Bila terjadi perdarahan, masih dipertimbangkan apakah perlu dilakukan pembedahan darurat, tidak dibedah sama sekali, ataukah dilakukan pembedahan kemudian. Pembedahan darurat biasanya dilakukan apabila volume perdarahan besar sehingga darah dikhawatirkan bisa mendorong posisi otak ke arah lain dan bisa berakibat fatal.
Dilakukan atau tidaknya pembedahan darurat juga dengan mempertimbangkan letak pembuluh darah yang pecah. Kalau pecahnya pembuluh darah membentuk gumpalan besar dan terletak di tempat yang mudah dijangkau, kemungkinan besar lebih baik dioperasi. Tindakan itu akan jauh lebih baik buat pasien.
Sebagai misal, perdarahan terjadi di otak kecil, dibagian belakang kepala, sehingga menyumbat aliran liquor (cairan otak) dan tekanan ke otak semakin besar.
"Pasalnya, dalam sehari sekitar 400cc cairan otak melewati daerah tersebut. Bisa dibayangkan bagaimana kalau sampai terhalang! Bisa jadi keempat anggota badannya tidak lagi bisa digerakkan," ungkap dr. Eka. Yang pasti, tingkat keberhasilan pembedahan darurat umumnya tinggi.
Tak boleh batuk
SEBALIKNYA, "Kalau perdarahan terjadi di tempat yang sulit, kita lebih memilih cara konservatif," aku dr.Airiza. Pilihan ini lebih disebabkan keterbatasan peralatan canggih. Bila peralatannya mendukung, penanganan masih bisa dilakukan. Misalnya bisa dilakukan tindakan pembedahan agar aneurisma tertanggulangi secara aman. Pembedahan dilakukan untuk menjepit (clipping) pembuluh darah yang mengalami aneurisma.
"Perawatan dalam periode menunggu tindakan pembedahan harus ekstra hati-hati, sebab pasien tidak boleh batuk, tidak boleh hipertensi dan tidak boleh duduk, agar tidak terjadi perdarahan kembali sebelum dilakukan penjepitan," kata dr.Eka yang mengaku sering merasa tegang menjalankan tindakan yang rumit ini.
Bila clipping tidak bisa dilaksanakan, misalnya karena ukuran gelembung aneurisma lebih dari 2,5 cm atau aneurisma terletak pada kantung otak, ditempuh bypass pembuluh otak yang dinamakan superficial temporal artery (STA) atau intra-extra cranial bypass surgery.
Pembuluh darah yang menggelembung ditutup dan pembuluh arteri luar kepala di atas telinga (yang kalau diraba terasa berdetak) disambung langsung ke pembuluh darah otak lanjutan dari yang ditutup.
Pada kasus AVM, penderita diobati terlebih dahulu sebelum dibedah untuk membuang varisesnya. "Namun, kalau letaknya rumit sehingga sulit dilakukan pembedahan, bisa di coba dengan embolisasi atau menyumbat bagian yang terganggu," tutur dokter ahli bedah saraf yang banyak menggali keahliannya di Jepang ini. Cara lain lagi yang belum dilakukan di Indonesia dengan menyinarkan gamma agar AVM mengkerut.
Bisa pulih, asal ....
TARGET yang hendak dicapai dalam perawatan pasien stroke adalah pemulihan kondisi pasien. Memang, pulih disini tidak berarti menjadi seperti orang sehat. "Dari cuma diam, kemudian bisa buka mata, itu termasuk pulih," ujar dr. Airiza. Nah, dalam menunggu pemulihan itu, kondisi organnya harus dipelihara, supaya ketika pulih organnya, masih dapat bekerja.
Keluarga harus membantu agar sendi-sendi tangan dan kaki pasien, misalnya, digerak-gerakkan sampai maksimal supaya tidak kaku. Bersamaan dengan proses itu, secara perlahan sistem saraf yang mengatur organ tersebut akan kembali berfungsi.
Untuk pasien yang mengalami gangguan bicara, keluarga pasien sangat perlu untuk dilibatkan, terutama untuk mengerti bagaimana pasien berbicara.
"Kalau di rumah sakit, kita selalu berusaha dulu membantu pasien supaya mampu berkomunikasi. Bisa dengan menanggukkan dan menggelengkan kepala ;atau mengacungkan jempol tangan ('ya'), dua kali kedip tanda 'tidak'. Kalau pasien sudah mampu perasaannya dengan 'ya' atau 'tidak', itu sudah pertanda bagus. Cepat pulihnya," ungkap dr. Airiza.
Cara berkomunikasi lainnya bisa macam-macam, misalnya dengan gambar yang dibuat keluarga pasien. Pasien cuma menjawab ya atau tidak. Pada tahapan selanjutnya, terapis wicara akan memberikan pelatihan. Misalnya dengan bahasa isyarat.
"Biasanya, kalau pasien tidak marah-marah, lega karena komunikasinya lancar, (organ-organ) yang lainnya akan cepat kembali berfungsi," tambahnya.
Dalam proses perawatan, kandung kencing juga ditangani dengan betul, karena pasien seringkali tidak bisa menahan kencing. Untuk perawatan ini kapasitas kandung kencingnya betul-betul diukur. Dengan diketahuinya kapasitas kandung kencing, pengeluaran urine bisa dilakukan secara bertahap. "Kalau dipasangi selang terus di kandung kencingnya, pasien jadi susah dilatih kencing," ungkap dr. Airiza.
Pencapaian target pemulihan tergantung sekali pada fungsi sistemik orang itu. Karenanya, penyakit yang menyebabkan munculnya stroke mesti selalu di kontrol. Bila pasien mengalami stroke akibat hipertensi, tim medis terus berusaha supaya tensinya tidak tinggi. Atau, kalau pasien menyandang diabetes, kadar gula darahnya diupayakan selalu normal. Untuk itu, dokter dari berbagai keahlian dilibatkan. Inilah yang disebut restorasi.
Lima grade
YANG khas untuk pasien stroke adalah proses restorasi harus dilakukan terus-menerus. Dari menit ke menit. Dari jam ke jam. Ketika di rumah sakit, proses restorasi betul-betul dipegang oleh perawat. Perawat terus merangsang dan memelihara supaya organ (yang tidak berfungsi) tetap bekerja. "Terapis lebih mengarahkan. Sehingga dikatakan inti dari unit stroke adalah perawat khusus stroke," jelas dr. Afriza.
Perawatan pasien di rumah sakit tidak mungkin sampai pulih betul. "Pemulihannya bisa di rumah, karena jalannya (pemulihan) pelan sekali. Masa pemulihan itu saya katakan enam bulan. Tapi kalau tata laksana tidak maksimal pemulihannya bisa lebih dari setahun," imbuhnya.
Dr. Eka menyebutkan pemulihan sehabis stroke terbagi atas 5 grade. Pemulihan termasuk grade I apabila Glasgow outcome scale (GOS)-nya bagus, yaitu pemulihannya sempurna. Termasuk grade II apabila ia cacat tapi masih mampu kembali ke pekerjaan semula, misalnya hanya tangan kirinya saja yang lumpuh sehingga ia masih dapat bekerja dengan tangan kanan. Termasuk grade III apabila ia tidak lagi mampu ke pekerjaan semula, tetapi tetap masih bisa bekerja. Apabila hidupnya sudah tergantung pada orang lain atau tidak lagi bisa mengurus dirinya sendiri, termasuk grade IV. Yang terburuk atau termasuk grade V apabila ia hanya mampu berbaring akibat batang otaknya mengalami kerusakan. Ia tidak lagi bisa berkomunikasi serta fungsi luhurnya hilang.
Memanjakan malah lambat putih
NAH, perawatan di rumah mesti dilakukan seperti rumah sakit hingga pasien mandiri. "Karenanya, sebelum pasien pulang, keluarganya kita beri edukasi secara menarik. Karena pasien sangat tergantung pada keluarga pasien. Dia belum mandiri," ungkap dr. Afriza.
Ironisnya, yang menjadi "penyakit" orang Indonesia bila ada anggota keluarga yang sakit adalah suka membantu secara berlebihan atau memanjakan. Padahal, hal inilah yang justru memperlambat proses pemulihan.
Untuk mencegah terulangnya serang stroke, pasien mesti menjalani pola hidup sehat dengan melakukan olahraga secara teratur. Olahraga di sini bukanlah yang kompetitif.
"Kami menganjurkan olah raga yang diintegrasikan dengan cara hidup sehari-hari. Misalnya, meletakkan pesawat telepon tidak di meja tulis, sehingga kalau telepon berdering dia harus berjalan untuk mengangkatnya. Kalau di kantor ada lift, jangan naik lift terus, coba naik tangga. Kalau parkir mobil pilih tempat jauh, supaya ada kesempatan untuk jalan kaki," anjur dr. Airiza. Hal-hal seperti ini juga diajarkan kepada keluarga pasien ketika hendak meninggalkan rumah sakit.
"Banyak juga pasien yang saya anjurkan untuk memasak. Karena memasak itu mengasyikkan, cepat jadi, dan kelihatan hasilnya. Apalagi kalau dinikmati orang, dia bisa senang. Sebenarnya kalau pasien laki-laki mau memasak, bagus sekali," tutur dr. Airiza lagi.
Bagaimana pun juga, stroke tak bisa dipisahkan dengan gaya hidup. Dengan gaya hidup sehat, makan dengan gizi seimbang, dan cukup aktivitas fisik, risiko terserang stroke bisa ditekan.
BILA DI RUMAH ANDA ADA PASIEN STROKE
YANG terbaik adalah membantu pasien belajar mandiri. Untuk itu, Anda dianjurkan menambahkan fasilitas pendukung di rumah. Misalnya di tempat-tempat tertentu dibuatkan pegangan di dinding untuk membantu penderita berjalan.
Yang terpenting adalah kamar mandi dan WC. Sekeliling dinding kamar mandi sebaiknya diberi pegangan. Pintunya tidak diberi kunci. Di kamar mandi disediakan kursi, sehingga pasien bisa mandi sambil duduk. Kalau tidak ada shower, sediakan keran khusus yang memungkinkan pasien menampung airnya.
Sabun juga harus diberi bertali, untuk membantunya mandi sendiri. Tisu yang disediakan juga jangan tisu gulung, tapi tisu lipat, sehingga dia membersihkan diri sendiri. Tisu gulung sering membuat pasien stroke frustasi dan marah karena ia tidak bisa memotongnya.
TAK CUKUP HANYA PENCUCI MULUT
FAKTOR nutrisi pun berperan dalam menjaga kesehatan seseorang pasca stroke. Menurut dokter gizi Dr. Elvina Karyadi, M.Sc. penderita stroke atau yang pernah mengalami stroke dianjurkan banyak mengkonsumsi sayur dan buah, Laporan dalam European Journal of Clinical Nutrition edisi Mei 2000 menyebutkan, pria dan wanita yang memakan sebuah apel per hari, ternyata memiliki risiko stroke lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak teratur memakannya.
Menurut dr. Airiza, semua buah baik terhadap dinding pembuluh darah karena mengandung mineral dan serat dapat larut. Umumnya buah mengandung banyak kalium. Mineral ini, bersama dengan natrium, bekerja mengatur ketegangan dinding sel. Bila keduanya seimbang, maka dinding selnya akan rileks, termasuk dinding pembuluh darah.
Sayangnya, dalam pola makan kita umumnya pakai lauk-pauk mengandung garam (NaCl). Padahal, umumnya natrium bersifat lebih aktif, lebih cepat diserap, sehingga kalium dari buah pencuci mulut tak terserap. Karena itu dianjurkan untuk mencoba satu kali makan buah saja, sehingga kandungan kaliumnya tidak harus berkompetisi dengan natrium.
Dr. Elvina juga menganjurkan konsumsi bebijian macam sereal dan gandum. Atau, roti coklat gandum (brown bread yang mengandung lebih banyak serat). Ikan, terutama ikan laut, termasuk minyak ikan dianjurkan pula untuk dikonsumsi secara rutin. Bila harus menggunakan minyak, pilih minyak tidak jenuh, terutama yang banyak mengandung vitamin E, macam minyak olive.
Sebaliknya, hindari makanan mengandung banyak lemak, terutama lemak jenuh, tinggi kolesterol, dan trans fatty acid yang banyak terdapat pada margarine, daging berlemak, makanan gorengan dan makanan kemasan seperti biskuit, chips, dan sebagainya. Batasi konsumsi garam (NaCl) dalam makanan. Sebagai gantinya gunakan bumbu-bumbu lain yang meningkatkan cita rasa seperti bawang putih.
Source: Majalah Intisari, no.450 - Januari 2001
0 comments:
Posting Komentar