Rabu, 29 Februari 2012

10 Kiat Hidup Sehat Tanpa Obat

Hidup yang multikompleks dewasa ini membuat kita bisa terlanda "penyakit" aneh yang sulit diatasi, baik oleh kekebalan tubuh sendiri maupun obat-obatan. Bagaimana kiatnya agar kita tetap sehat tanpa harus sering berobat?


SUDAH bukan rahasia lagi bahwa tubuh kita mempunyai sistem kekebalan yang mampu melindungi badan dari serangan penyakit. Itu kalau sistemnya bekerja! 
Kadang-kadang suka ngadat.


Kalau sudah begitu, ya apa boleh buat! Kita terpaksa berobat. Namun, niscaya juga tidak ada salahnya, mencoba berbagai kiat hidup mencegah penyakit tanpa tergantung pada obat-obatan. Dimana-mana, mencegah sebelum terjadi itu lebih baik daripada mengobati yang sudah terlanjur marak.


Berikut 10 tips yang dapat dipakai untuk itu:


1. Kenali diri Anda, baik fisik maupun kejiwaan


Ini agak filosofis, memang, tetapi sebenarnya justru disini letak kunci segalanya. Dengan mengenali diri sendiri, kita dapat mengetahui kelemahan fisik tubuh kita, lalu dapat memutuskan apa yang baik dan boleh dilakukan bagi tubuh, dan apa yang tidak.


Orang yang tanpa disadari telah keenakan menyantap makanan asin secara berlebihan, misalnya, lama-kelamaan merasakan tubuhnya berubah, seperti cepat merasa pusing, berkurang keseimbangan tubuhnya, dan sering merasakan aneka gejala tidak enak badan. Setelah memeriksakan badan ke dokter, baru diketahui tubuhnya mulai mengidap "penyakit" tekanan darah tinggi. Kalau sejak itu ia berusaha sungguh-sungguh untuk mengurangi makana asin dan berlemak, sambil melakukan olahraga ringan secara teratur, maka "penyakit"-nya tidak mudah kumat, dan ia tidak perlu sering pergi ke dokter lagi.


Bila Anda mempunyai keluhan seperti itu, seyogyanyalah mencontoh orang yang mengenal kelemahan dirinya sendiri itu. Begitu juga orang yang mudah marah dan sukar mengendalikan diri karena tidak mengenal kekurangan dirinya sendiri. Setelah mengenal kelemahannya, dan mau memperbaiki kebiasaannya yang merugikan, lama-lama ia mahir menjaga agar tidak mudah terpancing emosinya. Itu berkat ia berusaha mengenal dirinya sendiri juga.


2. Tidak terburu-buru merasa sakit


Hanya karena bersin, batuk, atau agak demam, orang telah memutuskan untuk minum obat. Padahal acap kali setelah dibiarkan tiga hari, gejala sakit itu hilang sendiri. Tubuh memang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan sendiri. Hanya dengan beristirahat cukup, gejala sakit itu sudah hilang sendiri. Hanya dengan beristirahat cukup, gejala sakit itu sudah hilang sendiri. Gejala pusing kadang bahkan dapat hilang karena menghirup udara segar di taman yang tidak tercemar udara knalpot.


Gejala batuk dan bersin memang merupakan tanda serius juga, tubuh sedang berusaha mengeluarkan kuman penyakit dari saluran pernapasan. Demam berkeringat merupakan tanda tubuh sedang melawan serangan kuman. Kalau gejala itu berlangsung selama tiga hari, karena beratnya serangan, ya apa boleh buat, kita ke dokter untuk konsultasi medis.


3. Mengusahakan variasi makanan sehari-hari


Melakukan variasi santapan berangkat dari asumsi bahwa ada bahan makanan tertentu yang lebih bermanfaat dari pada jenis makanan biasa sehari-hari. Kalau ini kita pakai sebagai selingan bagi jenis makanan sehari-hari, maka kedua kelompok bahan itu dapat saling melengkapi. Bila kita terbiasa makan daging ayam dan sapi, sebaiknya mengubah kebiasaan itu, dan sesekali makan ikan segar, tempe dan tahu sebagai selingan. Bahan ini mempunyai kadar lemak tak jenuh yang banyak, dan berpotensi mengurangi risiko tekanan darah tinggi.


Sebaliknya, kalau kita terbiasa makan ikan, tempe, dan tahu telur saja sehari-hari, pada suatu kesempatan makan santapan istimewa pada acara pernikahan, atau arisan keluarga besar, ambil saja daging ayam atau sapi. Protein daging hewan berperan mempertahankan laju pertumbuhan tubuh dan mengganti sel-sel jaringan yang rusak.


Begitu juga dengan sayuran. Kalau hari demi hari kita makan sayur mayur hijau, karena beranggapan bahwa yang serba hijau itu pasti bagus, sekali perlu  variasi menyantap sayuran dan buah-buahan tidak hijau, seperti tomat, wortel, jagung muda, paprika merah (sebagai sayur), pisang, mangga, apel, jeruk (sebagai pencuci mulut).


4. Menyesuaikan konsumsi dengan tingkatan umur


Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda-beda bergantung pada umur, jenis kegiatan, dan kondisi tubuh (dalam keadaan sakit atau sehat). Pada anak-anak dan remaja yang sedang giat-giatnya tumbuh, kelima unsur dalam makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta air) sangat diperlukan, sehingga tidak perlu dibatasi.


Sebaliknya, pada orang dewasa dan lanjut usia, pembatasan itu mutlak perlu. Karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi harus dikurangi jumlahnya, mengingat kegiatan fisik mereka sudah menurun. Cara mengurangi karbohidrat dan lemak ialah dengan mengurangi porsi nasi dan goreng-gorengan.


Sebaliknya, vitamin dan mineral serta air justru harus di makan dengan cukup. Zat-zat ini sangat perlu untuk memperlancar metabolisme dalam tubuh, dan meningkatkan daya tahannya. Hanya perlu diingat bahwa yang paling baik ialah vitamin alamiah, seperti yang terkandung dalam buah dan sayuran segar.


Sedangkan air yang diminum harus yang steril, aman dari kuman, seperti air mineral yang benar memenuhi syarat sebagai air mineral. Boleh juga air biasa yang selalu sudah direbus lebih dulu. Lebih kurang 60% dari bobot badan kita berupa air atau cairan. Itu berarti kita harus minum air lebih banyak daripada unsur makanan yang lain. Orang yang sedang sakit dan terpaksa minum obat, malah harus minum air lebih banyak lagi. Penderita "penyakit" sulit buang air, bisa tertolong dari penderitaanya dengan setiap hari minum 2 - 3 gelas air putih sebelum pergi ke belakang.


Konsumsi protein pada orang dewasa dan lansia juga perlu dikurangi, meskipun tidak sebanyak pengurangan karbohidrat dan lemak. Cara mengurangi protein ini ialah dengan mengganti menu makanan sumber protein hewani dengan makanan sumber protein nabati, yang kadar proteinnya kurang atau hanya sedikit, Misalnya, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.


5. Berolahraga secara teratur sesuai kemampuan


Olahraga bertujuan memperlancar peredaran darah, dan mempercepat penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya, sehingga tubuh senantiasa bugar. Banyak orang berpendapat, tanpa olahraga pun kita sebenarnya sudah bergerak badan mirip olahraga, kalau melakukan pekerjaan fisik sehari-hari seperti menyapu lantai, membersihkan rumah, mencuci, dan menjemur pakaian. Tetapi apakah "olahraga" semacam ini dapat kita lakukan secara teratur dan berkesinambungan? Itu masalah tersendiri!


Para penderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, infeksi paru-paru, dan kencing manis, hendaknya berkonsultasi ke dokter dulu untuk mengetahui jenis olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga yang intensitasnya rendah dan dilakukan tidak terlalu lama.


Orang yang normal yang tidak mengidap penyakit, sangat baik memilih olahraga yang kapasitas aerobiknya tinggi seperti renang, aerobik yang high impact, naik sepeda stasioner, dan jogging.


6. Selalu menjaga kebersihan


Lingkungan bersih di rumah, halaman, dan kompleks hunian memberi suasana segar dan nyaman. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kelompok rumah yang mempunyai halaman dan lingkungan tertata baik, hijau, dan asri, mempunyai persentase kesehatan penghuninya jauh lebih baik daripada kelompok rumah miskin tanaman.


Lingkungan bersih membuat tubuh kita juga bersih, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini mampu mencegah penyakit jasmani seperti infeksi kulit, alergi debu, flu, bronkitis, dan "penyakit" rohani seperti stess, frustasi dan depresi, biang kerok menurunnya sistem kekebalan tubuh.


7. Meluangkan waktu untuk bersantai


Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada bekerja produktif sampai melebihi kepatutan. Tidak! Meluangkan waktu untuk istirahat itu sebentar saja, dan ini perlu, untuk setel kendo sejenak di antara ketegangan jam sibuk bekerja sehari-hari. Ini perlu dilakukan secara rutin.


Bersantai juga tidak berarti harus melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi cukup berkumpul membicarakan masalah keseharian dengan rekan sekantor, tetangga, atau keluarga di rumah.


Bersantai seorang diri dengan merenung dan mawas diri juga perlu. Makin sering dan rutin ini dilakukan, makin bagus keseimbangan jiwa kita. Tidur nyaman juga bentuk bersantai seorang diri. Stamina akan pulih dengan cepat, dan keseimbangan hormon dalam tubuh juga cepat tercapai.


