KONTROVERSI ancaman radiasi berbahaya dari telephon seluler pertama kali muncul tahun 1993 di Amerika Serikat. Pada saat itu seorang pria Florida muncul, pada acara Larry King Live, mengaku istrinya menderita kanker otak akibat radiasi ponsel, tulis Scientific American, September 2000.
Gugatan senada juga datang dari mantan salesman ponsel. Pria dari Perthshire, yang pernah punya lima unit ponsel, yakin betul ponsel telah merusak saraf dan pembuluh darah pada bagian belakang telinga kanan, dan memaksanya menjalani operasi besar. "Saya yakin derita ini akibat ponsel," katanya seperti dikutip The Sunday Times (21/4/1996).
Sementara itu Dr. Christoper Newman, ahli saraf dari Maryland menuntut ganti rugi sebesar AS $100 juta dan denda AS $ 700 juta pada produsen ponsel terbesar kedua, Motorola Inc., beserta delapan perusahaan lain dan organisasi telkom (The Straits Times, 5/8/2000).
Radiasi Ponsel diduga Mempengaruhi Cara Kerja Otak |
Tidak sebabkan kanker
Beberapa ahli radiasi, tulis Scientific American edisi September 2000, berpendapat bahwa secara fisik ponsel tidak akan berdampak biologis. Emisi ponsel berada dalam kisaran frekuensi 800 - 2.000 MHz. Kurang dari 1.000 MHz merupakan gelombang radio, di atas itu termasuk gelombang mikro. Radiasi berdaya tinggi mampu "mematangkan" bahan organik - seperti microwave oven. Sebaliknya emisi dari ponsel terlalu lemah untuk bisa "mematangkan" jaringan manusia. Daya emisi dari ponsel sekitar 0,25 watt.
National Physical Laboratory di Inggris pernah mengumumkan hasil penelitian tentang kadar emisi dari delapan model ponsel. Nokia 2110, misalnya, memiliki angka emisi tertinggi (0,44 watt), lalu diikuti Nokia 5110 (0,37 watt), Nokia 6110 (0,29 watt). Bosch World 718 (0,28 watt), Ericsson GA628 (0,26 watt), Hagenuk Global Handy (0,03 watt), Motorola V3688 (0,02 watt), Motorola Star Tac 70 (0,02 watt). Peraturan di Inggris menetapkan angka maksimal emisi radiasi 10 watt, seperti dikutip The Sunday Times, 6/6/99, dari BBC.
Meski emisi ponsel sangat kecil, kalau antenanya berada dekat kepala selama beberapa menit, gelombang itu dapat menaikkan suhu sel dekat otak sekitar 0,1 derajat Celcius. Kenaikan itu dianggap kecil ketimbang perubahan suhu otak secara alami, dan tak mungkin mempengaruhi organ otak. Lagipula, radiasi ponsel bersifat non-ionizing. Bukan radiasi ion. Medan radiofrequency (RF) tidak menyebabkan ionisasi atau radioaktivitas dalam tubuh.
Berbeda dengan energi foton sinar X dan sinar gamma, yang dapat merusak molekul DNA sehingga memicu mutasi penyebab kanker. Begitu pula foton radio dan gelombang mikro dapat mempengaruhi mental manusia dan hewan.
Handset ponsel, seperti dilaporkan WHO (Juni 2000), merupakan pemancar RF berdaya rendah, maksimal 0,2 - 0,6 watt. Masih jauh daripada emisi walkie talkie, 100 watt atau lebih. Dengan menjauhkan handset, medan RF kuat akan berkurang secara cepat. Paparan RF pada pemakai ponsel yang menggunakan perangkat hands free (posisi 10-an cm dari kepala) jauh lebih rendah daripada mereka yang menempelkan headset di kepala.
Bukti ilmiah mutakhir menunjukkan, paparan medan RF ponsel dan base station tidak menyebabkan kanker. Percobaan pada hewan yang terpapar medan RF setingkat emisi ponsel tidak terbukti menyebabkan kanker otak.
Begitu pula hasil penelitian Alan Preece dari University of Bristol di Inggris (1999), menunjukkan bahwa radiasi ponsel tidak jelas mempengaruhi memori jangka pendek atau jangka panjang. Tapi paparannya jelas menurunkan daya tanggap (reaksi lamban). Lewat uji yang sama, ilmuwan Finlandia mendapati adanya penurunan daya tanggap. Senada juga dengan penelitian Henry Lai, tikus yang terpapar gelombang mikro berkekuatan rendah ternyata lebih lamban dalam menemukan lorong mereka ketimbang tikus kelompok kontrol.
Penelitian di Royal Adelaide Hospital, Australia (1997), tikus transgenik yang rentan lymphoma (kanker jaringan limfoid) dipapar gelombang radio berkekuatan rendah sama seperti emisi ponsel, selama satu jam per hari. Setelah 18 bulan, peluang muncul lymphoma pada tikus terpapar dua kali lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Pada anak-anak lebih nyata
Berbeda dengan penelitian William Ross Adey dari University of California di Riverside (1999). Sinyal ponsel digital justru memperkecil munculnya tumor pada tikus yang terpapar bahan kimia karsinogen sebelum lahir. "Kami melihat pengaruhnya, tapi tidak tahu alasannya," katanya.
Para biofisikawan menduga medan elektromagnetik dari ponsel dapat mengganggu sistem elektrik tubuh. Ada satu hipotesis bahwa medan itu sedikit mempengaruhi gerakan ion kalsium pada selaput sel. Serendah apa pun medan itu dapat meningkatkan atau menurunkan permeabilitas (kemampuan untuk ditembus) selaput. Hal ini akan mengubah konsentrasi ion dan radikal bebas dalam sel dan mungkin meningkatkan angka kerusakan DNA.
Tahun 1995, Henry Lai dan Narendra P. Singh menjawab hipotesis itu. Penelitian yang dipublikasikan lewat International Journal of Radiation Biology, di Inggris, tikus yang terpapar gelombang mikro berkekuatan rendah selama dua jam, dalam ekstrak DNA sel otaknya ditemukan lebih banyak "serpihan" DNA daripada tikus kelompok kontrol. Radiasi gelombang mikro setingkat emisi ponsel dapat membelah molekul DNA otak lima ekor tikus. DNA mengontrol hampir seluruh fungsi sel dan kerusakan itu berkaitan dengan penyakit Alzheimer, Parkinson, dan kanker.
Sebaliknya, penelitian yang dikomandoi Joseph L. Roti dari Washington University tidak menemukan kerusakan DNA dalam percobaan yang sama.
Penelitian oleh Dr. Gerard Hyland, ahli fisika dari University of Warwick di Inggris, tulis The Sunday Times, menunjukkan bahwa radiasi ponsel dapat mengacaukan gelombang otak, menyebabkan sakit kepala, kelelahan, dan hilang memori. Sementara penelitian oleh Wireless Technology Research Group, di AS, pemakaian ponsel bisa menyebabkan tumor otak.
Risiko lain ponsel, yang dilaporkan, meliputi perubahan aktivitas otak dan gangguan tidur. Selain itu juga diduga bisa menimbulkan kerusakan sel saraf, hilang konsentrasi, merusak sistem kekebalan tubuh, tekanan darah meningkat, dan mata lelah.
Secara ilmiah bukti gangguan atau kerusakan terhadap organ tubuh manusia memang kurang menyakinkan. Namun, ada bukti bahwa medan elektromagnetik ponsel jauh lebih dalam menembus ke kepala anak-anak daripada kepala orang dewasa. Ancaman risiko kesehatan pun bisa menjadi lebih nyata pada mereka. Sampai-sampai sekelompok pakar di Inggris menganjurkan, anak-anak di cegah dari penggunaan ponsel. Juga mendesak perusahaan ponsel menghentikan promosi pemakaian ponsel pada anak-anak.
Sebabkan impotensi?
Earphone yang dilengkapi electromagnetic protection (EMP), berdasarkan, dua penelitian di Australia, mampu mengurangi paparan radiasi elektromagnetik (EMR, electromagnetic radiation) dari antena ponsel lebih dari 90%. Begitu tulis The Straits Times (5/8/2000) mengutip Choice, majalah laporan penelitian Australian Consumers Association (ACA). Earphone juga bisa menurunkan risiko pening kepala, kehilangan memori, dan risiko tumor.
Temukan ACA ternyata berlawanan dengan hasil penelitian di Inggris yang menyebutkan, perangkat itu justru akan meningkatkan absorbsi radiasi dari ponsel. Begitu laporan Which, majalah serupa Choice di Inggris. Alasannya, perangkat hands free justru dapat bertindak sebagai perpanjangan dari antena. Sehingga akan memperbesar jumlah radiasi sampai ke kepala.
Meski begitu, para ahli tetap menyarankan memakai earphone untuk memperkecil paparan radiasi. Terutama sebagai upaya preventif. "Lebih baik berhati-hati daripada menyesal," kata Kjell Hansson Mild dari lembaga penelitian Swedish National Institute for Working Life.
"Nasihat terbaik adalah tidak menggunakan ponsel sama sekali. Kalaupun terpaksa memakai, maksimal lima menit dan kenakan earpiece," saran Dr.Gerard Hyland dari University of Warwick di Inggris, pelopor salah satu penelitian itu, seperti dikutip The Sunday Times.
Tulis Choice, EMR masih mungkin terserap oleh bagian tubuh dimana ponsel ditempatkan."Tingkat radiasi masih tinggi ditempat ponsel ditaruh. Semisal, di sekitar sabuk tempat menjepit ponsel, kata Charles Britton dari ACA.
Bahkan ada anjuran untuk tidak mengantungi handset dicelana, terutama pria. Sebab, ada kabar kebiasaan itu bisa menurunkan jumlah sperma dan menimbulkan disfungsi ereksi (impotensi).
Untuk langkah antisipasi, ponsel dengan antena tersembunyi bisa menjadi pilihan. Berdasarkan hasil penelitian di Inggris, oleh National Physical Laboratory, ponsel berantena tersembunyi dalam handset mengeluarkan radiasi berkadar lebih rendah daripada kalau antena tidak dapat ditarik masuk.
Juga telah dirancang produk pelindung radiasi. Microshield, namanya. Terdiri atas "sarung" berbahan dua lapis kulit berisi nikel dan poliester, serta dilengkapi perisai berupa keping logam. Menurut John Simpson, general manager Microshield Industries, alat itu meski tidak memotong seluruh emisi, tapi bisa membuat lebih aman bagi pengguna ponsel.
Source: Majalah Intisari, No.448 - Nov 2000
0 comments:
Posting Komentar