering merasa kepanasan
Dokter Love menyayangkan, betapa telah lama orang mempunyai pemahaman keliru tentang indung telur. Banyak pihak memandangnya sebagai "pabrik telur" semata, sementara indung telur itu suatu organ endokrin, organ penghasil hormon, yang fungsinya melampaui batas-batas fungsi reproduksi. Baik sebelum, sedang, maupun sesudah menopause, indung telur tidak pernah berhenti menghasilkan hormon, namun yang dihasilkannya berbeda-beda.

Menopause sebenarnya sebuah tonggak dalam "karier" indung telur. Pada titik itu fungsinya sebagai alat reproduksi diubah dari organ penghasil telur menajdi organ pemelihara tubuh. Kalau tadinya ia penghasil estrogen dan progesteron yang kaya folikel(telur di dalam kantungnya), kini ia memproduksi estrogen dan androgen yang kaya stroma ("lem" yang merekatkan telur). Wanita muda lebih banyak menghasilkan telur dengan aroma sedikit. Semakin matang usianya, telurnya makin berkurang, sedangkan stromanya bertambah.

Pada masa perimenopause ini testosteron dan androstenedion diubah menjadi estron (salah satu bentuk dari estrogen) oleh enzim aromatase yang juga banyak terdapat dalam lemak dan otot. Kelangsungan produksi hormon-hormon ini berbeda-beda antara wanita yang satu dengan yang lain. Itu barangkali yang menyebabkan berbeda-bedanya simtom perimenopause pada wanita. Wanita yang mengalami menopause karena pengangkatan kedua indung telurnya umumnya mengalami simtom menopause yang lebih berat, lebih mudah terkena osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Diduga, penyebabnya kehilangan hormon-hormon yang di produksi indung telur.


Yang menarik, menurut Jane Cauley, seorang peneliti menopause, ketika melakukan pengukuran kadar hormon dalam darah wanita yang telah mengalami menopause, semakin tingginya usia wanita ternyata tidak berarti produksi hormon otomatis menurun. Ia malah menemukan fakta-fakta menarik lain. Misalnya, wanita gemuk tingkat estrogennya lebih tinggi sampai 40% dari wanita dengan bobot tubuh nornal. Sebabnya mungkin karena aromatase terdapat dalam lemak.


Wanita yang lebih berotot lebih tinggi kadar estrogennya. Lagi-lagi, ini karena otot memiliki banyak sekali aromatase. Diluar indung telur, aromatase otot mengkonversi 25-30%, androgen menjadi estrogen, sementara aromatase lemak hanya mengubah 10-15% saja. Di samping itu masih ada beberapa organ tubuh lain yang punya tugas melakukan konversi ini, yaitu otak, kulit, rambut, dan sum-sum tulang belakang. Ini membuktikan bahwa pada pascamenopause tubuh wanita tetap memproduksi hormon.


Dengan memegang prinsip dasar pemahaman ini, bahwa indung telur pascamenopause bukannya berhenti berfungsi, tetapi sekadar beralih fungsi, beberapa pendapat salah kaprah tentang menopause dengan sendirinya gugur. Sebut saja pendapat yang memandang menopause sebagai "kegagalan reproduksi" atau "kegagalan indung telur" ataupun "penyakit kekurangan estrogen". Masalahnya, semua sebutan itu sendiri secara intrinsik menunjukkan pandangan negatif terhadap kondisi menopause, yang sebenarnya alami belaka. Ini menurut Dr. Susan M. Love.


Hebat berkat kedelai

Yang juga tak dinyana, bagaimana wanita menjalani dan mengalami masa perimenopause dan (pasca) menopausenya, ternyata erat terkait dengan kondisi pemikiran sosiokultural tempat si wanita hidup. Masyarakat Barat cenderung memandang datangnya masa tua dengan perasaan-perasaan negatif. Perasaan tak berguna, tersingkir, tak sempurna lagi mengakrabi pemikiran mereka. Dengan pandangan demikian, maka wajar kalau kemudian mereka merasakan bahwa kondisi menopause itu adalah suatu "kelainan" yang harus dicarikan pemecahannya. Terapi pengganti hormon sebagai salah satu pemecahan yang muncul, sampai kini masih diperdebatkan sisi baik buruknya, bahkan perlu-tidaknya.

Bersambung - Wanita Menopause Rentan Terkena Osteoporosis ?(Bagian 2)

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes