Tampilkan postingan dengan label Penemuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penemuan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 November 2011

SINAR RONTGEN, Ditemukan Tak Sengaja (BAGIAN 3)

HASIL pemeriksaan tersebut sudah dapat membantu pengenalan penyakit TBC secara dini beserta penilaian proses penyembuhannya. Begitu pula dengan kasus patah tulang,yang dapat diketahui tanpa harus membelah daging yang membungkusnya.


Sepuluh tahun berikutnya mulai dikembangkan zat kontras. Sampai sekarang kita masih mengenal zat kontras ini,yaitu zat yang berwarna putih yang dibuat adonan seperti susu dan diminumkan pada pasien sebelum di rontgen. Tujuannya agar gambar foto yang dihasilkan tampak lebih jelas. Pada tahun 1927 zat kontras ini malah berhasil digunakan untuk pengambilan gambar foto pembuluh otak pada orang yang masih hidup. Cara ini pun sampai sekarang masih tetap di gunakan, khususnya untuk diagnosis tukak dan tumor pada lambung usus 12 jari dan ginjal.


Berkembangnya teknik pengolahan data dan komputerisasi setelah itu, ternyata membawa dampak positif bagi perkembangan diagnosis dengan sinar rontgen. Perkembangan besar-besaran terjadi pada 1972 dengan hadirnya computer-tomograph (CT Scan). Alat ini terdiri atas tiga bagian, tabung penghasil sinar rontgen, sistem detektor, dan komputer. 


Alat ini sangat canggih, karena dapat menampilkan secara langsung gambar bagian tubuh yang dirontgen pada layar monitor komputer.


Kalau 20 tahun lalu diperlukan beberapa menit untuk menampilkan gambar tersebut, tetapi kini hanya butuh waktu tidak sampai satu detik. Gambar yang dihasilkannya pun tidak lagi dua dimensi, melainkan tiga dimensi. Kehadiran CT Scan sangat membantu diagnosis suatu penyakit, bahkan terhadap penyakit yang sangat sulit seperti penyakit tumor pada otak,tulang, sendi, hati dan ginjal.


Selain untuk diagnosis penyakit, sinar rontgen dimanfaatkan pula untuk terapi. Bahkan sejak tahun 1903 sudah diberitakan, sinar ini bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Namun dilaporkan pula akibat-akibat  negatifnya, seperti kulit menjadi merah, terbakar, rambut rontok sampai terjadinya mutasi gen pembawa sifat.


SELUK-BELUK SINAR RONTGEN

SINAR yang ditemukan Rontgen sebenarnya merupakan sebuah gelombang elektromagnetik. Panjang gelombangnya 1/10.000 kali panjang gelombang sinar matahari. Kita tidak dapat melihat sinar ini, tetapi dapat menembus benda, misalnya kertas, kayu, bahkan logam. Kristal tertentu seperti seng sulfida (Zns) atau barium platinsianat dapat bercahaya (fluoresensi) bila terkena sinar itu.

Untuk memperoleh sinar rontgen diperlukan seperangkat peralatan seperti alat penghasil panas dan aliran listrik tegangan tinggi (transformator), tabung penghasil sinar - atau disebut juga tabung rontgen - dan lembar film untuk untuk pengamatan hasilnya. Tabungan rontgen terdiri atas silinder gelas hampa udara berisikan kawat pijar sebagai kutub negatif dan lempeng wolfram sebagai kutub positif. Masing-masing kutub bertindak sebagai katoda dan anoda,mirip bola lampu pijar. 

Jika tabung dialiri listrik, pada kawat pijar terjadi panas sampai mencapai suhu di atas 2.000 derajat celcius, dan keluarlah partikel-partikel elektron darinya menuju kutub positif. Apabila di antara kutub negatif dan positif diberi beda aliran listrik tegangan tinggi, ribuan elektron tersebut bergerak sangat cepat, dan membentur lempeng kutub positif. Pada proses ini terjadi perubahan energi, 99% energi diubah dalam bentuk panas dan 1% dalam bentuk sinar tidak tampak, yakni sinar rontgen.

Sama halnya dengan sinar matahari, sinar rontgen dapat juga menghitamkan kertas film karena dapat mengubah ion perak dalam kertas film menjadi logam perak yang berwarna hitam. Bedanya, sinar matahari merupakan sinar tampak mata, sedangkan sinar rontgen tidak. Selain itu, dibandingkan dengan sinar matahari daya tembusnya jauh lebih besar, tergantung pada besarnya tegangan listrik yang digunakan.

Apabila dilewatkan tubuh kita, massa padatan, misalnya tulang, lebih banyak menyerap sinar tersebut dibandingkan dengan massa setengah padat, cair, dan gas seperti darah, daging, dan rongga-rongga udara. Perbedaan daya serapan ini memberikan gambar yang berbeda pada kertas film.

Kalau kita sedang di rontgen, misalnya untuk pemeriksaan paru-paru, tegangan  listrik atau dosis serapan sudah diatur begitu rupa. Dalam sekian detik saja, sinar tersebut sudah menembus dada. Yang dapat diamati hanyalah hasilnya pada lembar film setelah dicuci. Jika tidak ada kelainan, disitu terlihat gambar terang (opaque) dari tulang-tulang rusuk dan massa padatan lainnya. Gambaran paru-parunya sendiri didominasi warna gelap. Ini bisa dimengerti karena paru-paru sebagai organ pernapasan sebagian besar berisi udara, yang tidak banyak menyerap sinar rontgen. Karena itu sinar ini lebih banyak jatuh pada kertas film, sehingga menjadi hitam atau gelap pada daerah paru-paru.

Lain halnya pada penderita TBC, misalnya, gambaran paru-parunya akan tampak lain, seperti adanya bercak-bercak terang. Dengan prinsip ini, sinar rontgen dapat digunakan untuk diagnosis berbagai penyakit.

JANGAN TAKUT DIRONTGEN

TIDAK dapat dipungkiri, bahwa pemakaian sinar rontgen dapat mengancam kesehatan kita karena dapat merusak sel-sel atau jaringan tubuh. Namun sifat buruk ini pun sebetulnya dimiliki oleh sinar-sinar lain, seperti sinar radioaktif dan juga sinar ultraviolet pada sinar matahari. Kalau kita misalnya terlalu banyak berjemur di bawah sinar matahari, maka kulit selain menjadi merah seperti terbakar juga dapat terkena ancaman kanker. Apalagi lapisan ozon di langit saat ini sudah berlubang.

Demikian pula dengan dengan sinar rontgen. Tetapi ini tergantung dari dosis, frekuensi dan lama waktu penyinaran yang digunakan. Karena itu pemakaiannya harus hati-hati.

Menurut data sampai dengan tahun 1960 memang ada sekitar 400 orang di seluruh dunia, yang terdaftar sebagai korban akibat sinar rontgen. Mereka kebanyakan adalah peneliti, para dokter, perawat, dan pekerja peralatan pembuatan tabung sinar rontgen. Namun sebagian nama-nama ini tercatat sebagai korban karena kecelakaan saat menunaikan tugas. Pada waktu awal-awal penemuannya, dosis sinar rontgen yang digunakan untuk diagnosis penyakit memang cukup besar. Pada saat itu penyinaran pun dilakukan secara langsung. Artinya, bahaya yang mengancam kesehatan pada waktu itu masih relatif besar. Tetapi tahun demi tahun kekurangan ini terus diteliti, sehingga pada 1960 dosis yang relatif besar tersebut sudah berhasil diturunkan sampai 80 - 90%. Hal itu berarti, pemeriksaan dengan sinar rontgen setelah itu jauh lebih aman.

Kini, setelah seratus tahun sinar rontgen ditemukan tidak ada alasan lagi bagi pasien untuk takut dirontgen. Alasannya, selain dosis sinar yang digunakan sudah diperhitungkan secara akurat dan aman, saat ini alat-alat yang digunakan sudah canggih. Pada peralatan itu dilengkapi dengan berbagai pelindung, bukan hanya pelindung, bukan hanya untuk penderita, melainkan juga untuk perawat yang bertugas. Jangka waktu foto pun sangat pendek, hanya beberapa detik. Padahal, pada saat tangan Ny. Anna Bertha difoto oleh suaminya sendiri 116 tahun lalu, diperlukan waktu 20 menit.

Source: Majalah Intisari, no.390 - Januari 1996

Rabu, 09 November 2011

SINAR RONTGEN, Ditemukan Tak Sengaja (BAGIAN 2)

ATAS saran Prof. Kolliker jenis sinar baru yang ditemukan oleh Rontgen itu diberi nama sinar Rontgen. Berkat penemuannya, pada 10 Desember 1901. Rontgen memperoleh sertifikat dan medali penghargaan Hadiah Nobel. Dia adalah orang pertama penerima Hadiah Nobel di bidang fisika.


