Seorang dokter ahli meneliti apakah penyebab asma tersebut karena alergi atau karena faktor lain. Ternyata Mira tidak tahan terhadap debu. Kasur kapuknya harus diganti dengan kasur busa. Setelah mendapat pengobatan imonuterapi selama dua tahun penyakitnya mereda.
Walaupun penyakit asma atau bengek ini sudah dikenal orang lebih dari 2.000 tahun yang lalu, penyebabnya yang pasti hingga kini masih belum seluruhnya terungkapkan, Dr. Hadi Moeliawan dari Klinik Asma dr. Indrajana, Jakarta, mengatakan asma yang dalam bahasa Yunani berarti "sesak napas" bisa dibedakan menjadi dua macam; asma kardial yang terjadi akibat kelainan jantung dan asma bronkial yang merupakan penyakit saluran pernapasan. Penderita asma bronkial menjadi hipersensitif dan hiperaktif terhadap bermacam-macam rangsangan dari luar. Gejalanya di tandai dengan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas.
Penyempitan saluran pernapasan ini, menurut dr. Hadi, antara lain disebabkan oleh berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, serta pembentukan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran pernapasan.
Namun, tidak semua sesak napas bisa disebut karena asma. Bisa juga karena penyakit jantung, TBC, bronkitis, radang paru-paru, dll.
Alergi turunan
Tipe asma bronkial tadi ada yang bisa disembuhkan ada yang menetap. Asma alergi ekstrinsik atau atopik dengan gejala sesak napas dan mengi yang kumat-kumatan seperti halnya Mira tadi, adakalanya hilang spontan tanpa banyak pengobatan. Serangan asma biasanya terjadi karena kontak berulang kali dengan zat atau bahan penyebab alergi seperti debu, tungau (makhluk super mini yang betah tinggal di kasur kapuk), obat nyamuk, tepung sari tumbuh-tumbuhan, dll. Penderitanya paling banyak di negara tropis seperti Indonesia. Pada umumnya, 85% timbul sebelum usia 30 tahun.
Seperti halnya Mira, ia mulai terjangkiti pada usia 4 tahun. Hasil tes tusuk kulit (Prick)nya tampak positif. Sedangkan hasil tes darah menunjukkan bahwa kadar zat antibodi jenis IgE (Imunoglobin E) atau reagin-nya cukup tinggi. Disini berarti sistem pertahanan/kekebalan tubuh Mira mencelakakan tubuhnya sendiri. Prof. dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D. dari sub bagian biologi RSCM-FKUI menambahkan, IgE yang merupakan salah satu antibodi berupa sel darah putih ini dibentuk dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi adakalanya membawa ulah. Ia membabi buta, lupa mana kawan, mana lawan. Akibatnya, tubuh kita menjadi korban. Sekali ulahnya begitu, sulit dikembalikan ke kondisi normal. Ia akan selalu condong bereaksi salah.
Penderita kebanyakan mempunyai riwayat dengan alergi lain seperti gatal (biduren), pilek, alergi, atau eksem. Ditinjau dari silsilah keluarganya, ternyata nenek Mira menderita salah satu penyakit alergi. Rupanya penyakit ini menurun!
Sebagian besar asma jenis ini hilang pada waktu puber, walaupun adakalanya kumat pada waktu dewasa atau tua.
Bengek nonalergik
Kalau asma alergik Mira lebih mudah ditangani, tidak demikian dengan asma nonalergik atau intrinsik (diopatik) yang diderita Pak Tono (40). Pengobatannya lebih sulit karena disini tidak ditemukan obat steroid, cepat sekali asma jenis ini menhebat, menetap, dan tidak jarang berakhir fatal. Asma non alergik ini kumat di kala penderita mengalami gangguan psikis, olahraga berat, perubahan suhu drastis, dll. Kecenderungannya menjadi, kronis disertai batuk dan produksi dahak berkelanjutan serta sering dijumpai bersamaan dengan polip hidung dan rentan terhadap aspirin.
Gangguan asma Pak Tono mereda setelah ia rajin berobat dan berolahraga ringan serta mendapat fisioterapi.
Ada lagi jenis asma lain yang lebih berat daripada asma Pak Tono, misalnya asma bentuk kombinasi yang sulit dipastikan apakah bersifat alergik atau nonalergik, sehingga memerlukan penelitian lebih saksama. Lalu jenis asma dengan penyulit (complicated asthma) yang merupakan asma komplikasi. Tanda dan gejala klinisnya tergantung pada organ tubuh yang mengalami komplikasi. Misalnya, efek dari penyakit emflesa (paru-paru membesar), pleura (penyakit pada selaput pembungkus paru-paru), paru-paru robek sehingga terjadi pneumothorak (paru-parunya mengempis), atau penyakit lemah jantung.
Serangan asma berat lain adalah status asmatikus. Penderita bisa tidak tertolong kalau tiba-tiba sesak napas sampai mukanya kebiruan. Obat pelonggar napas yang lazim digunakan untuk serangan akut tidak mempan. Bantuan napas harus cepat diberikan sebelum ia kehabisan oksigen.
Pengobatan rutin
Asma memang penyakit yang sangat mengganggu penderita karena sulit disembuhkan. Anak-anak bisa terganggu pelajarannya, orang dewasa akan terganggu kariernya. Sementara obat yang ada pada umumnya hanya untuk mengendalikan penyakitnya agar aktivitas penderita tidak terganggu dan suatu saat diharapkan terjadi perbaikan spontan. Sebab itu, sistem pengobatan terpadu, artinya pendidikan tentang penyakit, komunikasi, dan keterbukaan antara dokter, penderita, dan keluarga penderita sangat diharapkan, agar pengobatan dapat dilaksanakan secara saksama dan teratur.
Bila penderita hanya menghadapi kontraksi atau berkerutnya otot polos saluran pernapasan (asma periodik), mengi, dan sesak napas sekali-kali saja, misalnya sehabis lari atau main dengan kucing, ia cukup diberi obat pelanggar napas. Tapi kalau proses asmanya adalah peradangan (asma berkelanjutan), berarti mengi dan sesak napasnya cenderung menetap dan lebih meningkatkan kepekaan terhadap bermacam-macam iritan yang menyebabkan serangan terus-menerus dan adakalanya akut, pengobatannya tentu lain.
1 comments:
thanks infonya...
Posting Komentar