DEWASA ini bahan-bahan radioaktif sangat luas digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, mulai pertanian dan kedokteran, sampai sumber energi dan peperangan. Strontium-90, salah satu hasil samping penggunaan radioisotop, sangat berbahaya bagi manusia. Untungnya, unsur radioaktif ini bisa dihilangkan dari tubuh manusia hanya dengan ekstrak dari sejenis rumput laut.
DEWA penolong tersebut, Macrocystis pyrifera yang dikalangan orang-orang berbahasa Inggris dinamakan giant kelp. Disebut demikian karena memang ukuran tubuhnya luar biasa, termasuk tumbuhan terbesar didunia. Panjangnya bisa mencapai 45 meter, bahkan seorang penjelajah zaman dulu, Bory de St Vincent, menemukan spesimen dengan panjang 210 sampai 450 meter.
Giant kelp tumbuh di hamparan samudra luas di lepas pantai Lautan Pasifik. Hamparan kelp ini bervariasi dalam ukuran, dan menempati daerah selebar dari beberapa ratus meter sampai 2 kilometer dengan panjang beberapa kilometer. Selain merupakan salah satu tumbuhan laut terbesar, rumput laut ini juga merupakan satu diantara vegetasi yang paling cepat tumbuh. Satu tumbuhan dapat bertambah panjang sekitar setengah meter dalam sehari!
Giant kelp menyukai perairan sedalam 7,5 meter sampai 24 meter, dimana ia dapat berpegang erat pada batuan dasar laut. Arus yang kuat membawa sejumlah besar zat hara baru yang dibutuhkan olehnya untuk mempertahankan kecepatan tumbuh itu.
Macrocystis pyrifera dan jenis-jenis rumput laut dari jenis alga coklat (Phaeophyta), mengandung senyawa kimia disebut algin atau alginat. Senyawa ini sangat dibutuhkan oleh industri-industri yang memproduksi ramuan sop, kecap, krim dan kapsul antibiotik. Alginat digunakan secara besar-besaran dalam pabrik kosmetik, tekstil farmasi dan semir maupun cat.
Algin juga ditemukan pada alga coklat lain seperti Laminaria dan Sargassum yang banyak di jumpai di perairan laut Indonesia. Di Eropa pengumpulan algin kasar dilakukan sebagai bagian proses industri.
Pertama-tama, kapal-kapal permanen raksasa melaju di tengah-tengah hamparan kelp dan secara otomatis memetik rumput laut ini yang berada satu meter di bawah permukaan air. Ketika kapal pelan-pelan memetik rumput laut, hasil panenannya diangkat dan dimasukkan ke dalam peti besar.
Bila peti ini penuh, kapal menuju ke pelabuhan dimana hasil panen tersebut langsung dibongkar pada hari itu juga. Karena kapal hanya memotong pucuk tumbuhan, klep tetap sehat dan segera menumbuhkan daun-daun barunya.
Dipabrik klep tepi pantai, tumbuhan ini diproses untuk diesktrak alginnya. Proses ini meliputi pencucian, penyaringan, pemadatan, pembilasan dan beberapa langkah lainnya. Produk akhir berupa bubuk putih.
Gagal Sebagai Makanan
DR. D. WALDRON EDWARD, ahli biokimia Inggris, tertarik pada bubuk putih tersebut. Selama Perang Dunia II makanan penduduk Inggris kekurangan mineral-mineral penting. Dr. Waldran bereksperimen dengan menggunakan giant kelp dan hasil sampingannya, algin, sebagai sumber mineral-mineral tersebut. Percobaannya gagal. Ternyata tubuh manusia membuang algin tanpa menyerap natrium, kalsium, dan mineral-mineral lain yang dikandungnya.
Untuk sementara Dr. Waldron melupakan kegagalannya itu. Ia lalu datang ke Kanada dan disini menghadapi masalah baru: bagaimana caranya menonaktifkan strontium-90 dari tubuh manusia.
Salah satu hasil samping ledakan bom atom, dan aktivitas-aktivitas lain yang melibatkan bahan-bahan radioaktif, adalah strontium-90, sejenis mineral yang sangat mirip dengan kalsium. Kedua mineral ini sangat serupa hingga tubuh tidak dapat membedakannya.
Strontium-90 diserap dan digunakan untuk menyusun tulang, atau mengganti sel-sel tulang, sebagaimana mineral saudaranya, kalsium. Tetapi efek radioaktif strontium-90 ini menyebabkan kematian, menimbulkan kanker dan menghancurkan sel-sel tulang.
Dengan dipencarkan ledakan bom atom, strontium-90 disebarkan ke daerah yang luar termasuk ke tanah-tanah pertanian, padang rumput dan sumber air minum. Bila orang memakan tanaman hasil panen pertanian ini, atau minum air atau susu sapi yang memakan rumput dari padang rumput yang tercemar strontium-90, mineral ini akan mendekam dalam tulang-tulangnya.
Dr. Waldron dan rekan-rekannya, seperti Dr. Stanley Skornys dan Dr. T.M. Paul, mencari cara untuk menghilangkan strontium-90 dari tulang hidup. Banyak percobaan mereka lebih berbahaya daripada manfaatnya. Sekali masuk tulang, mineral radioaktif ini, hanya dapat dihilangkan dengan mencuci hampir semua mineral dari tulang, suatu proses yang menyebabkan tulang manusia menjadi selembek karet busa. Tampaknya prosedur ini berbahaya.
Berhasil Jadi Obat
KEMUDIAN Dr. Waldron ingat eksperimennya terhadap algin pada saat Perang Dunia II dahulu. Dia ingin tahu apakah senyawa biokimia ini mampu melenyapkan strontium-90 dari usus orang sebelum diserap tubuh.
Setelah beberapa tahun, tim peneliti yang bekerja di Universitas Canada's Mc Gill, bereksperimen dengan senyawa turunan algin yang disebut natrium alginat. Mereka mencampur senyawa ini ke dalam makanan tikus, yang juga diberi makanan yang mengandung strontium radioaktif.
Ketika tulang-tulang tikus kemudian diuji, tim peneliti mendapatkan bukti tulang tikus tersebut mengandung sedikit bahan radioaktif. Namun tulang tetap mengandung kalsium dalam jumlah normal.
Natrium alginat rupanya berikatan secara kimia dengan mineral strontium, tetapi tidak berikatan dengan kalsium. Tikus membuang natrium alginat keluar tubuh melalui kotorannya bersama-sama dengan sebagian besar strontium-90, tetapi mencerna kalsium yang dibutuhkan tulang.
Kode etik medis dan norma-norma masyarakat tidak menyetujui eksperimen ini, di mana bahan radioaktif ditelan manusia (sebagai kelinci percobaan) untuk kemudian diusahakan penyembuhannya dengan natrium alginat. Akibatnya, bahan ekstrak dari rumput laut ini belum dapat diujikan kepada manusia. Namun, tim peneliti mengujinya terhadap binatang-binatang percobaan.
Semua bukti menunjukkan, natrium alginat akan bekerja pada manusia sebaik pada binatang percobaan. Dengan demikian, bila suatu saat terjadi ledakan nuklir, tersedia obat yang akan mencegah masyarakat dari bahaya strontium radioaktif, salah satu efek samping dari ledakan atom yang paling berbahaya dan sangat ditakuti.
Source : Majalah Warnasari - No.186, Juli 1994
0 comments:
Posting Komentar