Tubuh letih dan pikiran kusut kalau dibiarkan berkepanjangan (sampai dibawa ke kamar tidur), akan menurunkan daya kerja sistem kekebalan tubuh. Pada gilirannya memudahkan serangan penyakit.


8. Back to nature


Trend pada awal dekade 1990-an di negeri Barat ini di landasi pengalaman bahwa gaya hidup pada zaman modern mendorong orang mengubah kebiasaan makan, seperti misalnya lebih sering menyantap makanan kalengan, sambal botolan, atau buah awetan. Juga jarang bergerak badan karena kemudahan memakai alat bantu rumah tangga, seperti mencuci pakaian dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan penyedot debu, bepergian dengan kendaraan, padahal cuma dekat dan lebih sehat dilakukan dengan jalan kaki. Tubuh kita jadi manja, karena jarang bergerak, sehingga mudah sakit karena lembek.


Sebaliknya, seorang pendekar silat, walaupun hidup di tengah zaman modern, selalu sehat tubuhnya karena masih sering berjalan kaki, latihan rutin dengan menggerakkan badan, dan tidak memakai alat bantu hasil teknologi modern yang membuat orang jadi lembek.


Untuk kembali dekat dengan alam, kita bukannya harus ikut menjadi pendekar silat, tetapi setidak-tidaknya menghindari bahan makanan kalengan, dan malah memperbanyak makan sayuran dan buah yang segar.


8. Mengolah pernapasan


Mengolah pernapasan berarti mengatur cara dan frekuensi bernapas agar lebih efisien. Dengan menghirup udara (oksigen) perlahan-lahan dalam hitungan 15 kemudian melepaskannya kembali pelan-pelan juga dalam hitungan 15, kita bisa menahan oksigen dalam badan lebih lama daripada biasanya. Oksigen akan dipakai oleh organ tubuh secara efektif, walaupun jumlahnya cuma sedikit.


Selama ini kita bernapas dengan frekuensi yang tidak teratur. Kadang lambat, kadang cepat. Oksigen yang diirup juga cepat keluar lagi. Belum sampai dimanfaatkan dengan baik, sudah keburu keluar. Dalam satu menit kita bernapas lima kali atau lebih.


Tetapi, dengan latihan teratur frekuensi bernapas itu bisa kurang dari lima kali dalam semenit. Setiap kalinya selalu dalam, dan berdaya guna. Akibatnya, oksigen yang dihirup cukup sedikit saja, tetapi sudah efektif. Organ tubuh akan  menyesuaikan diri dengan ketersediaan oksigen yang sedikit ini, dan itu justru menguntungkan tubuh. Sebab, dengan oksigen sedikit, tetapi toh sudah efektif itu, tubuh tidak kebanjiran hasil pernapasan berupa CO2 banyak-banyak, yang tidak baik bagi kesehatan.


10. Menggemari bacaan kesehatan


Ungkapan "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta" sangat pas untuk menyindir orang yang ingin tubuhnya sehat, tetapi tidak mau bersusah payah mendekati bacaan tentang kesehatan. Kalau dekat, kita akan lebih tahu seluk-beluk kesehatan, dan kemudian dapat memakainya untuk menyusun siasat menghindari gangguan penyakit.


Source: Majalah Intisari, no.451 - Februari 2001

Senin, 27 Februari 2012

Bergerak Itu Obat Ideal

Penyembuhan suatu penyakit umumnya dengan menelan obat, pemberian suntikan, atau untuk beberapa kasus, bahkan sampai harus dilakukan tindakan pembedahan. Berkat kemajuan teknologi kedokteran kini berbagai diagnosis penyakit dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium sampai pemeriksaan dengan berbagai peralatan kedokteran canggih seperti MRI atau CT-Scan.


ORANG sering lupa, sebenarnya bentuk pengobatan lain yang tidak kalah manjur adalah dengan melakukan kegiatan fisik. Tentu saja banyak sedikitnya kegiatan fisik yang dilakukan tergantung dari niat pribadi masing-masing.


"Pengobatan melalui olahraga" kini menjadi slogan populer di kalangan para ahli kebugaran. Dalam buku berjudul Healing Moves: How to Cure, Relieve and Prevent Common Ailments with Exercise (Harmony Books, 2000) karangan Carol Krucoff dan suaminya, Mitchell Krucoff, spesialis jantung dari Universitas Duke, AS, diungkapkan, penemuan ilmiah terbaru tentang kekuatan terapi dari latihan olahraga dan menyuguhkan sembilan program "penyembuhan dengan gerak fisik" untuk membantu mengobati, mencegah serta melindungi penyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes, depresi, asma, artritis, kadar kolesterol tinggi, penyakit jantung, osteoporosis (keropos tulang), serta kanker.


Mereka menekankan bahwa bergerak merupakan obat yang ideal. "Cara ini sangat efektif, murah, berisiko rendah, bisa dilakukan di mana saja, sederhana, dan diterima oleh siapa pun. Di bandingkan dengan pengobatan menggunakan obat-obatan atau pembedahan, tentu saja risikonya lebih rendah serta manfaatnya banyak."


Sayang sekali, kebanyakan orang enggan melakukannya, malah lebih memilih minum obat atau suntikan meskipun mahal dan kurang enak rasanya ketimbang harus melakukan kegiatan fisik. Lain halnya dengan anak-anak, tanpa diminta pun dengan sendirinya melakukan banyak gerakan seperti meloncat, berlari, berjungkit, dll. sebagai salah satu kenikmatan.


Sejatinya, dalam kegiatan fisik kita bisa meniru perilaku anak-anak. Kegiatan kita sehari-hari yang supersibuk, ditambah lebih suka naik mobil atau motor ke mana-mana, menyebabkan kita teralang untuk melakukan kegiatan fisik. Apalagi di kompleks perumahan tempat kita tinggal tidak tersedia sarana untuk bisa rileks, berjalan kaki, atau bersepeda. Penyediaan sarana lift untuk gedung bertingkat serta peralatan elektronik yang serba otomatis, juga ikut mengurangi seseorang melakukan kegiatan fisik.


Memang tidak mudah bagi seorang dewasa untuk menjaga agar selalu bugar dan sehat. Namun, dengan sikap dan petunjuk yang benar, kegiatan fisik bisa dinikmati. Contohnya saja kegiatan fisik sehari-hari, bergerak ke sana kemari, membersihkan rumah, menggosok gigi, membersihkan tubuh, memasak, semuanya ini juga merupakan kegiatan fisik sehari-hari yang selalu atau sering kita lakukan.


Tentu saja kegiatan fisik yang terarah akan lebih membuahkan hasil. Misalnya, menyisihkan sekitar 30 menit setiap hari khusus untuk berolahraga disertai menarik napas dalam-dalam agar pikiran tenang dan badan tetap sehat.


Berikut ini sembilan jurus agar kita tetap rajin melakukan kegiatan fisik:


1. Ingatlah selalu bahwa agar tubuh tetap sehat, kita harus rajin melakukan kegiatan fisik. Saat merasa lapar, kita menyadari harus makan, saat kita merasa capek, harus beristirahat. Namun, saat badan terasa kaku, sakit dan lemas, rata-rata kita tidak menyadari bahwa ini bisa merupakan peringatan bahwa tubuh menginginkan gerakan, bukan malah bermalas-malasan. Akibatnya, badan kita akan tetap merasa kaku, lemas, dan sakit kalau ditanggapi dengan cara bermalas-malasan.


2. Pilihlah suatu kegiatan aktif. Saat harus memilih apakah kita harus lebih banyak bergerak atau mengurangi gerakan, pilihlah untuk bergerak lebih banyak. Misalnya, bila harus memilih antara tangga berjalan atau tangga biasa, pilihlah tangga biasa. Bila mesti memilih membersihkan sampah daun-daun di kebun dengan mesin penggaruk daun otomatis atau dengan sapu lidi, pilihlah sapu lidi. Parkirlah mobil agak jauh dari tempat tujuan agar kita punya kesempatan berjalan kaki. Sedapat mungkin hindari pekerjaan yang hanya membutuhkan sedikit energi. Gunakanlah energi semaksimal mungkin agar tubuh banyak bergerak.


3. Berjanjilah pada diri sendiri bahwa kita harus banyak melakukan gerak. Rencanakan program kegiatan fisik sesuai dengan kegiatan yang kita sukai dan buatlah jadwal sepanjang minggu.


4. Camkanlah manfaat sikap kita itu. Jangan mengatakan, "Saya tidak bisa!" Percayalah, niat kita untuk mencapai suatu tujuan merupakan salah satu langkah menuju sukses.


5. Hindari kelamaan duduk. Bila Anda merasa sudah duduk lama, tariklah sekali-kali lengan Anda ke belakang, kemudian berjalanlah sebentar.


6. Lakukan latihan fisik dengan teman atau binatang kesayangan Anda. Biasanya, berolahraga bersama teman atau anggota keluarga akan lebih mengasyikkan. Atau berjalan-jalan dengan binatang kesayangan juga bisa menyenangkan.


7. Seimbang antara istirahat dan olahraga. Kalau sudah menjalankan olahraga secara rutin, perlu di ingat juga, harus ada keseimbangan antara kegiatan fisik dan istirahat.Tidak perlu berlebihan. Latihan olahraga setiap hari selama 30  menit lebih baik daripada seminggu sekali selama 2 - 3 jam. Seberapa banyak latihan dilakukan tentu diukur dari kekuatan fisik masing-masing.


8. Ingat bahwa melakukan sesuatu lebih baik daripada tidak melakukan apapun. Banyak orang berpendapat, kalau tidak bisa melakukan olahraga  selama 30 menit akan percuma. Ini tidak benar. Olahraga selama lima menit pun akan bermanfaat, daripada tidak sama sekali. Misalnya, lima menit melakukan senam, tiga menit latihan peregangan, dua menit berjalan kaki, bahkan hanya 30 detik menarik napas dalam pun sudah merupakan usaha yang baik.


9. Carilah kegiatan fisik yang menyenangkan. Pikirkanlah jenis olahraga apa yang ingin Anda lakukan hari ini, baik di luar maupun di dalam ruangan.


Source: Majalah Intisari, no.454 - Mei 2001

Minggu, 26 Februari 2012

Buku Harian Anak Korban Perang Bosnia (BAGIAN 2)

Diantara teman-temanku dan bahkan di dalam keluargaku sendiri, terdapat juga orang Serbia, Kroasia, atau orang Muslim.

Namun sekarang politik mulai campur tangan. Dia mulai menandai dengan huruf "S" bagi orang Serbia, "M" bagi orang Muslim, dan "K" bagi orang Kroatia, yang tujuannya ingin memecah belah mereka. Untuk melaksanakan niat-nya itu, politik tersebut telah memilih menggunakan pensil peperangan yang hanya mengenal kesengsaraan dan kematian.

Mengapa politik membuat kami tak bahagia, memecah belah kami, pada saat kami sendiri mengetahui siapakah yang baik dan siapa yang jahat?

Kami bergaul dan berbaur dengan orang-orang yang baik, dan bukan orang-orang yang jahat. Diantara mereka yang baik itu, orang Serbia, orang Krotia, dan juga orang Muslim, seperti banyak juga diantara mereka itu yang jahat.

Aku benar-benar tak bisa memahami keadaan ini. Mungkin karena aku masih terlalu muda, dan politik itu dijalankan "orang-orang dewasa".

Namun aku berpikir, orang-orang muda seperti kami ini akan bisa melakukan politik itu dengan lebih baik, dibandingkan dengan orang-orang dewasa itu. Sebab sudah jelas kami tak akan memilih peperangan.


KAMIS, 3/12/1992.


Mimmy Sayang, hari ini hari Ulang Tahunku. Ulang Tahun pertamaku dalam masa perang, 12 tahun! Selamat Berulang Tahun kepadaku.

Hari ini dimulai dengan ciuman-ciuman dan ucapan-ucapan selamat. Pertama-tama ibu dan ayah, kemudian menyusul yang lain-lainnya. Ibu dan ayah menghadiahiku 3 buah kotak rias Cina ... dan isinya bunga!

Seperti hari-hari sebelumnya, listrik tetap mati, Bibi Melica datang bersama keluarganya (Kenan, Naida, dan Nihad) dan memberiku hadiah sebuah buku. Tetangga kami berkumpul pada malam harinya.

Aku mendapat hadiah dari mereka berupa permen coklat, vitamin, sabun berbentuk jantung (kecil berwarna jingga), gantungan kunci dengan foto Maja dan Bojana, sepasang anting dari batu asal Siprus dan sebuah cincin perak.

Suasananya terasa sangat menyenangkan, namun ada satu hal yang hilang. Namanya Perdamaian.

KAMIS, 8/4/1993.


Mimmy Sayang, kabar yang lebih buruk dan menyedihkan hari ini. Cicko, burung kenari piaraan kami, yang kami sayangi itu mati. Dia langsung tergeletak dengan begitu saja. Dia tak nampak sakit sebelumnya. Kematiannya itu datang dengan begitu tiba-tiba.

Biasanya dia rajin berkicau. Namun sekarang dia tak akan bisa berkicau lagi. Dia mati, mungkin sudah tak tahan dengan tekanan suasana peperangan, Cicko sudah tak ada lagi.

SELASA, 1/6/1993.


Mimmy Sayang, kemarin aku baru saja tertimpa bencana, tiap hari ini aku berharap segalanya akan menjadi lebih baik. Biar kuceritakan padamu, sarapan pagi, makan siang, begitu pula makan malam kami semuanya tak dimasak, sebab aliran gas mati sejak kemarin. Padahal listrik juga mati.

Bencana! Oh, Mimmy, aku sudah merasa tak mampu bertahan lagi! Aku benar-benar merasa capai dan putus asa memikirkan semua ini.

Ssssst! Maaf, Mimmy, aku mengumpat-umpat, tapi sebenarnya serasa aku sudah tak mampu bertahan lebih lama lagi.

SABTU, 17/7/1993.


Mimmy Sayang, hari promosi buku.

Karena aku sudah tak bersama lagi (hanya sebagian darimu saja yang berada disini), aku akan menceritakan padamu bagaimana suasana saat ini.

Suasananya sungguh menyenangkan. Pembacanya seorang gadis cilik, yang sulit dipercaya, sangat mirip dengan Linda Evangelista. Dia membaca sebagian dari dirimu, Mimmy, dan bahkan diiringi alunan piano. Bibi Irena juga berada disana, masih tetap hangat dan menyenangkan pada setiap anak.

Pada akhir acara aku membacakan pesanku. Seperti inilah apa yang kukatakan. "Dengan secara tiba-tiba dan tanpa kuinginkan, seorang menggunakan kekuatan jahatnya, yang menakutkanku, mencoba menarikku dan menyeret diriku pergi dari pantai kedamaian, dari kebahagiaan persahabatan yang indah, keceriaan bermain dan cinta. Aku merasa seperti seorang perenang yang dipaksa terjun ke dalam air yang dingin, melawan kehendakku. Aku merasa syok, sedih, juga takut, dan aku bertanya-tanya heran kemana mereka akan menyeretku pergi.

Aku heran mengapa mereka merampas pantai kedamaian inilah masa kanak-kanakku. Aku sudah biasa bergembira di bawah sinar matahari, bermain dan bernyanyi. Singkatnya aku menyenangi masa kanak-kanakku. Aku tak menginginkan yang lebih dari itu. Sekarang kekuatanku semakin lemah dan terus melemah untuk berenang di air yang dingin ini.

Oleh karena itu kembalikan aku ke pantai dunia kanak-kanakky, di mana aku merasakan kehangatan, bahagia dan gembira, seperti halnya semua anak-anak yang masa kanak-kanaknya maupun haknya untuk menikmati semua itu dihancurkan.

Satu-satunya hal yang ingin kukatakan pada setiap orang ialah, Perdamaian!

JUM'AT, 23/7/1993.


Mimmy Sayang, sejak 17 Juli, berbagai orang banyak yang berdatangan: wartawan, juru camera, reporter, dari Spanyol, Perancis, AS .... Inggris ... dan kemarin seorang kru ABC News datang juga. Mereka membuat film tentang diriku di mana aku telah mereka nobatkan sebagai "Tokoh Minggu ini." Coba bayangkan, aku seorang tokoh?

Bisakah mereka-mereka yang berada di luar dunia sana melihat juga kegelapan yang kulihat selama ini?

Seperti halnya aku tak bisa melihat diriku di TV Amerika malam ini, begitu pula kukira masyarakat dunia luar sana mungkin tak melihat kegelapan yang sedang kusaksikan. Kami seperti berada di dua ujung dunia. Hidup kami memang berbeda sekali. Dunia mereka Cerah. Sedang dunia kami kegelapan.

SENIN, 2/8/1993.


Mimmy Sayang, ada sementara orang yang mencoba membandingkan diriku dengan Anne Frank. Hal itu sangat menakutkanku, Mimmy. Aku tak mau mengalami nasib seperti Anne Frank itu.

RABU, 18/8/1993.


Mimmy Sayang, kemarin aku mendengar beberapa berita yang optimistis. "Anak-anak" (para politikus) itu menandatangani suatu persetujuan di Jenewa tentang demiliterisasi Sarajevo. Apa yang bisa kukatakan?
Bahwa aku berharap bisa mempercayainya?

Aku tak tahu bagaimana aku akan bisa mempercayainya. Sebab setiap kali aku percaya dan berharap sesuatu akan terjadi, ternyata hal itu sama sekali tak terjadi, dan setiap kali aku tak mengharapkan sesuatu itu akan terjadi, justru itulah yang terjadi.

MINGGU, 17/10/1993.


Mimmy Sayang, kemarin sahabat-sahabat kami di bukit-bukit memperingatkan kami tentang kehadiran mereka dan mereka berhasil menguasai keadaan dan bisa membunuh, melukai, dan menghancurkan....  hari kemarin benar-benar merupakan hari yang sangat mengerikan.

Limaratus sembilanpuluh serangan peluru mortir. Mulai pukul 4.30 pagi sampai sepanjang hari. Enam orang meninggal dan 56 luka-luka. Itu korban yang jatuh kemarin. Soukbunar yang menderita paling hebat. Aku tak tahu bagaimana nasib sahabatku Melica. Orang-orang mengatakan separoh gedung di daerah itu hancur rata dengan tanah.

Kami berlindung di gudang bawah tanah. Dalam gudang yang dingin, gelap dan bodoh yang sangat kubenci. Kami tetap berada disitu selama berjam-jam. Mereka tetap menghujani kota kami dengan tembakan hebat. Seluruh tetangga kami ikut bergabung berlindung dalam gudang kami itu.

Kadang-kadang aku berpikir akan lebih baik bagi mereka, kalau terus mendengar suara tembakan. Tapi sekarang ini, setiap kali kami merasa lega dan sedang beristirahat karena serangan berhenti, tiba-tiba serangan hebat itu mereka mulai lagi.

Aku bahkan mulai yakin sekarang, situasi mengerikan sekarang ini tak akan pernah berakhir. Sebab ada sementara orang yang tak menginginkan terjadinya hal itu, yaitu beberapa orang berhati iblis yang membenci anak-anak dan penduduk biasa. Kami kan tidak melakukan kesalahan apa pun. Kami ini orang-orang yang tak tahu apa-apa. Namun tak berdaya........
ZLATA FILIPOVIC.......


Source: Majalah Warnasari, no.185 - Juni 1994


BACA JUGA:
Buku Harian Anak Korban Perang Bosnia (BAGIAN 1)

Menyimpan Arsip Pribadi

ARSIP PRIBADI seperti akte kelahiran, sertifikat rumah, ijazah, dan surat-surat penting lainnya sering kali disimpan dengan cara yang semrawut sehingga sulit dicari sewaktu dibutuhkan. Bahkan arsip-arsip tersebut kadang-kadang digerogoti ngengat atau dikencingi kecoak. Untuk menanggulanginya ada baiknya Anda melakukan langkah-langkah ini:


1. Pisahkan arsip pribadi Anda dengan benda-benda lain nonarsip seperti amplop, kertas kosong, buku, majalah, dll.


2. Hindari penggunaan kertas sampul yang banyak mengandung zat asam dan klip dari logam.


3. Daftarlah arsip pribadi Anda.


4. Simpan arsip-arsip di map, kemudian masukkan ke dalam laci atau lemari.


5. Sempatkan waktu untuk membuka laci atau lemari penyimpan supaya ada sirkulasi udara.


6. Taburkan kapur barus ke laci atau lemari agar arsip tidak dimakan serangga.


7. Berikan pembatas bila sebuah arsip diambil untuk suatu keperluan dan buanglah apabila arsip sudah dikembalikan.


Source: Majalah Intisari, no.410 - September 1997

Selasa, 21 Februari 2012

Kenali Kecenderungan Remaja

TINDAKAN remaja cenderung berisiko. Itu memang salah satu bagian perkembangan. Namun, peran keluarga, terutama orang tua dalam mengarahkan kecenderungan itu tak pelak harus ada. Di bawah ini prinsip-prinsip tindakan preventif yang dapat dilakukan terhadap remaja:


1. Jadilah pemerhati dari perubahan perilakunya. Tanda-tanda bahaya akan diperlihatkan, seperti kemarahan yang berkepanjangan, agresivitas, hilangnya teman, hilangnya minta bersekolah. Kalau ada sinyal-sinyal itu, penyebabnya harus segera dicari.


2. Lakukan inisiatif sedini mungkin. Remaja bermasalah tidak akan meminta pertolongan sebelum benar-benar mengalami krisis. Selain itu, mereka belum mampu menganalisis dan menyatakan apa-apa yang dirasakannya dalam bentuk kata-kata. Soalnya, mereka masih dalam proses perkembangan kognitif. Orang tua dapat melakukan intervensi dengan cara-cara yang halus, tanpa melanggar privacy dan tanpa mengambil alih tanggung jawab yang merupakan bagian penting dalam proses pematangan jiwanya.


3. Orang tua sebaiknya terlibat penuh. Untuk mengembangkan hubungan baik, dibutuhkan suatu empati emosional dan bukan sekedar pengertian intelektual.


4. Jadilah pendengar yang baik. Remaja mengalami kesulitan membicarakan perasaannya kepada orang dewasa. Mereka memerlukan pendengar yang sabar yang mampu mengajukan pertanyaan khas penuh empati (mengerti dan ikut merasakan). Untuk mengatasinya, orang tua bisa saja memintanya untuk menggambar dan menulis puisi.


5. Kenalilah lembaga-lembaga di sekitar Anda yang dapat menolong. Dengan lembaga itulah Anda dapat berkonsultasi dan bekerja sama menolong anak remaja. Jika diperlukan, Anda bisa juga mengirimnya ke psikolog, psikiater, guru pembimbing sekolah, atau pekerja sosial.


Jadi, yang terpenting dalam membina remaja, libatkan mereka dalam menentukan keputusan mereka sendiri, dan katakan hal yang sebenarnya dalam menangani faktor-faktor yang menentukan kesehatannya. Tanggung jawab individu dan sosial harus ditekankan, sebab hal itu akan mendorongnya untuk menentukan pilihan yang lebih baik terhadap gaya hidupnya.


Source: Majalah Intisari, no.370 - Mei 1994

Kiat Sukses Belajar Matematika

MATEMATIKA sering dianggap mata pelajaran sulit bagi sebagian murid SD hingga sekolah menengah. Bila anak kita mengalami kesulitan belajar matematika, ada baiknya ajak mereka mencoba kiat berikut:


1. Tanamkan pada anak, matematika itu penting. 


Matematika menunjang kehidupan sehari-hari maupun iptek. Sukar dibayangkan bila seseorang tidak bisa mengenali angka atau menghitung paling sederhana sekalipun. Atau, kemajuan teknologi tanpa dibarengi kemajuan matematika.


2. Ajaklah anak mempelajari hal-hal menarik dan menggelitik rasa ingin tahu.


Misalnya, membaca rubrik tentang Matematika atau Fisika di media massa seperti majalah dan koran.


3. Latih daya tahan anak menyelesaikan soal matematika.


Belajar matematika terasa sulit di depan, tetapi kalau "sudah masuk" sering lupa berhenti. Latih anak tidak mudah menyerah.


4. Ajari anak mengotak-atik soal. 


Kalau menghadapi soal pembuktian yang sulit, misalnya "jika P maka Q", mintalah dia membaliknya menjadi "jika Q maka P". Dengan cara ini soal pembuktian yang sulit bisa jadi mudah.


5. Ajak anak mencanangkan dua "wajib".


Wajib mempelajari yang sudah dijelaskan. Wajib menyiapkan yang hendak dijelaskan.


6. Libatkan anak dalam proses belajar-mengajar di sekolah dengan sepenuh hati.


Termasuk mengikuti penjelasan guru dengan senang hati dan aktif menjawab semua pertanyaan dan tugas dari guru.


7. Ajaklah anak mengerjakan tugas atau PR hingga paham.


8. Ajaklah anak saling bertukar kuis buatan sendiri dengan teman dan menjawabnya.


Jawaban kuis diperiksa oleh masing-masing pembuat kuis.


9. Arahkan anak untuk membuat catatan lengkap dan rapi, ringkasan konsep dan rumus penting.


Source: Majalah Intisari, no. 462 - Januari 2002

Senin, 20 Februari 2012

Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes

Susahnya jadi penderita kencing manis adalah harus membatasi konsumsi makanan berkarbohidrat, seperti nasi atau roti. Padahal, nasi merupakan makanan utama. Bagaimana caranya agar merasa kenyang sekalipun konsumsi nasi terbatas, dipaparkan dr. Elvina Karyadi berkut ini.


MAU TIDAK MAU, penderita kencing manis (diabetes mellitus) mesti berdiet. Baik golongan penderita yang bergantung pada insulin) maupun tidak (NIDMM atau PTBI: penderita tidak bergantung insulin).


Para PTBI dapat disembuhkan cukup dengan mengatur pola makannya, yakni dengan diet rendah karbohidrat. Namun pola diet macam ini bisa mendatangkan masalah jika diberikan tidak secara hati-hati kepada PBI. Soalnya, pengidap PBI kebanyakan anak-anak dan remaja yang sedang sangat membutuhkan kalori, terutama dari karbohidrat. Hingga harus diatur betul agar porsi kalori terbatas dan dosis insulin tetap menjamin pertumbuhan fisiknya secara optimal.


Diet ini terutama bermanfaat mencegah meningginya kadar gula darah penderita. Di samping itu juga menjaga kecukupan asupan (intake) asam amino dan lemak sesuai pedoman diet, sehingga bisa mengurangi risiko komplikasi dan menumpuknya badan keton hasil metabolisme lemak. Dengan berdiet berat badan normal akan terjaga, sedangkan tubuh tetap mendapatkan cukup asupan energi.


Diet rendah karbohidrat


Tenaga yang dihasilkan bahan makanan diukur dalam satuan kalori. Satu gram lemak menghasilkan 9 kalori, sedangkan 1 g karbohidrat atau protein bernilai 4 kalori. Jadi, lemak merupakan zat gizi padat kalori dan kalau berlebihan bisa mempertinggi risiko penyakit jantung koroner.


Bagi penderita diabetes, karbohidrat merupakan zat gizi terpenting yang perlu diperhatikan takarannya. Sebab lebih dari separuh kebutuhan energi bagi tubuh diperoleh dari karbohidrat. Ada dua golongan karbohidrat, yakni karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Disebut demikian karena yang pertama ikatan kimiawinya memiliki lebih dari satu rantai glukosa, sedangkan yang kedua hanya satu.


Bila kita mengkonsumsi makanan berkarbohidrat kompleks, seperti roti, maka zat ini akan diuraikan menjadi rantai tunggal glukosa, baru kemudian terserap ke dalam aliran darah. Sesudahnya, kadar gula darah memang akan naik, tapi tidak kelewat cepat dan naiknya tidak banyak. Sebaliknya, jika kita mengkonsumsi makanan berkarbohidrat sederhana, seperti selai, jelly, minuman ringan, maka kadar gula darah segera melejit, karena gula bisa langsung memasuki sistem aliran darah.


Makanya, penderita diabetes dianjurkan menghindari makanan mengandung karbohidrat sederhana yang cepat terserap. Seperti gula pasir, gula jawa, manisan, permen, coklat, biskuit, sirup, minuman ringan, susu kental manis, es krim. Mereka dianjurkan mengkonsumsi sumber karbohidrat berserat alami, seperti roti yang mengandung biji gandum, biskuit berserat, sayuran, kacang-kacangan, dan buah segar.


