IBARAT BUSI MACET
DULU orang percaya bahwa biang keladi diabetes mellitus itu kurangnya produksi hormon insulin dari sel kelenjar pulau Langerhans di pankreas. Macetnya produksi ini bisa karena atrofi (penyusutan) sel-sel penghasil hormon itu sejak orang dilahirkan, karena sifat yang diturunkan. Bisa juga karena serangan virus di pulau itu, atau sebab lain yang tidak jelas.
Ternyata kemudian, ada penderita diabetes yang meskipun insulinnya cukup, tapi tetap saja menderita. Sakit betul tidak, sehat betul juga tidak. Badan lekas capek, kekurangan tenaga. Dalam hal ini, tubuhnyalah yang kurang bereaksi secara efisien terhadap kehadiran insulin. Tubuh tidak mampu mengoksidkan glukosa menjadi energi, walalupun sudah (masih) ada insulin cukup.
Baik kekurangan insulin maupun ketidakmampuan mengoksid glukosa, semuanya membuat pasien tidak sembuh dari "penyakit" gula, tapi hidup bersama secara rukun dengan "penyakit" itu, sampai akhir hayat dikandung badan.
Bagaimana duduknya perkara, kekurangan insulin membuat badan lekas capek kekurangan tenaga?
Glukosa bagi tubuh boleh diibaratkan bensin dalam mobil. Mereka baru menghasilkan tenaga kalau dibakar. Dalam mesin mobil, bensin dibakar oleh loncatan api listrik dalam busi. Dalam tubuh kita, glukosa dibakar oleh insulin sebagai katalis, tukang sulut proses. Persis seperti loncatan api dalam busi yang membakar bensin, ia menyulut proses, tapi ia sendiri tidak terlibat didalamnya. Proses pembakaran dilakukan dengan oksigen dari udara yang masuk melalui paru-paru dan diedarkan oleh butir-butir darah merak ke seluruh tubuh.
Walaupun bahan bakar bensin ada, tapi kalau loncatan api dalam busi macet (karena kondensornya memble misalnya), maka mobil tidak mempunyai tenaga.
Begitu juga dalam tubuh. Walaupun bahan bakar glukosa ada, tapi insulin tukang sulutnya kurang (atau oksigennya kurang), maka tubuh tidak mempunyai tenaga. Oksidasi glukosa yang seharusnya menghasilkan energi tidak jalan.
Pembakaran bensin dalam mobil baru menghasilkan tenaga besar kalau supply udara (berisi zat pembakar oksigen) seimbang dengan bensin. Kalau bensinnya membludak, sedang udaranya tidak, maka mesin tidak nyamber. Begitu juga pembakaran glukosa dalam tubuh. Kalau glukosanya membludak, sedangkan suplai oksigen dalam darah tidak seimbang, tubuh tidak "menyala" tenaganya.
Glukosa yang berhasil dioksidkan akan menjadi air (keringat) dan CO2 (asam arang) yang larut dalam keringat itu. Proses ini menghasilkan tenaga yang nampak pada sejumlah kalor yang lepas. Itulah sebabnya orang yang sedang mengerahkan tenaga jadi berkeringat.
INSULIN, ANTIDIABETIK, DAN GANGREN
HORMON INSULIN diproduksi oleh sel beta dari pulau Langerhans pada pankreas. Pada awalnya insulin adalah prekursor polipeptida yang dinamakan preproinsulin. Selanjutnya oleh pankreas hormon ini segera diubah menjadi proinsulin. Di dalam sel beta secara spontan terbentuk heksamer yang terikat oleh dua ion seng dan satu ion kalsium. Glukosa merangsang pelepasan insulin.
Di Indonesia, insulin dipasarkan oleh beberapa industri dalam bentuk injeksi. Insulin tidak dapat diberikan secara oral karena akan dirusak oleh enzim protease dalam saluran cerna.
Ada beberapa jenis sediaan insulin baik yang dari pankreas manusia, sapi, dan mikroteknologi (kebanyakan dari insulin manusia). Sediaan insulin ini ada yang awal kerjanya cepat atau lambat, ada yang pendek, panjang dan sangat panjang. Di luar negeri sedang dikembangkan insulin intranasal (lewat hidung) dan oral (di dalam matriks yang dapat melindungi insulin dari kerusakan enzim protease).
Insulin termasuk obat keras dan hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Sebaiknya insulin disuntikkan oleh dokter atau perawat dengan alat suntik khusus lewat intramuskular (di dalam otot) atau subkutan (bawah kulit). Insulin harus disimpan di tempat dingin (2 - 5 derajat Celcius), bukan dalam freezer, dan jangan di tempat yang terkena cahaya matahari atau panas.
Obat oral antidiabetik (OAD) diperlukan terutama bagi PTBI. Umumnya OAD termasuk golongan sulfonilurea dan binguanida.
Kepatuhan penderita dalam menggunakan insulin maupun OAD menentukan keberhasilan pengobatan. Sebaiknya penderita tidak mudah mengobati dirinya sendiri, sering memeriksakan kadar glukosa atau keton dalam darah atau urine. Namun, perlu diingat, ada beberapa obat atau vitamin yang dapat mengganggu pemeriksaan glukosa urine sehingga bisa mendapatkan hasil semu positif. Misalnya, vitamin C, beberapa macam antibiotik serta golongan gula galaktosa, fruktosa, dan laktosa.
Hendaknya penderita tidak sembarangan menggunakan obat lain yang mudah mempengaruhi kenaikan kadar glukosa darah tanpa sepengetahuan dokter, misalnya kortikosteroid, siproheptadin, diuretika, beta dokter, dan kontrasepsi oral. Obat lain sebaiknya tidak berupa sirup. Sayangnya, industri farmasi di Indonesia tidak banyak membuat atau menyediakan sediaan sirup obat khusus untuk diabetes mellitus.
Salah satu hal yang paling dikhawatirkan penderita kencing manis ialah terjadinya gangren (kematian dan pembusukan jaringan). Dilaporkan, gangren 50 kali sering terjadi pada penderita DM daripada yang bukan. Walaupun antibiotik sudah berbagai macam jenisnya, hampir 50% penderita gangren pada kaki penderita DM di AS diamputasi.
Untuk menghindari gangren, pasien hendaknya setiap hari memeriksa kakinya menggunakan cermin. Gosoklah kaki dengan minyak nabati, lanolin, atau minyak perawatan kaki lainnya untuk menjaga kulit tetap lunak dan tidak kering. Bila kulit kering, mudah pecah, dan terbuka akan mudah terinfeksi.
Untuk menghilangkan minyak nabati atau lanolin tadi dapat digunakan alkohol sekali seminggu. Jangan digunakan adstringensia yang bersifat asam/basa ataupun obat keratolitika. Hindari menyikat, mengiris kulit kaki, memotong kuku terlalu pendek, sebab itu akan memudahkan terjadinya infeksi. Hindari panas yang berlebihan atau menggunakan alat pemanas pada kaki. Perawatan gigi dan mata tidak kalah penting bila timbul kelainan.
Source: Majalah Intisari, no.381 - April 1995
0 comments:
Posting Komentar