Diduga kuat fenomena-fenomena perubahan yang berdimensi amat kecil setiap kasus itu saling berhubungan. Kisah keterkaitan berbagai aspek alam tersebut dimulai tahun 1930 ketika para astronom memeriksa kembali sejumlah pengamatan yang dilakukan beberapa abad lalu. Mereka sungguh terkejut ketika mengetahui bahwa waktu telah mengalami "pertumbuhan" konstan sehingga satu hari menjadi lebih lama. Dalam seabad panjang waktu dalam sehari bertambah sekitar seperlima detik.
Pendapat tersebut dikuatkan oleh para palaentolog, peneliti kehidupan fosil. Menurut mereka berdasarkan pola tumbuh koral sekitar 400 juta tahun lalu, satu tahun pada saat itu terdiri atas 400 hari, bukan 365 hari seperti sekarang. kesimpulannya, saat itu bumi berputar pada porosnya dengan lebih cepat, sehingga satu hari menjadi lebih singkat.
Melihat fenomena ini, para ahli matematika mempertimbangkan adanya pengaruh faktor tarikan gravitasi bulan terhadap bumi sehingga memperlambat rotasi bumi. Sayangnya, hasil kalkulasi mereka belum memuaskan.
Untunglah ada fisikawan Inggris Paul Dirac, yang pada tahun 1938 menyimpulkan, semakin tua bumi semakin lemah pula kekuatan gravitasinya. Namun, pengamatan Dirac tak terlalu diacuhkan orang sampai tahun 1970 ketika ditemukan segunung bukti bahwa ukuran mula-mula bumi hanyalah 80% dari ukurannya sekarang. Kesimpulan yang sulit dielakkan karena gravitasi adalah kekuatan yang menyatukan bumi, melemahnya kekuatan tersebut membuat bumi membesar dengan rotasi yang juga melambat.
Lalu orang pun mulai berteori bahwa dulu benua-benua yang ada sekarang sesungguhnya menyatu menutupi seluruh permukaan bola dunia dan berada dibawah permukaan air. Karena bola dunia membesar, permukaannya retak dan potongan-potongannya saling terpisah. Air mengisi celah-celah, membentuk lautan-lautan.
Ketika dilakukan kalkulasi yang sama terhadap seluruh alam semesta, ternyata tingkat kecepatan mengembangnya bumi mendekati angka perkiraan berdasarkan pengamatan. Berdasarkan perhitungan terhadap sistem tata surya pada periode satu miliar tahun pertama, saat tersusunnya awal kehidupan, temperatur bumi mencapai 100 derajat celcius. Terlalu tinggi untuk menyokong kehidupan !
Namun, astronom Inggris Sir Fred Hoyle mampu menjelaskan dalam masa satu miliar satu tahun pertama tersebut yang ada baru bentuk kehidupan yang menyerupai bakteri modern, di antaranya ada yang dapat berkembang biak pada suhu 100 derajat celcius. Pada miliar tahun berikutnya, temperatur bumi sudah turun. Saat itu muncul ganggang hijau-biru yang dapat mentoleransi temperatur setinggi 71 derajat celcius; sedangkan pada miliar tahun selanjutnya mulai lahir jamur dan jenis-jenis ganggang lain yang dapat bertahan pada temperatur 60 derajat celcius. Pada miliar tahun terakhir dengan suhu bumi yang kurang dari 49 derajat celcius terbentuklah binatang dan tanaman multi sel yang tumbuh dengan subur pada temperatur rendah.
Source : Majalah Intisari, No.402 - Januari 1997
0 comments:
Posting Komentar