Penderita sangat disarankan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter atau ahli gizi sebelum berdiet, agar dietnya benar sehingga berhasil sembuh. Lebih-lebih lagi lantaran pola diabetes untuk orang Indonesia agak berbeda dengan versi diet serupa di negara Barat, yang biasanya mengandung 40 - 50% karbohidrat, 30 - 35% lemak, dan 20 -25% protein (Diet A). Menurut penelitian Askandar Tjokroprawiro, Diet B yang berkomposisi 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein - lebih pas buat kita.


Diet B selain mengandung karbohidrat agak tinggi (68%) juga kaya serat dan rendah kolesterol. Ini sesuai dengan hasil penelitian di luar negeri bahwa diet tinggi karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.


Tingginya serat dalam sayuran A dan B dapat menekan kenaikan kadar glukosa darah dan kolesterol darah sesudah makan.


Setiap 100 g sayuran A mengandung 50 kalori, yang terdiri atas 3 g protein dan 10 g karbohidrat. Contohnya bayam, buncis, daun melinjo, daun pepaya, labu siam, daun beluntas, daun ubi jalar, daun singkong, jagung muda, kacang panjang, nangka muda, pare, wortel.


Kembang Kol
Sayuran B mengandung sedikit kalori, protein, dan karbohidrat. Sayuran ini dapat dimakan agak bebas, asalkan jumlahnya wajar. Seperti kembang kol, taoge, ketimun, rebung, jamur segar, seledri, kangkung, pepaya muda, daun labu siam, selada, gambas, lobak, cabai hijau besar, kecipir, labu air, terung, tomat, sawi.


Bawang merah, bawang putih (berkhasiat 10 kali bawang merah), dan buncis baik sekali jika ditambahkan dalam diet diabetes, karena dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah. Hanya saja, konsumsi buncis cukup 3 kali 50 - 200 g per hari. Konsumsi buah-buahan lebih dianjurkan yang kurang manis. Misalnya, pepaya, kedonding, salak, pisang, apel, tomat, semangka. Buah manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, harus dibatasi.


Susunan diet B ini pada prinsipnya dapat diberikan kepada semua penderita diabetes. Namun, penderita dengan komplikasi pada ginjal (nefropati diabetik) perlu diberi pola diet lain.


Dalam melaksanakan diet diabetes hendaknya penderita mengikuti pedoman 3 J, yakni Jumlah, Jadwal, dan Jenis. Silakan buka kembali artikel Mengendalikan diabetes dengan diet 3 CARA (3J)


Diet PBI lebih kompleks


Bagi para PBI, pengaturan dietnya lebih kompleks, karena penderita juga harus mendapatkan insulin setiap hari. Prinsipnya, harus ada keseimbangan antara diet, kegiatan fisik, dan jumlah insulin yang disuntikkan. Untuk itu diperlukan beberapa syarat. Asupan energi mesti sesuai umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan, kegiatan fisik, dan proses tumbuh kembang. Sebagai pedoman, bila berat badan dan kegiatan normal untuk anak-anak sampai usia 12 tahun, maka rumus kecukupan kalorinya adalah 1.000 kkal + umur (tahun) x   100 kkal. Contohnya, anak penderita diabetes usia 10 tahun membutuhkan kalori: 1.000 + (10) x 100 = 2.000 kkal.


Proporsi karbohidrat terhadap energi tidak banyak berbeda dengan makanan anak sehat, yakni 60 - 70%. Selain itu, gula dan makanan bergula sangat dibatasi.


Proporsi protein terhadap energi adalah 15 - 20%. Sementara proporsi lemak terhadap energi adalah 20 - 25%, diutamakan lemak tidak jenuh ganda. Asupan lemak jenuh dan kolesterol dibatasi. Makanan mesti cukup mineral dan vitamin serta mengandung banyak serat untuk memberi rasa kenyang.


Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan. Jika penderita diberi suntikan insulin regular "kerja singkat" 3 kali sehari, maka baik makanan utama maupun selingan di berikan 3 kali sehari. Porsi makanan pagi sebesar 15 - 20% dari jumlah makanan sehari, sedangkan makanan siang dan malam masing-masing 30%. Seluruh makanan selingan merupakan 20 - 25% dari jumlah makanan sehari. Makanan selingan di berikan pada pkl. 10.00, 16.00, dan 21.00.


Bila penderita diberi insulin "kerja lama", seperti PZI (protamin zinc insuline), makanan utama diberikan 4 kali sehari dalam jumlah kurang lebih sama dan makanan selingan 2 kali sehari.


Kecukupan diet bagi anak penderita diabetes dapat dinilai dengan mengamati apakah pertumbuhannya normal dan apakah ia merasa kenyang.




Komposisi Diet Diabetes Versi Diet A dan Diet B

Komposisi                                  DIET A                              DIET B

Karbohidrat                                   50%                                  68%
Protein                                          20%                                 12%
Lemak                                           30%                                 20%
Rasio lemak tak jenuh:jenuh            0,6                                  1,0
Kolesterol per hari                         500 mg                          100 - 150 mg
Serat*                                         Sayuran A                         Sayuran A dan B
Frekuensi per hari                          3 kali                                6 kali
Distribusi per hari**                    30%, 40%, 30%                    20%-10%-25%
                                                                                        10%-25%-10%

Catatan:
* Sayuran A mengandung 6% karbohidrat
  Sayuran B mengandung 3 % karbohidrat

** Jarak makan: 3 jam
Source: Majalah Intisari, no.381 - April 1995

Hidup Sehat Bersama Diabetes (BAGIAN 2)

IBARAT BUSI MACET

DULU orang percaya bahwa biang keladi diabetes mellitus itu kurangnya produksi hormon insulin dari sel kelenjar pulau Langerhans di pankreas. Macetnya produksi  ini bisa karena atrofi (penyusutan) sel-sel penghasil hormon itu sejak orang dilahirkan, karena sifat yang diturunkan. Bisa juga karena serangan virus di pulau itu, atau sebab lain yang tidak jelas.

Ternyata kemudian, ada penderita diabetes yang meskipun insulinnya cukup, tapi tetap saja menderita. Sakit betul tidak, sehat betul juga tidak. Badan lekas capek, kekurangan tenaga. Dalam hal ini, tubuhnyalah yang kurang bereaksi secara efisien terhadap kehadiran insulin. Tubuh tidak mampu mengoksidkan glukosa menjadi energi, walalupun sudah (masih) ada insulin cukup.

Baik kekurangan insulin maupun ketidakmampuan mengoksid glukosa, semuanya membuat pasien tidak sembuh dari "penyakit" gula, tapi hidup bersama secara rukun dengan "penyakit" itu, sampai akhir hayat dikandung badan.

Bagaimana duduknya perkara, kekurangan insulin membuat badan lekas capek kekurangan tenaga?

Glukosa bagi tubuh boleh diibaratkan bensin dalam mobil. Mereka baru menghasilkan tenaga kalau dibakar. Dalam mesin mobil, bensin dibakar oleh loncatan api listrik dalam busi. Dalam tubuh kita, glukosa dibakar oleh insulin sebagai katalis, tukang sulut proses. Persis seperti loncatan api dalam busi yang membakar bensin, ia menyulut proses, tapi ia sendiri tidak terlibat didalamnya. Proses pembakaran dilakukan dengan oksigen dari udara yang masuk melalui paru-paru dan diedarkan oleh butir-butir darah merak ke seluruh tubuh.

Walaupun bahan bakar bensin ada, tapi kalau loncatan api dalam busi macet (karena kondensornya memble misalnya), maka mobil tidak mempunyai tenaga.

Begitu juga dalam tubuh. Walaupun bahan bakar glukosa ada, tapi insulin tukang sulutnya kurang (atau oksigennya kurang), maka tubuh tidak mempunyai tenaga. Oksidasi glukosa yang seharusnya menghasilkan energi tidak jalan.

Pembakaran bensin dalam mobil baru menghasilkan tenaga besar kalau supply udara (berisi zat pembakar oksigen) seimbang dengan bensin. Kalau bensinnya membludak, sedang udaranya tidak, maka mesin tidak nyamber. Begitu juga pembakaran glukosa dalam tubuh. Kalau glukosanya membludak, sedangkan suplai oksigen dalam darah tidak seimbang, tubuh tidak "menyala" tenaganya.

Glukosa yang berhasil dioksidkan akan menjadi air (keringat) dan CO2 (asam arang) yang larut dalam keringat itu. Proses ini menghasilkan tenaga yang nampak pada sejumlah kalor yang lepas. Itulah sebabnya orang yang sedang mengerahkan tenaga jadi berkeringat.

INSULIN, ANTIDIABETIK, DAN GANGREN

HORMON INSULIN diproduksi oleh sel beta dari pulau Langerhans pada pankreas. Pada awalnya insulin adalah prekursor polipeptida yang dinamakan preproinsulin. Selanjutnya oleh pankreas hormon ini segera diubah menjadi proinsulin. Di dalam sel beta secara spontan terbentuk heksamer yang terikat oleh dua ion seng dan satu ion kalsium. Glukosa merangsang pelepasan insulin.

Di Indonesia, insulin dipasarkan oleh beberapa industri dalam bentuk injeksi. Insulin tidak dapat diberikan secara oral karena akan dirusak oleh enzim protease dalam saluran cerna.

Ada beberapa jenis sediaan insulin baik yang dari pankreas manusia, sapi, dan mikroteknologi (kebanyakan dari insulin manusia). Sediaan insulin ini ada yang awal kerjanya cepat atau lambat, ada yang pendek, panjang dan sangat panjang. Di luar negeri sedang dikembangkan insulin intranasal (lewat hidung) dan oral (di dalam matriks yang dapat melindungi insulin dari kerusakan enzim protease).