Tidak berijazah SMA


Wilhem Conrad Rontgen lahir pada 27 Maret 1845 di Kota Lennep, Jerman. Dia anak tunggal dari pasangan pedagang kaya raya, Friedrich Conrad Rontgen dan Charlotte Constanze. Tiga tahun setelah kelahiran Wilhem, nama kecilnya, keluarga ini pindah ke Belanda. Di kota Apeldoorn dan Utrecht, Wilhem mulai bersekolah. Dia memperoleh nilai bagus, namun tidak diperkenankan, menempuh ujian akhir sekolah menengah atas.


Alasannya sepele, gara-gara karikatur. Pada saat itu salah satu teman Wilhem membuat karikatur tentang gurunya dan menempelkannya diruang kelas. Konon, gurunya tersinggung, dan Wilhem yang diduga sebagai pelakunya. Karena Wilhem tidak mau mengatakan kejadian sesungguhnya, maka sebagai hukumannya dia tidak boleh ikut ujian akhir. Otomatis dia tidak memiliki ijazah SMTA.


Gambar  foto rontgen Prof. Kolliker, 23 Jan 1896
Akhirnya, Wilhem keluar dari sekolah itu dan pindah ke sekolah swasta. Dasar apes, pada saat ujian, yang menguji ternyata guru itu lagi, sehingga dia tidak diluluskan dan tetap tidak memiliki ijazah Abitur. Pada usia 20 tahun, dia kuliah di Universitas Utrech selama dua tahun. Tetapi karena tak mempunyai ijazah Abitur, dia pun tidak diperkenankan mengikuti ujian semesteran.


Kemudian, Wilhem pindah ke Kota Zurich, Swiss. Di kota ini dia kuliah di politeknik bidang teknik mesin. Untunglah di perguruan tinggi ini, ijazah Abitur tidak dipersyaratkan. Pemuda Rontgen kemudian memasuki kuliah di Universitas Zurich. Itu pun berkat pertolongan seorang profesor fisika bernama August kundt. Atas bujukannya, Rontgen pindah ke jurusan fisika. Di Universitas inilah Rontgen berhasil meraih gelar doktor pada 1869.


Pada 1872 dia menikah dengan Anna Bertha Ludwig, dan Rontgen ikut sebagai asistennya. Di Universitas Wurzburg, Rontgen ingin menempuh program habilitasi untuk meraih gelar profesor, Tetapi lagi-lagi karena tidak mengantungi ijazah Abitur, dia tidak mendapat izin dan akhirnya pindah ke Austria. Disanalah ia meraih gelar profesor dari satu universitas ke universitas lain, baru sejak tahun 1888 Rontgen bekerja sebagai profesor di Universitas Wurzburg. Pada 1894 ia terpilih sebagai rektor, dan setahun kemudian berhasil menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia. Rontgen dinobatkan sebagai warga kehormatan Oberbayern dan Wurzburg. Istrinya meninggal pada 1919, dan empat tahun berikutnya Rontgen pun meninggal di Munchen. Sayangnya, keluarga ini tidak dikaruniai anak. Mereka hanya memiliki anak angkat. Sampai akhir hidupnya, Rontgen tidak bersedia penemuannya dipatenka. Nama rontgen masih banyak dikenang. Berkali-kali gambar foto Rontgen menghiasi perangko, medali dan uang logam. Tidak hanya di Jerman, melainkan juga dinegara-negara lain.


Peringatan 100 tahun


Untuk memperingati 100 tahun ditemukannya sinar rontgen, di kota Wurzburg sepanjanga tahun 1995 diselenggarakan berbagai kegiatan. Misalnya, pameran yang bertempat di Residen Wurzburg mulai 14 Februari 1995 - 19 November 1995. Menyuguhkan dokumen-dokumen asli, foto dan alat-alat tua yang digunakan Rontgen saat itu.


Selain itu disajikan pula peralatan-peralatan lain yang menggambarkan perkembangan pemakaian sinar rontgen baik di bidang kedokteran, astronomi, seni dan kristalografi. Di samping itu, ada 100 macam pertemuan ilmiah nasional maupun international yang diselenggarakan oleh Universitas Wurzburg  sepanjang tahun lalu, yang bertemakan sinar rontgen.


Kini sinar temuan Wilhelm telah berusia 100 tahun. Nama rontgen dikenal dimana-mana. Hampir setiap orang pernah di rontgen.


Selain untuk diagnosis dan terapi suatu penyakit, sinar itu digunakan pula dalam bidang astronomi, arkeologi, dan juga untuk pengenalan struktur kristal zat kimia (kristalografi). Harus diakui, penemuan Rontgen tersebut telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi umat manusia. Bahkan mengilhami penemuan-penemuan besar bidang fisika setelah itu, seperti penemuan sinar radioaktif oleh Henri Bacquerel, ahli fisika Perancis (1896), dan penemuan elektron oleh J.J. Thompson (1899).


Sampai saat ini sudah tercatat 22 karya ilmiah yang berhasil menerima penghargaan Hadiah Nobel yang berkaitan dengan sinar ini. Tentu penerima adalah Rontgen sendiri.


Revolusi bidang kedokteran


Di dalam sejarah ilmu pengetahuan, barangkali hanya penemuan sinar rontgen inilah yang dalam waktu relatif singkat sudah tersebar, diakui dan digunakan secara luas.


Hanya beberapa minggu setelah penemuannya, pengambilan gambar dengan sinar ini telah dilakukan diberbagai tempat. Pemeriksaan paru-paru, ginjal, dan rongga perut dengan bantuan sinar rontgen sudah dilakukan di berbagai penjuru dunia, tidak lebih dari satu tahun setelah penemuannya.


Bersambung - SINAR RONTGEN, Di temukan Tak Sengaja (BAGIAN 3)

SINAR RONTGEN, Ditemukan Tak Sengaja (BAGIAN 1)

Anehnya lagi, sinar tak kasat mata yang pada November 2011 ini berumur 116 tahun itu ditemukan oleh orang yang tak mengantungi ijazah SMTA. Wilhem Conrad Rontgen. Karena tak tahu namanya dia sebut saja sinar X. Pemanfaatannya tidak hanya di seputar dunia medis, tetapi meluas sampai ke bidang-bidang lain. Efek sinarnya bisa menyebabkan kanker, tetapi Anda jangan takut di rontgen. Kenapa?

CUACA musim gugur pada 8 November di Kota Wurzburg, Jerman 116 tahun lalu memang sedang tidak cerah. Suhu udara sangat dingin. Angin bertiup kencang dan turun salju lebat seharian. Namun justru dihari itulah Wilhem Conrad Rontgen, seorang profesor pimpinan Institute Kimia Fisik Universitas Wurzburg, sedang terheran-heran dengan hasil percobaannya. Di ruang laboratorium yang sengaja dibuat gelap, dia saat itu lagi asyik "bermain-main" dengan suatu alat listrik yang dilengkapi tabung-tabung gelas penghasil suatu sinar.

Dalam percobaan hari itu rontgen membungkus tabung penghasil sinar itu dengan lembaran kertas-kertas hitam tidak tembus cahaya. Setelah alat tersebut dialiri listrik, tiba-tiba saja kristal barium plantinsianat yang kebetulan terletak di atas meja dekat tabung itu tampak bercahaya. Inilah yang membuat dia terheran-heran.

Wilhem Conrad Rontgen
Wajar kalau dia keheranan. Sebab menurut logika, kalau bola lampu ditutup dengan kertas hitam tidak tembus cahaya, tentu tidak ada sinar yang keluar darinya. Kristal itu pun tidak akan menyala, kalau tidak ada energi yang datang dari luar. Oleh karena itulah dia yakin, kristal yang bercahaya itu pasti diakibatkan oleh pancaran suatu sinar yang keluar dari tabung tersebut. Sinar yang tidak tampak mata tersebut kala itu belum dia ketahui namanya. Makanya dia lalu menyebutnya sebagai sinar "X".

Tertarik akan fenomena sinar ini, rontgen kemudian mengambil kertas,yang lalu diletakkan berdiri di antara tabung dan kristal. Maksudnya untuk mengalang-alangi pancaran sinar yang diduga keluar dari tabung menuju kristal. Lagi-lagi dia heran, karena kristal ini masih tetap bercahaya. Karena penasaran, diambilnyalah berganti-gantian buku setebal 1.000 halaman, kaleng , lalu kayu untuk menggantikan posisi kertas itu. Kristal pun masih bercahaya.

Ini berarti sinar "X" itu dapat menembus benda-benda itu. Dia lalu menggeser letak kristal itu sedikit demi sedikit. Ternyata sampai dengan jarak 2m dari tabung, kristal itu pun masih menyala. Kemudian dia mencoba mengenakan tangannya sendiri pada sinar tersebut. Hasilnya benar-benar mengejutkan. Dengan bantuan film dia memperoleh gambar tulang tangannya.

Sampai beberapa hari setelah itu, dia terus penasaran dan mengembangkan cara baru untuk memperbaiki penampilan gambar foto yang dihasilkan. Akhirnya, pada 22 Desember 1895, Rontgen memfoto tangan istrinya sendiri, Anna Bertha. Walhasil, gambar relief tulang tangan kiri istrinya terlihat dengan jelas.

Enam hari setelah itu, rontgen menyerahkan makalahnya kepada senat universitas,yang berisi tulisan tentang apa yang diamatinya. Walau dalam suasana liburan Natal, pegawai percetakan bekerja lembur untuk menggandakan makalah ini. Tiga hari kemudian disebarluaskan dalam berbagai bahasa.

Barulah pada 23 Januari 1896, rontgen memberikan ceramah tentang penemuannya di hadapan para ilmuwan. Seusai ceramah dilakukan pula peragaan untuk pengambilan foto tangan prof. Albert von Kolliker, seorang ahli anatomi. Hasilnya benar-benar menakjubkan para peserta.

Minggu, 24 Juli 2011

Melacak Mayat Dengan Bau Tiruan (BAGIAN 2)

WAKTU ITU banyak pelatih menanyakan apakah mereka mempunyai bahan-bahan untuk melatih anjing pelacak narkotik. Revell mulai dengan heroin dan kokain; keduanya merupakan senyawa yang terdiri atas satu molekul besar yang kompleks." Kami harus mencari bahan khusus lain yang melapisi molekul tunggal itu, terpisah dari molekul utama." Sesuatu yang bukan narkotik, tetapi selalu hadir di udara seputar narkotik.


Untungnya, bea cukai AS telah banyak melakukan analisis gas yang mengapung di atas heroin dan kokain. Juga telah mengisolasi beragam alkohol, alkana, ester, dan asam. Semua itu sudah dikatalogkan. Dengan demikian Revell dan Juehne tinggal mencoba-coba pelbagai kombinasi. Mereka melakukan beberapa tes untuk setiap jenis narkotik, lalu dicobakan pada anjing yang sudah terlatih mengenal narkotik. Berdasarkan temuan tersebut mereka memperbaiki bahan tiruan itu.


Labrador, si Anjing Pelacak
Sesudah siap diujicobakan pada anjing-anjing ahli tersebut, Revell mengirimkan sampel yang paling menjanjikan kepada kelompok pelatih lain, yang anjingnya belum pernah dilatih mengenali bau narkotik. Mereka di minta melatih dengan bahan tiruan itu. Ternyata anjing hasil latihan mereka dapat menemukan narkotik yang asli.

"Mengembangkan ganja tiruan jauh lebih rumit," kata Revell. "Kami tak cuma berurusan dengan satu senyawa murni tapi dengan seluruh tanaman ganja. Untuk mengisolasi molekul-molekul ganja dan menemukan kandungannya, dia menggunakan kromatografi gas. Metode ini juga dipakai untuk memisah-misahkan bahan-bahan kimia berdasarkan kecepatan penguapannya. Juga dipakai spektometri massa untuk mengidentifikasi senyawa berdasarkan massa dan dan muatan listrik atomnya.

Yang dicari Revell adalah bahan yang bisa menguap pada suhu rendah. "Sayangnya, zat yang membangkitkan kewaspadaan masing-masing anjing berbeda-beda. kendati semua anjing telah dilatih dengan bau bahan kimia yang mereka kenali untuk identifikasi berbeda-beda."

Revell akhirnya berhasil menciptakan bau tiruan ganja dengan mencampur beberapa senyawa paling populer di antara para anjing. Namun sigma masih akan menyempurnakan koktail bau ciptaannya karena kadang-kadang datang laporan ciptaannya gagal untuk melatih anjing pelacak ganja.


Dicuri buaya dan burung bangkai



Pada 1990 banyak pelatih mengeluhkan masalah mereka kepada Sigma dalam melatih anjing untuk mengendus bau mayat. Karena tugas ini tidak rutin, mereka harus melatih binatang itu paling tidak sekali seminggu. Yang dijadikan bahan untuk berlatih biasanya tanah atau debu kotoran yang diambil dari bawah tempat tergeletaknya mayat. Tanah atau debu kotoran itu biasanya sudah terimbas bau busuk mayat. Alat bantu ini mereka sebut misalnya "debu busuk" atau "Fred B Dead".


