BERBAGAI cara sudah dilakukan untuk menanggulangi AIDS yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh orang karena infeksi HIV. Kebanyakan dilakukan dengan obat kimia sintetis, yang sampai sekarang belum ada hasilnya yang memuaskan. Penelitian mencari obat yang lebih jitu kini beralih ke tanaman tradisional.
VIRUS penyebab AIDS yang sangat kompleks itu mudah sekali berubah sifat, menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan hidupnya. Inilah yang menyulitkan para pakar menemukan obat penumpas yang tahan lama keampuhannya.
Berbagai jenis obat sintetis yang sudah dicoba sebelumnya memang efektif melawan virus HI, tetapi begitu virus itu bermutasi, obat jadi tak efektif lagi. Dampak sampingannya yang negatif juga tinggi, sedangkan proses pembuatannya sendiri masih rumit. Obat itu jadi mahal, tapi "tidak janji".
Mencari yang alamiah
Itulah sebabnya, beberapa pakar farmakologi berupa mencari zat aktif dari bahan alami. Dengan disponsori GPA (Global Programme on AIDS) dan TRM (Traditional Medicine Programme) dari WHO, NCL (National Cancer Institute) di Washington, telah menguji keampuhan sejumlah tanaman obat tradisional dari seluruh dunia terhadap virus penyebab AIDS.
Selama 5 tahun (1987-1992), NCL menguji lebih dari 40.000 jenis tanaman obat, bakteri, lumut kerak dan ganggang yang hidup di laut in vitro (dalam tabung percobaan). Dari pengujian itu ternyata hanya 15% yang berpotensi sebagai zat anti-HIV. Sebagian besar (85%) tidak menunjukkan kegiatan.
Dari yang potensial itu sebagian besar berupa tanaman daratan yang biasa dipakai sebagai obat tradisional oleh berbagai bangsa dan negara sumber tanaman obat itu, termasuk Indonesia. Umumnya bahan yang berkhasiat itu berupa ekstrak air (sari) tanaman yang bersangkutan. Hanya beberapa yang berupa ekstrak organik.
Berbagai jenis tanaman obat tradisional, seperti bawang putih, sambiloto, pepaya, ginseng, lidah buaya, jamur shiitake, dan berbagai ramuan berupa umbi lili, obat Cina fu zheng, dan obat Tibet padma 28 sudah lama dipakai untuk menyembuhkan AIDS tanpa penjelasan ilmiah. Setelah di uji in vivo (dalam tubuh makhluk hidup) lebih lanjut.
Ekstrak beberapa jenis tanaman obat itu dicobakan pada pasien HIV di Afrika. Salah satu yang ampuh ialah sejenis kayu hitam Diospyros usambarensis. Ia sudah lama dikenal sebagai fungsida dan obat sitotoksik. Ekstrak tanaman ini juga sudah diberikan kepada penderita AIDS di Cina dan Tanzania, baik dalam bentuk tunggal maupun di ramu sebagai obat kombinasi dengan tanaman obat lain.
Di Cina juga sudah dilakukan uji farmakologi terhadap 27 jenis tanaman obat yang biasa dipakai oleh penduduk sebagai obat anti-infeksi. Sebelas jenis diantaranya menunjukkan dengan nyata kegiatan anti-HIV ketika di uji dalam tabung (Lihat tabel 1). Di antara kesebelas jenis tanaman itu ada satu yang sudah lama kita kenal di Indonesia. Yaitu sambiloto Andrographis paniculata.
Sejauh ini, sambiloto dipakai sebagai obat penyakit kulit oleh para dukun/tabib tradisional Indonesia. Ternyata alkaloida andrografolida yang dikandungnya berkhasiat menghambat kegiatan virus HI.
Prunella vulgaris dan Viola yedoensis ternyata mengandung senyawa sulfonat polisakarida. Senyawa ini menunjukkan kegiatan sebagai penghambat kegiatan virus HI.
Ganggang merah Schizeminta pacifica yang hidup di laut, dan mengandung heparin dan dekstran sulfat ternyata juga anti-HIV seperti senyawa sulfonat polisakarida di atas.
Jenis tanaman Trichosantes kirilowi yang biasa dipakai sebagai obat abortus di Cina, kini di Amerika Serikat di pakai secara tidak resmi sebagai obat AIDS, karena mengandung protein trikosantin.
Dari Jepang dilaporkan bahwa senyawa glycyrrhizin dari tanaman Glycyrrhiza uralensis (sejenis akar manis) yang biasa dipakai dalam ramuan obat batuk hitam, ternyata bersifat anti-HIV juga. Pemberian secara oral kepada pasien HIV ternyata bisa menyembuhkan pasien AIDS.
Obat tradisional Indonesia
Hutan tropis Indonesia yang terkenal tinggi sekali keanekaragaman hayatinya itu merupakan gudang bahan alami yang mengandung lebih kurang 30.000 jenis tanaman yang belum seluruhnya dikelola secara maksimal. Hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan oleh nenek moyang kita sebagai tanaman obat tradisional. Sampai sekarang masih tetap dimanfaatkan dan dari tahun ke tahun bahkan meningkat. Lebih-lebih karena isu global "Kembali ke alam".
Pemakaian tanaman obat untuk menanggulangi AIDS juga sudah lama dilakukan oleh para dukun/tabib tradisional, tetapi tidak pernah dilaporkan secara resmi. Ramuan yang dipakai masing-masing dukun biasanya dirahasiakan, sehingga menyulitkan pendataan.
Beberapa jenis tanaman obat tradisional Indonesia kemudian juga diteliti oleh NCI Amerika Serikat, seperti pinang, belimbing wuluh, pepaya, pare, dan tempuyung yang sudah amat biasa kita kenal sebagai jamu.
Penelitian masih baru dalam taraf pengujian kegiatan ekstrak kasar dari fraksi air dan belum ditentukan dengan pasti, berapa dosis yang direkomendasikan bagi tiap jenis tanaman obat itu. Tetapi yang pasti ialah, tanaman jamu Indonesia itu dapat dipakai untuk mengobati AIDS, karena sudah terbukti anti-HIV.
Source: Majalah Intisari, no.394 - Mei 1996
VIRUS penyebab AIDS yang sangat kompleks itu mudah sekali berubah sifat, menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan hidupnya. Inilah yang menyulitkan para pakar menemukan obat penumpas yang tahan lama keampuhannya.
Berbagai jenis obat sintetis yang sudah dicoba sebelumnya memang efektif melawan virus HI, tetapi begitu virus itu bermutasi, obat jadi tak efektif lagi. Dampak sampingannya yang negatif juga tinggi, sedangkan proses pembuatannya sendiri masih rumit. Obat itu jadi mahal, tapi "tidak janji".
Mencari yang alamiah
Daun Kaki Kuda |
Selama 5 tahun (1987-1992), NCL menguji lebih dari 40.000 jenis tanaman obat, bakteri, lumut kerak dan ganggang yang hidup di laut in vitro (dalam tabung percobaan). Dari pengujian itu ternyata hanya 15% yang berpotensi sebagai zat anti-HIV. Sebagian besar (85%) tidak menunjukkan kegiatan.
Sambiloto |
Berbagai jenis tanaman obat tradisional, seperti bawang putih, sambiloto, pepaya, ginseng, lidah buaya, jamur shiitake, dan berbagai ramuan berupa umbi lili, obat Cina fu zheng, dan obat Tibet padma 28 sudah lama dipakai untuk menyembuhkan AIDS tanpa penjelasan ilmiah. Setelah di uji in vivo (dalam tubuh makhluk hidup) lebih lanjut.
Ekstrak beberapa jenis tanaman obat itu dicobakan pada pasien HIV di Afrika. Salah satu yang ampuh ialah sejenis kayu hitam Diospyros usambarensis. Ia sudah lama dikenal sebagai fungsida dan obat sitotoksik. Ekstrak tanaman ini juga sudah diberikan kepada penderita AIDS di Cina dan Tanzania, baik dalam bentuk tunggal maupun di ramu sebagai obat kombinasi dengan tanaman obat lain.
TABEL 1 | |
---|---|
Jenis tanaman obat Cina yang anti-HIV | |
1 | Althernanthera philoxeroids |
2 | Andrographis paniculata |
3 | Arctium Lappa |
4 | Coptis chinensis |
5 | Epimedium grandiforum |
6 | Lithospermum erithrorhizon |
7 | Lonicera japonica |
8 | Prunella vulgaris |
9 | Senecio scandens |
10 | Viola yedoensis |
11 | Woodwardia unigemmata |
Bayam Duri |
Sejauh ini, sambiloto dipakai sebagai obat penyakit kulit oleh para dukun/tabib tradisional Indonesia. Ternyata alkaloida andrografolida yang dikandungnya berkhasiat menghambat kegiatan virus HI.
Prunella vulgaris dan Viola yedoensis ternyata mengandung senyawa sulfonat polisakarida. Senyawa ini menunjukkan kegiatan sebagai penghambat kegiatan virus HI.
Ganggang merah Schizeminta pacifica yang hidup di laut, dan mengandung heparin dan dekstran sulfat ternyata juga anti-HIV seperti senyawa sulfonat polisakarida di atas.
Jenis tanaman Trichosantes kirilowi yang biasa dipakai sebagai obat abortus di Cina, kini di Amerika Serikat di pakai secara tidak resmi sebagai obat AIDS, karena mengandung protein trikosantin.
TABEL 2 | ||
---|---|---|
Ekstrak air tanaman Indonesia yg aktif | ||
Anti-HIV in Vitro | ||
1 | Ageratum conyzoides | Babadotan |
2 | Amaranthus spinosis | Bayam duri |
3 | Anthocephalus chinensis | Kelempeyan |
4 | Aquilaria microcarpa* | Kayu Gaharu |
5 | Areca catechu | Pinang |
6 | Artemisia gina | Mungis arab |
7 | Artemisia vulgaris | Suket ganjahan |
8 | Averrhoa bilimbi | Belimbing Wuluh |
9 | Blumea balsamifera | Sembung |
10 | Carica Papaya | Pepaya |
11 | Centella asiatica | Daun kaki kuda |
12 | Chydenanthus excelsus | Besole |
13 | Cinnamomum burmani | Kayu manis |
14 | Clerodendrum serratum | Sagunggu |
15 | Codiaeum variegatum | Puring, Puding |
16 | Coleus atropurpureus | Jawer Kotok |
17 | Coriandrum Sativum | Ketumbar |
18 | Costus speciosus | Pacing, Si tawar |
19 | Curcuma heyneana | Temu Giring |
20 | Dracontomelon* | Buwah rau, Koili |
21 | Dyrpetes Longifolia** | Bumigaya, Batung |
22 | Eclipta prostata | Urang-aring |
23 | Elaocarpus stupularis* | Pinang pinai |
24 | Euonymus Javanicus | Kumbang |
25 | Foeniculum vulgare | Adas |
26 | Garcinia griffithi | Kandis gajah |
27 | Gendarusa vulgaris | Gandarusa |
28 | Glochidion arborescens* | Ramambong |
29 | Graptophyllum pictum | Dangora puding |
30 | Hemigraphis colorata | Benalu api |
31 | Hydrocotyle sibthorpiodes | Patikan Cina |
32 | Indorouchera griffithiana | Akar tanduk |
33 | Limnocharis flava | Genjer |
34 | Macaranga tribolata | Kayu sepat |
35 | Payena acuminata | Mayang lisak |
36 | Pogostemon hortensis | Nilam |
37 | Pterocarpus indicus | Angsana |
38 | Saccharum spontaneum | Tebu salah |
39 | Scorodocarpus borneensis | Kayu bawang hutan |
40 | Sida rhombifolia | Daun selai |
41 | Sonchus arvensis | Tempuyung |
42 | Spatholobus terrugineus | Sambangan |
43 | Staurogyne elongata | Godong keji |
44 | Vernonia arborea | Sembung gilang |
45 | Villebrunea rubescens | Nangsi, Jurang |
46 | Amomum rumphii | Galoba jantung |
* | Ekstrak organik | |
** | Ekstrak air dan ekstrak organik |
Dari Jepang dilaporkan bahwa senyawa glycyrrhizin dari tanaman Glycyrrhiza uralensis (sejenis akar manis) yang biasa dipakai dalam ramuan obat batuk hitam, ternyata bersifat anti-HIV juga. Pemberian secara oral kepada pasien HIV ternyata bisa menyembuhkan pasien AIDS.
Obat tradisional Indonesia
Mungsi Arab |
Pemakaian tanaman obat untuk menanggulangi AIDS juga sudah lama dilakukan oleh para dukun/tabib tradisional, tetapi tidak pernah dilaporkan secara resmi. Ramuan yang dipakai masing-masing dukun biasanya dirahasiakan, sehingga menyulitkan pendataan.
Beberapa jenis tanaman obat tradisional Indonesia kemudian juga diteliti oleh NCI Amerika Serikat, seperti pinang, belimbing wuluh, pepaya, pare, dan tempuyung yang sudah amat biasa kita kenal sebagai jamu.
Penelitian masih baru dalam taraf pengujian kegiatan ekstrak kasar dari fraksi air dan belum ditentukan dengan pasti, berapa dosis yang direkomendasikan bagi tiap jenis tanaman obat itu. Tetapi yang pasti ialah, tanaman jamu Indonesia itu dapat dipakai untuk mengobati AIDS, karena sudah terbukti anti-HIV.
Source: Majalah Intisari, no.394 - Mei 1996