Insulin termasuk obat keras dan hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Sebaiknya insulin disuntikkan oleh dokter atau perawat dengan alat suntik khusus lewat intramuskular (di dalam otot) atau subkutan (bawah kulit). Insulin harus disimpan di tempat dingin (2 - 5 derajat Celcius), bukan dalam freezer, dan jangan di tempat yang terkena cahaya matahari atau panas.

Obat oral antidiabetik (OAD) diperlukan terutama bagi PTBI. Umumnya OAD termasuk golongan sulfonilurea dan binguanida.

Kepatuhan penderita dalam menggunakan insulin maupun OAD menentukan keberhasilan pengobatan. Sebaiknya penderita tidak mudah mengobati dirinya sendiri, sering memeriksakan kadar glukosa atau keton dalam darah atau urine. Namun, perlu diingat, ada beberapa obat atau vitamin yang dapat mengganggu pemeriksaan glukosa urine sehingga bisa mendapatkan hasil semu positif. Misalnya, vitamin C, beberapa macam antibiotik serta golongan gula galaktosa, fruktosa, dan laktosa.

Hendaknya penderita tidak sembarangan menggunakan obat lain yang mudah mempengaruhi kenaikan kadar glukosa darah tanpa sepengetahuan dokter, misalnya kortikosteroid, siproheptadin, diuretika, beta dokter, dan kontrasepsi oral. Obat lain sebaiknya tidak berupa sirup. Sayangnya, industri farmasi di Indonesia tidak banyak membuat atau menyediakan sediaan sirup obat khusus untuk diabetes mellitus.

Salah satu hal yang paling dikhawatirkan penderita kencing manis ialah terjadinya gangren (kematian dan pembusukan jaringan). Dilaporkan, gangren 50 kali sering terjadi pada penderita DM daripada yang bukan. Walaupun antibiotik sudah berbagai macam jenisnya, hampir 50% penderita gangren pada kaki penderita DM di AS diamputasi.

Untuk menghindari gangren, pasien hendaknya setiap hari memeriksa kakinya menggunakan cermin. Gosoklah kaki dengan minyak nabati, lanolin, atau minyak perawatan kaki lainnya untuk menjaga kulit tetap lunak dan tidak kering. Bila kulit kering, mudah pecah, dan terbuka akan mudah terinfeksi.

Untuk menghilangkan minyak nabati atau lanolin tadi dapat digunakan alkohol sekali seminggu. Jangan digunakan adstringensia yang bersifat asam/basa ataupun obat keratolitika. Hindari menyikat, mengiris kulit kaki, memotong kuku terlalu pendek, sebab itu akan memudahkan terjadinya infeksi. Hindari panas yang berlebihan atau menggunakan alat pemanas pada kaki. Perawatan gigi dan mata tidak kalah penting bila timbul kelainan.

Source: Majalah Intisari, no.381 - April 1995

Sabtu, 18 Februari 2012

Hidup Sehat Bersama Diabetes (BAGIAN 1)

Sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi. Namun dengan kepatuhan, kedisiplinan, dan kemauan mengontrol diri dalam berdiet, berolahraga, dan memeriksakan diri ke dokter, hidup sehat dengan kencing manis (diabetes mellitus) bukan sesuatu yang mustahil.


PAK DODI MINO (sebut saja begitu) sering mengeluh susah tidur. Kalau malam hari sebentar-sebentar ingin buang air kecil. Nafsu makan pria berusia 50 itu menurun, tetapi rasa haus sering tidak tertahankan. Sampai-sampai ia bolak-balik membuka lemari es. Macam-macam minuman yang ada didalamnya habis diminumnya dalam beberapa hari. Namun, badannya semakin lesu dan lemas. Dalam satu bulan berat badannya turun sampai 10 kg.


Pada awalnya dokter menduga ia menderita lesu darah atau hipertiroid. Penyakitnya mulai ketahuan ketika pada suatu pagi pandangan matanya kabur dan ia sempoyongan, tapi tidak sampai pingsan. Setelah diperiksakan, ternyata kadar gula dalam darahnya tinggi, 500 mg/dl (normalnya 80 - 120 mg/dl.). Kesimpulannya, ia mengidap penyakit diabetes mellitus (DM), atau lebih populer dikenal sebagai sakit gula atau kencing manis. Untuk itu beristirahat dan berdiet makanan ketat harus dilakukannya.


Dengan kepatuhan dan kedisiplinannya yang tinggi, bersama penyakit diabetesnya Pak Dodi tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya dengan baik layaknya manusia sehat lainnya.


Bagaimana seluk-beluk dan perawatan penyakit kencing manis ini?


Dikerumuni semut


Tingginya kadar gula dalam darah pada penderita sakit gula terjadi akibat hormon insulin, dikeluarkan oleh sel-sel beta dari pulau Langerhans pada pankreas, yang bertugas mengatur kadar gula (glukosa) dalam darah menjadi sarat dengan glukosa (lihat boks "Ibarat Busi Macet"). Kemudian oleh ginjal - yang tugasnya menyaring dan mengeluarkan "sampah" dari darah dan air - kelebihan itu sebagian dikeluarkan melalui air seni. Itu sebabnya air seni penderita sakit gula bisa mendatangkan kerumunan semut.


Apakah penderita kencing manis seperti Pak Dodi lalu membutuhkan suntikan insulin?


Jawabannya, tidak selalu. Perlu tidaknya suntikan insulin tergantung pada jenis DM yang diidap.


Jika diketahui seseorang menderita insuline dependant diabetes mellitus (DM-tergantung-insulin), suntikan insulin selalu dibutuhkan. Jenis ini umumnya justru menyerang anak-anak atau remaja karena faktor keturunan. Namun tingkat kejadiannya (prevalensi) hanya kurang lebih 10 persen dari seluruh penderita DM.


Munculnya penyakit pada PBI begitu tiba-tiba. Ia mendadak merasa sangat haus dan lapar, lalu sering buang air kecil. Tapi berat badan turun drastis, badan lemas dan capek, merasa mual, pandangan mata kabur, dan terus mengantuk. Itu semua karena tubuhnya tidak mampu memproduksi cukup insulin. Makanya, sepanjang hayat ia terus membutuhkan suntikan insulin.


Beda dengan penderita PTBI (penderita tidak bergantung insulin atau non-insuline dependant diabetes mellitus). Kebanyakan tidak membutuhkan insulin. Tubuhnya tetap memproduksi insulin, hanya saja jumlahnya tidak mencukupi, atau tubuh tidak lagi bisa menggunakannya dengan baik. Justru PTBI inilah yang paling sering ditemui pada penderita diabetes (90% penderita diabetes adalah PTBI).


PTBI bisa karena faktor keturunan. Namun kemunculannya kebanyakan di atas usia 40, terutama pada orang yang berbadan gemuk. Serangannya sering kali tanpa terasa, karena gejalanya bisa bertahun-tahun. Namun, sering merasa kaku atau kebal pada kaki dan tangan atau gatal-gatal, bisa merupakan tanda-tanda awal serangan. Tanda lain, kalau luka pada kaki, lama sembuhnya. Penderita sering terkena infeksi kulit, timbul rasa gatal di kemaluan pada bekas kencing.


Perawatan bagi PTBI umumnya cukup dengan mengatur pola makannya, yakni dengan diet rendah karbohidrat (lihat "Diet Sehat Penderita Diabetes") dan berolahraga, walaupun pada pasien tertentu di perlukan obat atau suntikan insulin.


Selain itu, ada juga penyakit kencing manis karena gangguan toleransi glukosa (IGT), yang juga disebut borderline diabetes atau pradiabetes. Ini terjadi bila kadar gula dalam darah cukup tinggi, namun masih dalam ambang batas normal. Tentu saja penderita harus mulai waspada.


Ada lagi, DM karena kehamilan. Umumnya gejala akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Namun menurut Federasi Diabetes Sedunia, setengah dari wanita yang saat hamil kadar gula darahnya tinggi, di kemudian hari diketahui sebagai PTBI atau PBI.


Seperti sudah disebut, penderita kencing manis (baik PBI maupun PTBI) bisa karena faktor keturunan, di samping faktor kegemukan, pola makan yang tak sehat, dan lingkungan. Bila saudara kembar Anda berpenyakit DM, Anda pasti terkena. Bila kedua orang tua Anda berpenyakit DM, dapat dipastikan Anda 100% menderita DM. Jika salah satu orang tua Anda menderita DM, tapi nenek atau kakek tidak, kemungkinan terkena 60%. Kalau ayah atau ibu terkena DM, dan salah satu saudara kandung Anda terkena, kemungkinannya 50%. Salah satu orang tua dan salah satu bibi atau paman terkena DM, kemungkinannya 35%. Seorang saudara kandung terkena DM, kemungkinan Anda terkena 25%.


Produk Kemajuan


Dari hasil berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia, menurut Perkeni (Persatuan Endokrinologi Indonesia) kita mendapat gambaran bahwa penyakit DM tidak pandang tempat dan usia. Angka prevalensi penderita DM, 1,5 - 2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. Diperkirakan tahun 2020 nanti, dengan asumsi prevalensinya 2% terdapat 3,56 juta pasien DM dari 178 juta penduduk usia 20 tahun ke atas.


Menurut catatan WHO sejak pertengahan tahun 80-an penderita DM meningkat 3 kali lipat. Tahun 1993 lebih dari 100 juta penduduk dunia terserang DM. Semakin meningkatnya jumlah penderita DM antara lain disebabkan oleh usia harapan hidup yang semakin tinggi dan gaya hidup serta kebiasaan makan yang tidak mengikuti pola makan yang sehat, terutama di kota-kota besar dan negara maju.


Apakah angka tersebut dapat diturunkan atau paling tidak dipertahankan? Menurut Perkeni, yang terpenting pelayanan dan pengetahuan rinci tentang penyakit ini perlu terus disampaikan kepada masyarakat. Ini mengingat kesadaran akan bahaya penyakit ini masih rendah.


Pengetahuan itu antara lain tentang kapan seseorang perlu mengecek kadar gula darah, bagaimana perawatannya setelah terkena DM, bagaimana mengendalikan kadar gula dalam darah agar tidak meninggi, lalu bagaimana mencegah komplikasinya.


Tes Glukosa


Ada cara mudah untuk mengetahui apakah urine Anda mengandung kadar gula yang tinggi atau tidak. Dekatkan saja air seni pada semut. Bila semut datang mengerumuninya, berarti air seni Anda positif mengandung gula.


Cara yang lebih "canggih" ialah dengan glukotest berupa tongkat kecil berlapis kertas khusus yang bisa dibeli di apotek. Celupkan alat itu ke dalam air seni. Selang beberapa menit akan muncul warna pada kertas yang membedakan tingkat ketinggian gula darah. Warna kuning menandakan kadar gula normal. Selanjutnya, semakin hijau semakin tinggi kadar gulanya.


Bisa juga mencampur air seni dengan cairan Fehling atau Benedict lalu dipanaskan sampai mendidih sehingga terjadi perubahan warna pada larutan tersebut. Jika warnanya hijau, berarti ada kecenderungan mengidap DM. Kuning artinya kadar gula cukup tinggi, sedangkan warna merah sangat tinggi.


Namun, hasil yang lebih pasti tentu lewat pemeriksaan darah dan urine di laboratorium. Pengambilan darah di lakukan dua kali, yakni dalam keadaan puasa dan 2 jam setelah makan. Bila kadar gula darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl (baik: 80 - 120 mg/dl) dan 2 jam setelah makan kadar gula lebih dari 200 mg/dl (baik: 80 - 160 mg/dl), menandakan adanya gejala DM. Hasilnya semakin pasti apabila pemeriksaan urine pun positif.


Pemeriksaan yang lebih rinci dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) di lab. Selama pemeriksaan, pasien beristirahat dan dilarang merokok. Dengan cara ini hasilnya mendekati kenyataan.


Awas komplikasi!


Bila Anda ketahuan mengidap DM, sebaiknya jangan menganggap sepele. Perawatan serta pengontrolan penyakit DM amat penting dilakukan agar terhindar dari komplikasi. Untuk itu disarankan seminggu sekali Anda mengecek kadar gula dalam darah dan urine.


Komplikasi memang merupakan momok bagi para penderita DM, karena DM merupakan salah satu kemungkinan penyebab kebutaan pada kaum usia setengah baya, Retinopati, katarak, dan glaukoma adakah komplikasi pada mata yang bisa terjadi. Retinopati, kelainan pada pembuluh darah retina, bisa mengakibatkan kebutaan kalau tidak segera ditanggulangi.


Komplikasi lain ialah neuropati. Yang ini bisa mengakibatkan impotensi atau kehilangan rasa pada beberapa bagian tubuh karena fungsi saraf menurun atau hilang sama sekali. DM bisa juga menyebabkan perubahan pada pembuluh darah ginjal sehingga ginjal mudah terganggu bahkan rusak (nefropati).


Pada penderita DM berat, pembuluh darah cepat menua, menyempit dan kaku sehingga daerah tertentu kurang mendapat pasokan darah (eskemia). Akibatnya, daerah itu kurang mendapat makanan, oksigen, dan kebutuhan zat-zat lain. Kalau tidak cepat ditanggulangi, bisa menimbulkan gangren, yakni rusak dan membusuknya jaringan. Yang terkena biasanya bagian ujung-ujung kaki atau tangan. Untuk mencegah menjalarnya pembusukan biasanya bagian itu diamputasi.


Komplikasi lain ialah timbulnya penyakit jantung koroner (PJK) akibat terjadinya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Risiko terkena PJK pada pria 2 - 3 kali lebih besar daripada wanita. Radang paru-paru, mulut dan gigi, gangguan reproduksi, dan kemampuan seksual menurun, termasuk komplikasi DM.


Pasien akan menghadapi kondisi sangat fatal kalau sampai mengalami diabetic ketocidosis, akibat kadar gula dalam darah begitu tinggi. Situasi ini bisa menyebabkan penderita koma atau jiwanya tidak tertolong lagi.


Yang tidak kalah fatalnya kalau sampai terjadi sebaliknya, hipoglikemia atau insuline shock. Penderita merasa lemas, berkeringat, mual dan bisa pingsan. Bila tidak cepat diatasi, bisa menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi akibat penggunaan insulin atau obat diabetes yang tidak terkontrol (berlebihan) sehingga kadar gula turun drastis. Cara mengatasinya pasien segera diberi minuman berkadar gula atau setidaknya permen.


Perlu "kumpul-kumpul"


Sebenarnya komplikasi ataupun kondisi seperti itu tidak perlu terjadi. Asalkan penderita mau mengontrol diri secara ajek, melakukan diet menurut anjuran dokter atau ahli gizi, menjaga kondisi tubuh dengan olahraga yang seimbang, menjaga berat badan selalu seimbang, dan makan obat sesuai petunjuk dokter.


Umumnya pengelolaan penderita DM dimulai dengan pengaturan makan untuk berapa waktu (4 - 8 minggu), disertai kegiatan fisik yang cukup. Kalau ini dilakukan dengan baik namun kadar glukosa darah belum memenuhi kadar sasaran metabolik, pasien diberi obat penurun glukosa darah secukupnya, berupa oral atau suntikan.


Jangan lupa, peranan penderita sangat penting dalam upaya merawat dirinya sendiri. Meskipun pelayanan dari pihak medis juga diperlukan terutama dalam memberikan edukasi, dorongan semangat, serta kepercayaan diri. Dukungan keluarga penderita juga dibutuhkan dalam membantu proses edukasi.


Selain membaca buku panduan tentang penyakit DM, mengadakan suatu forum ceramah, "kumpul-kumpul", atau semacamnya bagi penderita DM, merupakan satu langkah yang baik. Tujuannya terutama agar penderita sakit gula tidak merasa sendirian. Penyakit ini memang tidak bisa disembuhkan, namun tidak perlu sampai harus mengurangi aktivitas sehari-hari. Menerima hidup bersama diabetes mellitus, hidup rukun dengan pasangan, patuh dan disiplin pada nasihat ahlinya, merupakan kunci perawatan penyakit menahun ini.


Bersambung - HIDUP SEHAT BERSAMA DIABETES (BAGIAN 2)

Jumat, 17 Februari 2012

Tidak Bodoh Tetapi Tinggal Kelas

Begitu tahu angka IQ anak di atas rata-rata, biasanya langsung diambil kesimpulan, ia pasti cerdas di kelas. Padahal menurut survei Departemen P dan K, sebagian besar anak SD yang tinggal kelas IQ-nya normal, bahkan di atas rata-rata. Ini pasti ada sebabnya.


SEORANG IBU MUDA bergegas keluar dengan mata berkaca-kaca dari ruang kelas 3 sebuah sekolah dasar, tempat anaknya bersekolah, gara-gara anak sulungnya ini tidak naik kelas. Sebetulnya bisa dimaklumi, sebab nilai rapornya banyak yang jeblok, bahkan nyaris "kebakaran" karena banyak merahnya.


Tapi si ibu tidak bisa maklum karena ia yakin anaknya bukan tergolong bodoh, mengingat angka IQ-nya di atas rata-rata. "Kenapa hal itu bisa terjadi?" si ibu terus bertanya-tanya.


Ibu dan anaknya itu rupanya tidak "menderita" sendirian. Dari laporan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1996 menyatakan, angka mengulang di kelas-kelas awal SD memang cukup tinggi; 16,7% di kelas I, 12,4% di kelas 2, dan 10,6% di kelas 3. Sedangkan kelas 4 sampai dengan kelas 6 persentasenya menurun; 8,5% di kelas 6. Sebagian besar anak yang tinggal kelas itu ternyata angka IQ-nya tidak di bawah rata-rata.


Potensi ibarat kendi


Anak yang tinggal kelas sering dicap sebagai anak bodoh. Ini tentu anggapan serampangan sebab kenyataannya tidak selalu demikian. Mestilah dilihat kasus per kasus. Setidaknya ada dua segi yang bisa dikaji dengan saksama untuk mencari penyebabnya, yaitu faktor psikologis dan fisiologis anak.


Dari sudut psikologis dapat dilihat selain IQ juga kondisi keluarga dan lingkungan tempat tinggal, serta pergaulan dan lingkungan sekolah. Dari segi fisiologis perlu ditengok faktor kesehatan si anak; umumnya faktor gizi dan gangguan penglihatan maupun pendengaran sangat mengganggu prestasi sekolah anak.


Dalam psikologi pendidikan dikatakan, anak-anak yang tinggal kelas umumnya tergolong sebagai anak yang underachiever atau tidak terpenuhi kebutuhannya. Prof. Dr. Conny Semiawan, seorang pakar pendidikan, lebih jauh menjelaskan bahwa anak yang underachiever dalam kesehariannya kurang mendapat pengarahan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya saja, si anak senang sekali membaca tetapi di rumah tidak atau kurang disediakan sarana bacaan yang sesuai dengan usianya. Atau si anak gemar sekali musik, namun orang tua tidak memperbolehkannya ikut les musik karena takut mengganggu pelajaran sekolahnya.


Sebagai gambaran, Conny Semiawan mengibaratkan otak atau potensi seorang anak cerdas-berbakat bagaikan sebuah kendi besar. Kalau kendi itu tidak diisi penuh, anak bisa membuat masalah. Anak yang berinteleligensi jauh lebih tinggi dari rata-rata teman sekelasnya, akan merasa hampir setiap pelajaran membosankan karena daya tangkapnya juga lebih cepat di bandingkan dengan teman-temannya.


"Kalau guru sedang menerangkan sesuatu yang mungkin bagi murid lain belum dimengerti, anak ini sudah terlebih dahulu menangkapnya. Akibatnya, ia mudah bosan, malas, dan mempunyai lebih banyak waktu untuk mengganggu teman serta mengabaikan gurunya. Anak seperti ini menjadi nakal di kelas dan tidak disenangi oleh guru maupun teman-teman sekelasnya," jelas Conny Semiawan. Barangkali anak dengan kategori semacam ini akan menjadi lebih serius kalau diberi pelajaran yang lebih banyak menuntut pemikirannya, sehingga apa yang dilakukan dia rasakan mengasyikkan.


Jadi, angka IQ di atas rata-rata tidak menjamin keberhasilan prestasi sekolah anak yang bersangkutan kalau "kendi"-nya tidak diisi penuh.


Orang tua penuntut


Faktor psikologis lain yang tidak kalah penting adalah emosi. Sikap ambisius orang tua sering kali membuat anak terkungkung dalam situasi yang menekan, bahkan terkadang menyiksa. Ambisi itu misalnya berupa sikap menuntut si anak berprestasi melebihi teman-temannya. Kalau si anak mendapat nilai 6 untuk suatu pelajaran, ia sudah dianggap gagal atau bodoh. Kemudian anak itu dimaki-maki atau tidak jarang dihukum dengan tindakan fisik, misalnya ditampar, dipukul, dikurung di kamar mandi (sampai si anak masuk angin, dan orang tuanya bingung sendiri), dll.


Situasi menekan lainnya yang juga sering dialami anak misalnya terus dijejali dengan berbagai les pelajaran sekolah. Atau, begitu pulang sekolah harus langsung belajar sampai petang hari sehingga ia tidak punya kesempatan untuk bermain. Kalau situasi yang menekan dan menyiksa ini berlangsung terus-menerus, anak yang bersangkutan bisa dihinggapi rasa takut pergi ke sekolah karena terus diliputi kekhawatiran. Sikap ambisius atau perfeksionis semacam ini sering kali justru bisa kontraproduktif, bahkan menghancurkan prestasi anak. Kalaupun prestasi sekolahnya baik, tidak jarang perkembangan psikologis maupun sosialnya terganggu.


Seperti pernah dikatakan Prof. Dr. Yaumil Agus Achir, seorang pakar psikologi, dalam sebuah seminar dengan Intisari, banyak anak rendah prestasinya belajarnya justru karena ia takut gagal. Soalnya, alam perasaannya diliputi kekecewaan, keragu-raguan, tekanan, dan anggapan bahwa dirinya kurang mampu. Ketidakberhasilan ini, menurut Yaumil, akibat terganggunya dorongan untuk meraih sukses sehingga anak lebih memusatkan perhatian pada usaha menyelamatkan diri dari kegagalan. Di sini motif menghindari kegagalan lebih besar daripada motif untuk berprestasi, sehingga si anak enggan mencoba mendapat nilai cemerlang.


Anak akan bisa belajar dengan baik kalau ia diliputi perasaan senang dan aman serta bebas dari paksaan.


Lingkungan tak mendukung


Reproduksi ingatan atau berpikir, pembentukan pengertian dan kesimpulan, persepsi maupun asosiasi merupakan faktor psikis penting lainnya. Si anak mungkin saja mengetahui dan menyadari letak gangguan yang menyebabkan kemunduran prestasinya, tetapi ia sulit atau tidak berani mengungkapkannya. Di sinilah pentingnya peran guru dan orang tua untuk menganalisis penyebab menurunnya prestasi anak.


Faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga ataupun sekolah juga ikut menentukan baik tidaknya prestasi anak. Keluarga yang kurang harmonis, orang tua sering cek-cok, anak kurang mendapat perhatian, semua itu akan mempengaruhi jiwa anak. Pada keluarga yang berkecukupan, banyak anak terlalu di manja dan santai sehingga ia kurang tertantang untuk maju. Sedikit saja menemukan kegagalan, ia sudah putus asa.


Kebutuhan anak bukan sekedar sandang dan pangan yang memadai, tetapi juga kasih sayang, perhatian, serta rasa aman yang cukup. Kemanjaan dan perlindungan yang berlebihan justru bisa mengembangkan sikap kurang mandiri pada diri anak.


Namun keadaan sosio-ekonomi yang kurang menunjang pun acap kali berpengaruh. Misalnya, tidak adanya tempat belajar tersendiri, penerangan yang tidak memadai, banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam rumah yang kecil sehingga keadaan yang hiruk pikuk tidak memungkinkan anak untuk dapat memusatkan konsentrasinya dengan baik.


Lingkungan kedua setelah rumah adalah sekolah. Sikap guru yang kejam dan galak, kurang berkomunikasi dengan murid, metode pengajaran yang kurang tepat dan terlalu cepat, materi pelajaran yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan latar belakang kehidupan anak, ditambah lagi dengan permusuhan dengan teman, semua itu bisa menghambat prestasi anak.


Keadaan masyarakat atau lingkungan tempat tinggal, misalnya anak "harus" hidup dalam lingkungan masyarakat yang kurang baik - seperti di daerah yang penuh dengan mereka yang sering mabuk-mabukan, tempat perjudian, pelacuran, dll. - juga akan berpengaruh bagi perkembangan jiwa dan prestasi anak.


Segi fisiologis yang menjadi perhatian utama adalah soal kesehatan anak. Dalam keadaan sakit, penglihatan atau pendengarannya terganggu, anak tentu tidak mudah berkonsentrasi ataupun menyerap pengetahuan yang diberikan. Anak yang mengeluh sering pusing atau setiap kali menonton televisi selalu mengerutkan matanya, perlu segera diperiksakan matanya ke dokter.


Pemberian makanan bergizi sesuai dengan perkembangan serta usia anak tentu juga sangat penting. Anak yang kurang gizi sehingga pertumbuhan otaknya ikut terganggu tentu prestasinya bisa terhambat.


Beri kasih sayang


Untuk mengurangi tingginya laju angka tinggal kelas di sekolah dasar, bisa ditempuh melalui berbagai upaya asalkan sebelumnya diketahui dengan jelas apa yang melandasi anak kurang bersemangat dalam belajar.


Dalam proses belajar mengajar tidak hanya berlangsung interaksi instruksional, tetapi juga interaksi pedagogis yang mengutamakan sentuhan-sentuhan emosional sehingga anak merasa senang belajar.


Pakar psikologi dari Swiss, Jean Piaget, membagi 4 stadium berpikir pada anak,  yakni stadium sensorimotorik (0-18 bulan), stadium pra-operasional formal (11 tahun ke atas). Ia menyinggung pentingnya metode mengajar anak yang seimbang dengan usia serta perkembangan fisik serta mental anak.


Anak usia 7 - 10 tahun berada pada stadium operasional kongkret. Pada stadium ini anak sudah mampu melakukan aktivitas logis tertentu tetapi masih dalam situasi kongkret. Maksudnya, kalau anak dihadapkan pada suatu masalah secara verbal saja, tanpa bahan yang kongkret, ia akan sulit menuntaskan persoalannya secara baik. Bahan kongkret ini bisa berupa alat peraga. Mereka akan lebih mudah belajar menjumlahkan angka dengan menggunakan alat bantu sederhana seperti lidi atau batang korek api.


Memberikan suatu pengertian bahwa sifat-sifat tertentu suatu objek akan tetap sama kendati ada transformasi pada objek tersebut (konservasi), bisa diperagakan misalnya dengan segenggam tanah liat yang diubah-ubah bentuknya menjadi segi tiga, segi empat, atau bulat. Bentuknya berubah tetapi beratnya tetap sama.


Namun metode ini harus didukung pula oleh berbagai faktor penunjang seperti perhatian serta dukungan orang tua, keadaan lingkungan serta kesehatan yang baik dan gizi anak yang cukup. Langkah-langkah yang perlu untuk menjalankan siasat jangka panjang demi perkembangan prestasi anak, menurut Yaumil, antara lain ialah lebih sering mengamati anak, mendengarkan obrolannya, mau berdialog dengannya, mendampinginya membuat PR. Langkah ini ditempuh agar orang tua mendapat masukan cukup yang diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.


Kalau sekali waktu anak gagal meraih prestasi, atau pahitnya sampai tidak naik kelas, hendaknya disikapi dengan empati, bukannya dihujani dengan serentetan makian atau hukuman yang merendahkan harga diri si anak. Untuk memperbaiki prestasinya, hendaknya ditelusuri penyebabnya. Kalau perlu, minta bantuan ahli atau guru kelasnya. Sebaliknya, berikan apresiasi (penghargaan misalnya pujian yang wajar, tidak selalu harus dalam bentuk materi) setiap kali anak menunjukkan prestasi. Anak butuh kasih sayang dan perhatian dari orang-orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua!


Source: Majalah Intisari, no.403 - Februari 1997

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes