Selasa, 13 Desember 2011

GAGAL GINJAL, Bukan Vonis Akhir (BAGIAN 2)

PEMERIKSAAN urine di laboratorium secara berkala bisa membantu penemuan adanya kelainan pada ginjal. Misalnya kadar protein dalam urine tinggi, ditemukan kristal, dll.


Batu, cuci darah, dan transplantasi


Bila seseorang diketahui menderita batu ginjal, dokter tidak langsung mengambil tindakan bedah pada pasien untuk diangkat batunya. Yang utama tentu memberikan kesempatan pasien untuk hidup lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik. Walaupun ada batu bersarang pada ginjalnya tapi kalau tidak pernah memberikan keluhan yang berarti, apalagi usia sudah lanjut, dokter akan membiarkan batu tetap bersarang pada ginjalnya. Pasien cukup diberikan obat sambil dilihat dan dikontrol perkembangannya secara teratur. "Pada para lansia risiko operasi akan lebih besar, apalagi kondisi si pasien tidak mengizinkan," tambah Sidabutar. Namun, kalau timbul keluhan seperti sering kolik (rasa sakit luar biasa akibat batu masuk ke dalam saluran kencing yang sempit, sehingga bagian batu yang tajam menggesek-gesek dinding saluran), sering demam, keluar-masuk rumah sakit, fungsi ginjal terganggu, tidak bisa lain harus dibedah.


Penghancuran batu bisa dengan sistem tembak, menggunakan sinar laser. Tapi, pada umumnya dalam menganjurkan pasien dari daerah melakukan sistem tembak ini, para dokter akan berhati-hati. Soalnya, tindakan ulang dan lain-lain lagi akan merepotkan dan menambah biaya si pasien untuk mondar-mandir datang ke Jakarta, Tidak seperti pembedahan, pengobatan dengan sistem tembak laser ini, menurut pakar ginjal ini, tidak selalu menjamin sepenuhnya pemecahan batu sekaligus.


Apa sebenarnya fungsi ginjal dalam tubuh kita? Dua ginjal kita yang letaknya di atas pinggul kiri dan kanan bisa diibaratkan pabrik pemurni kotoran yang masuk ke dalam tubuh, selain juga menjaga kandungan garam-garaman agar tetap stabil. Ginjal kita merupakan komposisi sejuta unit nephron dan setiap nephronnya mampu menghasilkan urine. Dalam waktu 24 jam tak kurang dari 180 l cairan urine primer di peras dari darah yang berasal dari jantung, lalu dimurnikan dalam ginjal. Dalam waktu yang sama, cairan urine yang dikeluarkan dari tubuh sekitar 1,5 liter.


Ginjal memurnikan kembali 99% cairan tubuh organisme dan hanya 1% yang dibuang sebagai pelarut limbah hasil metabolisme, yakni berupa air kencing.


Bayangkan saja bagaimana kondisi tubuh kalau ginjal kita tidak berfungsi!


Kalau fungsi ginjal tinggal 5% ke bawah atau disebut mengalami gagal ginjal terminal tidak bisa lain kecuali menjalani cuci darah atau pencangkokan ginjal. Kalau fungsinya masih di atas 5% diusahakan diobati ditambah pasien harus melakukan pantang makanan ketat, khususnya yang tinggi protein, zat besi dan kalium tinggi. Makanan digantikan dengan diet protein komposisi asam amino esensial (rendah protein, tinggi kalori). Menurunnya fungsi ginjal biasanya diikuti dengan gejala lemas, mual, pusing, pucat karena anemia, kaki bengkak, tekanan darah meninggi.


Terjadinya anemia (kekurangan butir-butir darah merah), karena seharusnya fungsi ginjal a.l. menghasilkan hormon eritropoitin yang ikut membantu produksi sel darah merah. Pada gagal ginjal zat ini berkurang. Tekanan darah melonjak akibat tubuh kelebihan sodium dan air yang tak dapat dikeluarkan tubuh.


Donor ginjal dari mana?


Cuci darah seumur hidup merupakan tindakan yang harus dilakukan bila ginjal tak berfungsi lagi. Cuci darah yang menggunakan mesin dialisis, berfungsi menyaring air dan kotoran atau racun dalam darah. Sekali cuci darah yang memakan waktu 4-5 jam menghabiskan ongkos kurang lebih Rp. 200.000,- - Rp.250.000,- kecuali dengan kartu Askes. Paling tidak dalam seminggu harus menjalani dua kali cuci darah. Tindakan ini memang sangat melelahkan dan membosankan pasien. Tapi tidak ada jalan lain!