Karena baunya yang amat menyengat, Carl Makins, pelatih anjing dari Greenville, Carolina Selatan, menyimpannya dalam kantung plastik rangkap, kemudian dimasukkan dalam peti kedap gas. Begitu pun setiap kali membuka peti itu, biar sekejap, ia harus menyemprot seluruh ruangan parfum wangi. Belum lagi ancaman tular HIV, hepatitis, dan penyakit lain yang disebarkan oleh cairan mayat. Mendengar kesulitan itu, Patricia Carr, perantara Sigma dengan para pelatih itu berpesan kepada Revell dan Juehne, "Buatkan mayat dalam botol."


Itu tak berarti mereka sembarangan saja mencomot segala macam bau mayat untuk diuji di lab. Dari membuka-buka jurnal iptek Juehne menemukan, ada pelbagai tingkat pembusukan tubuh manusia.


Setiap tahap pembusukan dihasilkan berbagai macam zat kimia yang jenis dan jumlahnya berbeda-beda termasuk ptomaines. Dengan inilah para patolog menentukan waktu kematian si korban sementara ahli-ahli kimia mencoba meniru baunya.


Juehne merinci bahan-bahan yang paling mungkin ada di udara ataupun tanah di sekitar mayat. Baik yang masih baru (Pseudo Corpse I) atau yang sudah relatif lama (Pseudo Corpse II). Mereka lalu mencari bau khas mayat manusia yang membedakannya dengan bangkai hewan.

Begitu mendapatkan senyawa-senyawa potensial, Tom menyuruh Revell untuk membauinya sambil bertanya apakah bau ini sudah mirip bau mayat. Maklumlah Revell pernah 7 tahun bekerja di lab forensik. Kalau sudah mirip, maka ia melarutkannya lagi sehingga hanya bisa tercium oleh anjing. Lalu mengirimkannya ke 6 orang pelatih anjing. Botol pertama dengan baik diterima, yang kedua dipuji-puji.

"Mulanya saya tak percaya," kata Billy Smith, "tetapi segera sesudah kami menyembunyikan bahan itu di balik gunungan pasir di tepi sungai, buaya mencurinya. Lalu kami menaruh beberapa di pohon, eh dicuri juga oleh kucing, sementara yang diletakkan di bonggol pohon dicuri burung pemakan bangkai."

Aroma korban trauma

Penguji lain adalah Caroline Hebard dari New Jersey yang telah mendapat penghargaan internasional karena prestasi SAR-nya bersama anjing. "Ya, yang ini sudah bagus. Sekarang buatkan bau tiruan manusia yang masih hidup," katanya.

Sudah bertahun-tahun Hebard dan anjingnya sering bertugas di reruntuhan puing akibat gempa bumi atau ledakan. Dia merasa perlu melatih anjingnya untuk bisa membedakan bau korban masih hidup yang terkubur dengan para penolong dan pekerja. Orang yang mengalami kaget dan trauma menyebarkan bau khas campuran asam dan keringat. Mereka yang bekerja di ambulans pasti mengenal bau itu.

Untuk itu, Juehne membolak-balik jurnal lagi. Dia mendapatkan analisis detail senyawa badan yang dikeluarkan lewat kulit. "Saya membutuhkan bau manusia yang universal, yang sama, tak peduli beda jenis makanan, jenis kelamin, ataupun umur. Mulai dari bayi sampai lansia," ujarnya.

Sesudah melakukan berbagai percobaan, Juehne mengirimkan Pseudo Distressed untuk dites di lapangan. Ternyata berhasil. Anjing-anjing yang dilatih dengan bahan ini mampu menemukan korban-korban dalam operasi penyelamatan sungguhan. Bukan hanya itu, mereka juga bisa menemukan anak-anak yang hilang di hutan dan napi yang mencoba kabur lewat saluran udara di penjara.

Produk Sigma yang terakhir adalah Pseudo Drowned Victim untuk melacak korban tenggelam dengan mereformulasi bau-bauan mayat kedalam kapsul yang tenggelam dalam air. Namun yang dibutuhkan oleh para pelatih adalah bau yang dapat menempel pada selembar film tipis yang mengambang di permukaan air - persis seperti bau bangkai mayat yang sebenarnya. Permintaan ini pun dapat dipenuhi oleh para peneliti dari Sigma dengan cara membuat kapsul yang lebih lama larutnya dan mengisinya sebagian dengan garam supaya tenggelam.

Sering para pembeli mengkombinasikan dengan bahan-bahan tradisional. Misalnya Smith, yang melatih anjingnya mula-mula dengan bau mayat buatan,lalu baru meningkatkan kemampuannya dengan mayat betulan. Herbard malah mengkombinasikan bau tiruan dengan rambut manusia supaya lebih kuat baunya.

Namun banyak juga pelatih yang masih menghindari bahan-bahan itu. "Menggunakan bahan tiruan itu seperti menembak dengan peluru kosong," kata David Frost, penyelia anjing pelatih anjing dari Komisi Pelayanan Umum Tenessee. "Kami menginginkan agar anjing benar-benar mampu membedakan bahan satu dengan yang lain. Untuk apa kami melatih mereka barang palsu."

Di Arizona, Detektif Frank Shenkowitz yang kini menangani kasus green tadi tetap penasaran. Ia masih sering mendatang dataran tinggi tempat ditemukannya sisa-sisa pakaian oleh Judge, si labrador. Belum lama ini, tak jauh dari lokasi temuan Judge, Shenkowitz menemukan sepatu koboi kecil ukuran anak usia 4 tahun. "Memang ini belum membuktikan adanya pembunuhan," ujarnya. "Tetapi saya tahu Judge dapat dipercaya."

Source: Majalah Intisari - No.402, Januari 1997

Melacak Mayat Dengan Bau Tiruan (BAGIAN 1)

Di AS telah ditemukan formula bau-bauan yang menyerupai bahan aslinya, termasuk bau mayat, narkotik, heroin, dan beragam obat-obatan ilegal, untuk melatih anjing pelacak menemukan bahan aslinya di lapangan.

EMPAT tahun lalu, dibawah matahari yang terik di negara bagian Arizona, AS, Detektif Mark Green sedang merenungkan penyelidikan di depan matanya. Empat orang saksi mata telah menceritakan kisah pembunuhan anak yang bermiripan yang terjadi delapan tahun sebelumnya. Hari ini polisi Phoenix akan mulai mencari sisa-sisa jenazahnya,yang diduga di kubur dataran tinggi terpencil ini.


Green masih ingat, rekannya jauh lebih bersemangat - bulu coklatnya yang mengkilat bergetar-getar, ekornya dikibas-kibaskan ke kaki Green. Judge, anjing jenis labrador berbulu coklat ini sudah terlatih mengendus narkotik. Tetapi belakangan ini ia baru belajar mengenal bau lain, bau mayat, dengan menggunakan bahan tiruan yang menyerupai bau mayat, dengan menggunakan bahan tiruan yang menyerupai bau mayat. Green membuka ampul "parfum" itu lalu menyorongkannya ke pada Judge. "Back!" perintah Green, yang artinya. "Ini yang aku mau; bring it back!"

Labrador, Si Anjing Pelacak
Judge mengendus-endus kiri-kanan, turun-naik di tanah merah yang tandus itu. Moncongnya lincah diarahkan kesana-kemari. Moncongnya lincah diarahkan kesana-kemari. Sesudah 30 menit, geraknya melambat, moncongnya menyapu mundur-maju, lalu kedua cakarnya menggali penuh semangat, "Good boy!" kata Green sambil melemparkan mainan kunyah-kunyahan ke depan hidung rekannya. Si labrador melompat kesenangan, menyambut hadiah itu.

Green membersihkan bekas galian cakar Judge dengan sikat. Lalu dibawanya anjing itu beberapa ratus meter dari situ mengikuti arah angin, untuk mulai melacak lagi. Tapi cuma dalam beberapa menit, judge kembali ketempat tadi mencakar-cakar sambil menyalak lagi. Sekarang para petugas baru mulai menggali gumpalan-gumpalan tanah liat yang belum digali.

Seorang ahli patologi forensik Universitas Arizona di Tucson tiba. Ia menunjuk ke suatu lokasi di tanah gurun itu, yang agaknya mencurigakan. Agak cekung, seperti bekas lubang besar yang ditimbun kembali. Penggalian dilanjutkan dengan cangkul. Polisi terus menyisir tempat itu untuk mendapat bukti lebih banyak. Tapi polisi tidak menemukan apa-apa lagi. Meski demikian, dengan didapatnya potongan pakaian, Judge menjadi salah satu anjing polisi pertama yang dilatih dengan bau-bauan palsu.

Seri "parfum" bau mayat

Menyusul ledakan bom di Oklahoma, AS, dan gempa bumi di kobe, Jepang, endusan anjing menjadi sesuatu yang biasa di televisi. Padahal untuk melatihnya mengenali bau tertentu bukan sesuatu yang mudah. Paling tidak harus dilatih 1 kali seminggu. Kalau baunya bau mayat, si pelatih jadi lebih repot lagi. Siapa yang mau dekat-dekat orang yang berbau mayat?

Sedangkan melatih anjing untuk mengenali heroin saja sudah cukup problematik. Untuk mendapatkan dan menggunakan obat-obatan terlarang itu, si pelatih harus melewati birokrasi yang berbelit-belit. Sementara anjingnya sendiri mudah kelebihan dosis.

Para pelatih sebenarnya sudah mencari gantinya. "Untuk heroin dan kokain, kami mencampurkan bubuk susu, cuka dan sedikit kina," kata Texan Billy Smith, pelatih anjing sejak 1970-an. Untuk keperluan SAR pun anjing dilacak melacak segala macam, dari korban tabrak lari, potongan kuku dan rambut, percikan darah. kadang-kadang bahan tiruan bisa berhasil melatih mereka, tetapi kadang-kadang juga tidak.

Untunglah ada sekelompok ahli kimia dan biologi yang dapat membuat pelatihan anjing menjadi lebih mudah dan terpercaya. Hasil karya mereka yang paling menonjol berupa bebauan buatan, diproduksi oleh perusahaan kimia Sigma di St.Louis, AS. Dalam 5 tahun ini Sigma telah mengembangkan satu seri produk yaitu Pseudo Corpse I (bau mayat berumur kurang dari 30 hari), Pseudo Corpse II (bau mayat berumur 1 bulan), Pseudo Distress Body (bau tubuh akibat panik) dan Pseudo Burn Victim (bau mayat korban kebakaran) sedang dalam rencana. Sigma juga menjual bubuk peledak tiruan dan sejumlah tiruan obat-obatan ilegal.


Menurut Larry Myers, dokter hewan dan ahli biologi sensori asal Universitas Auburn di Alabama, "Bebauan tiruan memang pemecahannya, karena justru yang paling jadi masalah dalam melatih anjing adalah kontrol stimulusnya." Tiruan yang ideal, menurutnya, harus bersifat khusus untuk yang dituju saja. "Anda tentu tidak ingin anjing yang Anda latih untuk menemukan bahan peledak, ternyata malah keliru menemukan sekaleng krim cukur."


Meski anjing berdaya penciuman amat sensitif, hal demikian ternyata sering terjadi. Sebagai contoh, melatih anjing mengenali narkotik dengan bahan narkotik yang disimpan dalam kantung plastik di jamin membuat anjing itu akan ribut tiap kali mencium bau kantung plastik. Anjing yang dilatih menemukan obat bius, juga amat mudah dibelokkan perhatiannya oleh bau-bauan lain, sehingga akhirnya yang ia temukan malah tepung roti, sementara kokainnya sendiri terlewatkan.


Peledak, narkotik, ganja

Peran anjing pelacak kini semakin krusial; bisa menyangkut soal hidup atau mati. Salah satu lembaga yang amat tergantung pada anjing pelacak ini adalah lembaga pengawas penerbangan di AS. Lembaga ini memperkerjakan 100 ekor anjing pelacak untuk mengendus bahan peledak dalam kargo.

Penelitian Myers disponsori Federal Aviation Administration (FAA). Sebelum sampai pembuatan bom tiruan, masih banyak hal yang perlu dikerjakan. Bila anjing mengendus dalam-dalam yang mengakibatkan masuknya molekul-molekul pembawa bau ke dalam lubang hidung, maka bentuk lubang hidung berubah supaya molekul-molekul itu difokuskan ke arah selaput sensory mucosa, yang letaknya di bagian belakang moncongnya.


Sensory mucosa dapat memuat amat banyak cilia (rambut halus yang peka terhadap bau). Cilia pada anjing 10 kali lebih banyak daripada cilia pada hidung manusia.


Tetapi sampai sekarang pengetahuan para peneliti baru sampai di situ. Sampai sebatas manakah pembauan anjing? Anjing barangkali bisa melacak bau buronan bila jejaknya baru berusia beberapa hari. Namun dalam hal bau-bau tertentu seperti aseton, hidung anjing tidak lebih baik dibandingkan manusia.


Dengan latar belakang yang serba sedikit inilah ahli kimia Sigma, Thomas Juehne dan John Revell, menciptakan bau tiruan pertama pada 1989.


Bersambung - Melacak MAYAT dengan BAU TIRUAN (BAGIAN 2)

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes