Kalsium mampu pula mencegah tekanan darah tinggi. Penyigian sepanjang 13 tahun oleh James H. Dwyer, professor di University of Southern California School of Medicine, bersama U.S. National Center for Health Statistics, menghasilkan temuan bahwa orang yang mengonsumsi kalsium 1.300 mg saban harinya terlihat berpeluang 12% lebih kecil terkena hipertensi ketimbang mereka yang tubuhnya hanya kemasukan 300 mg sehari. Malahan bagi mereka yang berada di bawah usia 40 tahunan, risiko itu bisa ditekan hingga 25%!
Beberapa kajian juga mengungkap, kalsium tampaknya ampuh pula memagari jantung dari bahaya. Caranya? Lewat kesaktiannya menurunkan kolesterol darah. Dalam suatu percobaan yang dipimpin Dr. Margo A. Denke, profesor di Center for Human Nutrition, University of Texas South Western Medical Center, 13 pria yang kadar kolesterolnya cukup tinggi diberi diet rendah kalsium (tepatnya 410 mg/hari) selama 10 hari. Lalu kadar kolesterol mereka di cek.
Selama 10 hari berikutnya para laki-laki itu disuguhi diet 2.200 mg kalsium saban harinya. Hasilnya, kelompok yang dimanja Ca kadar kolesterol totalnya anjlok 6%. Kolesterol "jahat" pun, yaitu LDL, berhasil dipangkas 11%. Kabar baiknya, kadar kolesterol "baik" tetap sama.
Psikolog James G. Penland dari Departemen Pertanian Human Nutrititon Research Center mengamati 10 wanita yang mengaku selalu dibayangi gejala pramenstruasi dan menstruasi yang payah. Kepada mereka kemudian di anjurkan berdiet kalsium bertakaran 600 mg/hari. Setelah itu di minta 1.300 mg. Ternyata, tatkala mengikuti diet kaya kalsium, 70% merasakan nyeri berkurang. Nyeri punggung dan kram selama fase menstruasi juga menyusut. Lalu 90% mengaku mengalami hari-hari berat menjadi lebih "ringan".
Khasiat Ca yang sudah banyak diketahui orang adalah meredam kerapuhan tulang. Ini terutama berlaku bila kalsium di konsumsi berbarengan dengan vitamin D - vitamin yang dapat merangsang kemampuan tubuh menyerap mineral itu.
Lebih baik lagi jika penambahan kalsium dijadikan kebiasaan semenjak awal seseorang menginjak dewasa. Ini menurut Dr. Robert P. Heaney, seorang profesor kedokteran di AS.
Problemanya kemudian, berapa takaran kalsium yang dianggap cukup bagi tubuh? Secara singkat, anak-anak di bawah enam bulan sebaiknya mendapatkan 400 mg. Lalu 600 mg bagi yang berusia antara enam bulan dan satu tahun.
Berikutnya, bagi anak berumur 1 - 10 tahun dan pria - wanita di atas 25 tahun, 800 mg sebetulnya sudah cukup. Sedangkan buat mereka yang masih dalam rentang usia 11 - 24 tahun dianjurkan 1.200 mg.
Namun, kalau ingin "aman", 1.000 mg bagi kaum hawa berusia 25 - 50 serta bagi pria umur 25 - 60 tahun. Pada usia 11 - 24 tahun diperlukan 1.200 - 1.500 mg lantaran sedang masanya membutuhkan, begitu juga dosis bagi kaum ibu yang sedang hamil dan menyusui. Sedangkan wanita berumur 51 - 65 tahun dan lansia di atas 65 tahun, perlu 1.500 mg Ca.
Yang tak boleh dilupakan, wanita yang tengah hamil membutuhkan kalsium ekstra demi sempurnanya pertumbuhan tulang bayi dalam kandungan. Sekaligus menghindarkan dari penyakit tekanan darah tinggi terkait kehamilan yang kadang bisa mengundang kelahiran prematur atau bayi dengan bobot di bawah rata-rata.
Para lansia pun membutuhkan ekstra kalsium untuk mengompensasi penurunan kemampuan tubuh dalam menyerap mineral ini.
Salah satu sumber kalsium terbaik adalah produk-produk susu. Secangkir susu skim, misalnya, setara kalsium 96,3 mg. Yoghurt non fat 232 g mengandung 96 mg Ca. Sumber lainnya, tahu, ikan salem kalengan, kubis, sarden (29 g berisi 29 mg Ca), brokoli.
Persoalannya, sering pencukupan kalsium tidak berhasil bila mengandalkan menu sehari-hari. Apalagi bila tak suka atau malah alergi susu, umpamanya. Jalan keluarnya adalah membeli produk yang diperkaya kalsium (calcium enriched) seperti sereal, jus, atau roti. Juga suplemen.
Khusus mengenai suplemen, yang direkomendasikan adalah kelompok yang mengandung kalsium karbonat, kalsium sitrat, kalsium meleat, atau kalsium laktat (kalsium susu). "Menelan suplemen kalsium 500 - 1.000 mg boleh dibilang identik dengan asuransi kesehatan," begitu pernah dianjurkan Dr. David McCarron dari Oregon Health Sciences University. Lebih-lebih, pesannya, bagi ibu hamil dan mereka yang merasa senja usia.
Source: Majalah Intisari, no.465 - April 2002
1 comments:
sadar akan kesehatan. mencegah lebih baik dari pada mengobati.
menarik bahasannya..
salam kenal dan follow juga ya.
Revolusi Galau
Posting Komentar