Pelaksanaan pencangkokan ginjal yang sejak tahun 1977 sudah bisa dilaksanakan di Indonesia merupakan alternatif tindakan lain. Sampai akhir tahun 1993 sudah lebih dari 250 penderita gagal ginjal yang berhasil menjalani cangkok ginjal. Panjang hidup ginjal terlama 17 tahun. Sedangkan donor termuda 16 tahun dan tertua 64 tahun. Resipien termuda 14 tahun, tertua 65 tahun. Sumber donor terbanyak masih dari kalangan keluarga resipien. Masih adanya kendala pencangkokan ginjal di Indonesia dikatakan oleh Sidabutar a.l. karena kekurangan donor dan biaya yang masih belum terjangkau rata-rata penduduk Indonesia, kecuali kalau didukung asuransi kesehatan.


Untuk menggunakan donor dari yang bukan keluarga, memang diizinkan asalkan tidak bersifat komersial. Undang-Undang Kesehatan (UUK) di Indonesia tetap melarang memperjualbelikan donor ginjal. Apalagi hasil transplantasi ginjal dari donor hidup yang komersil sering kurang memadai karena prosedur transplantasi acap kali dilakukan di bawah standar. Artinya, donor diterima begitu mudah tanpa meneliti dulu beberapa faktor penunjang keberhasilannya.


Namun, UUK Indonesia nomor 23 tahun 1992 membuka kesempatan mempergunakan organ tubuh jenazah. "Diharapkan ini akan semakin berkembang," tambah Sidabutar.


Penggunaan donor ginjal bukan dari keluarga belakangan sudah lebih berhasil karena adanya obat-obatan baru yang berfungsi agar tubuh tidak menolak kehadiran organ baru tersebut atau terjadi komplikasi akibat infeksi atau timbulnya jamur. Namun, syarat terpenting donor seperti golongan darah sama, tipe jaringan sama serta pembuluh arteri dan vena cocok untuk resipien tetap menjadi persyaratan utama.


Donor ginjal berasal dari anak usia 0 - 5 tahun dikatakan cenderung menghasilkan kegagalan imunologik yang lebih tinggi. Donor dari seseorang di atas usia 55 tahun pun menghasilkan fungsi ginjal transplantasi yang lebih rendah. Sedangkan donor ginjal perempuan cenderung lebih kecil daripada ginjal laki-laki, sehingga lebih peka terhadap trauma proses transplantasi. Donor juga sangat perlu diteliti akan ada tidaknya penyakit menular seperti hepatitis B, C, atau bahkan AIDS sebelum diberika kepada resipien. Bila ada penyakit tersebut tentu tidak memenuhi syarat, sebab si resipien malah bisa terkena penyakit si donor. Kematian pascatransplantasi lebih sering pada penderita yang telah mengalami dialisis lebih dari 2 tahun. Di sini tampak betapa banyak pertimbangan, faktor baik-buruknya seseorang menjadi donor.


Atas prakarsa pemerintah akan dibangun sebuah rumah sakit khusus penyakit ginjal dan hipertensi. "Dengan adanya rumah sakit baru ini, kami tidak menghendaki ketergantungan rumah sakit lain pada rumah sakit ini," tambahnya. Diharapkan rumah sakit lain tetap bisa mengangkat prestasinya dalam pengobatan penyakit ginjal dan hipertensi. Hanya saja di rumah sakit ini nanti selain untuk pelayanan, dipakai pula sebagai pusat penelitian dan pendidikan, khususnya yang ada sangkut-paut dekat dengan penyebab utama penyakit ginjal di Indonesia. Kini terdapat sekitar 50 dokter ahli bedah ginjal, 50 ahli penyakit dalam ginjal, serta 20 ahli penyakit ginjal anak di Indonesia. Fungsi ginjal dalam tubuh kita memang sangat vital. Pabrik zat vital dan penyaring kotoran ini tidak ternilai harganya. Sebab itu sayangilah ginjal Anda!


Source: Majalah Intisari, Februari 1995

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

DAFTAR ISI

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...