Rabu, 30 November 2011

Makhluk yang Hidup Dalam Kubur Ratusan Tahun

Beberapa penelitian mengungkapkan ada makhluk yang bisa bertahan hidup dalam keadaan tanpa makan, minum, udara, bahkan sisa ruang yang cukup. Benarkah?


MUSIM dingin 1856, ratusan pekerja Perancis terlibat dalam pengeboran terowongan kereta api yang menghubungkan Saint-Dizier  - Nancy saat mereka menemukan sebongkah batu raksasa di kegelapan. Begitu mesin bor membelah batu itu, suatu makhluk berukuran besar berdiri tegak, mengembangkan sayapnya, dan terbang menerobos kerumunan pekerja di sekelilingnya. Ringkikan "burung" raksasa itu nyaring memecah kegelapan terowongan. Sayang, tak lama kemudian makhluk ini jatuh ke tanah.


Tubuhnya berbentuk seperti angsa besar, meskipun tampangnya sedikit menyeramkan dengan mulut penuh gigi tajam. Empat kakinya yang kuat berakhir di cakar yang kuat berakhir di cakar yang melengkung dan ditautkan dengan membran seperti pada cakar kelelawar. Kulitnya sendiri hitam, tidak berbulu, tebal dan berminyak.


Dalam Illustrated London News, 9 Februari 1856, seorang peneliti hewan dan tumbuh-tumbuhan yang juga ahli palaentologi menyebut mayat binatang itu sebagai Pterodactylus anas.


Penyelidikan atas lapisan batu yang memerangkap perodactil itu pun mengungkapkan umur batu kira-kira sama dengan masa perkembangan pterodactil ribuan tahun yang lalu. Rongga perangkapnya membentuk cetakan yang sama dengan binatang di dalamnya. Artinya binatang itu benar-benar terjepit lapisan batuan sehingga tidak mungkin bergerak. Lalu bagaimana ia bisa bertahan hidup ribuan tahun lamanya?


Terkubur 200 tahun


Mumi Katak
Kasus itu sebenarnya bukan satu-satunya, karena sebelumnya telah banyak ditemui kasus serupa yang kebanyakan melibatkan binatang kecil seperti reptil kecil ataupun kerang-kerangan. Kontroversi seputar hewan yang terperangkap ini menyeruak dengan terbitnya Annual Register pada tahun 1761.


Salah satu kasus yang diungkapkan di sini adalah pengamatan yang dilakukan oleh Ambroise Pare, kepala ahli bedah zaman pemerintahan Henry III (1207 - 1272). Pare menyatakan, pada akhir abad XVI, di rumahnya di Meudon, "Saya melihat seorang penggali memecah sebongkah batu yang sangat besar dan keras. Ternyata di tengahnya ada kodok besar yang masih hidup, tapi tak terlihat tanda-tanda dari mana ia masuk." Kasus ini diceritakan dari waktu ke waktu dan sempat didokumentasikan. Walau ada perbedaan di sana-sini, banyak detilnya yang persis sama. Dalam sebuah ceramah di Caius College, Cambridge, Februari 1818, Dr. Clarke menceritakan pengalamannya selaku pengawas penggalian sebuah gua kapur dengan tujuan menemukan fosil. Di kedalaman 45 depa ia menemukan selapis fosil-fosil sea urchin dan kadal air. Tiga kadal air yang ditemukan dalam keadaan utuh kemudian di pindahkan dan diletakkan di atas selembar kertas. Di bawah sinar matahari, tiba-tiba ketiganya bergerak. Namun, dua diantaranya mati tak lama kemudian, sementara yang seekor diletakkan dalam kolam, " .... langsung bergerak lincah seakan-akan tak pernah mati suri." Begitu aktifnya ia sampai akhirnya ia bisa melarikan diri. Dr. Clarke kemudian mulai mengumpulkan contoh-contoh semua jenis kadal air di daerah itu, namun tak satu pun sama dengan temuannya yang lama terkubur itu. Bahkan menurut Pendeta Richard Cobbold, salah satu peserta ceramah yang sempat melihat kadal air tersebut, "Mereka adalah dari jenis yang sudah punah, tidak pernah dikenal sebelumnya."


Tanggal 8 April 1865, Leeds Mercury melaporkan temuan secara lebih mendetil tentang ekskavasi di Hartlepool Waterwork. Di bawah pimpinan James Yeal, para penggali menemukan seekor katak hidup dalam gumpalan batu gamping di kedalaman 8 m.


Sebagaimana contoh-contoh lainnya, tubuh katak itu pas sekali terjebak dalam batu sehingga rongganya pun serupa cetakan tubuhnya.


Matanya berbinar-binar dan ia nampak penuh semangat menyambut  kebebasan. Mula-mula ia mencoba bernapas tapi rupanya mengalami kesulitan. Yang terdengar malah suara "gonggongan".


Tidak aneh, karena ternyata mulutnya terkunci dan "gonggongan" itu diduga berasal dari nostrilnya (lubang hidung). Koran-koran melaporkan, pertama kali ditemukan kulitnya sepucat batu kapur, namun beberapa saat kemudian perlahan menjadi semakin coklat. Selain semua keanehan itu dan panjang cakarnya yang tidak lumrah, semua kondisi katak itu normal-normal saja. Pendeta Robert Taylor yang juga ahli geologi menduga batu gamping dari zaman magnesium yang memerangkap katak itu paling tidak berumur 200 tahun. Toh si katak bertahan hidup sampai beberapa hari.


Ada lagi laporan dari Benua Amerika, yang dimuat dalam jurnal ilmiah. Majalah Scientific menceritakan tentang pekerja tambang perak bernama Moses Gaines. Ia sedang membongkar batuan sebesar 60 cm2 ketika tiba-tiba batu itu pecah dan di dalamnya ditemukan seekor katak sepanjang 7,5 cm, sangat gemuk dan padat ... dengan mata bulat sebesar koin.


Juga sebuah laporan dari Inggris, yang menggelikan. Sepotong batu marmer yang menutup pendiangan sebuah rumah memotong marmer tersebut, dan menemukan ... seekor katak hidup di dalamnya.


Katak binatang ajaib


Dari begitu banyak kasus, nampaknya katak paling banyak ditemukan terperangkap dalam batuan. Sebenarnya apa kehebatan binatang amfibi ini sehingga bisa bertahan sekian lama tanpa persediaan bahan pendukung kehidupan?


Katak memang telah menarik minat umat manusia sejak awal mula kehidupan. Selama berabad-abad katak banyak dihubungkan dengan sihir dan kekuatan gelap. Mereka sering dipakai sebagai salah satu bahan ramuan kekuatan para tukang sihir. Di abad XII banyak orang percaya, di kepala katak tersimpan batu permata yang sering disebut batu katak. Semakin tua katak itu semakin mahal harga batunya. Bila batu ini di pasang pada cincin akan mampu melawan bisa.


Pendapat membesar-besarkan kemampuan katak itu lahir dengan melihat contoh banyaknya anjing mati dengan mulut berbusa setelah menggigit katak. Jadi katak dianggap memiliki kekuatan magis. Suku Indian di Lembah Amazon mencelup ujung mata panah mereka dengan racun katak, malah para dokter di Cina menggunakan katak olahan dalam mengobati penyakit jantung.


Kepercayaan yang mengaitkan katak dengan kekuatan gelap sebenarnya timbul akibat proses evolusi yang dialaminya dan reaksi untuk bertahan hidup. Dulu nenek moyang katak, hewan amfibi purba, bersisik seperti ikan sebagai perlindungan. Namun entah bagaimana katak kehilangan sisik. Seluruh permukaan tubuh mereka berubah fungsi menjadi paru-paru. Jadilah katak bernapas dengan kulit mereka yang lembab. Seiring dengan proses evolusi itu pun katak perlahan-lahan mulai kehilangan ekornya.


Dengan kulit lembutnya ini katak gampang di serang bakteri, ganggang, dan jamur yang banyak hidup di habitatnya. Maka ia mengembangkan seperangkat senjata pemusnah untuk membunuh fungi dan bakteri, yang dikeluarkan melalui kelenjar kulitnya. Selanjutnya racun ini dikembangkan fungsinya sebagai senjata untuk menyerang musuh yang jauh lebih besar seperti ular, mamalia, dan burung.


Namun katak juga memiliki kekuatan lain berupa racun halusinasi yang disebut bufotenin. Zat halusinogen ini bekerja dengan meniru molekul kimia yang membawa pesan dari sel saraf ke otak, membanjiri otak dengan pesan-pesan menyimpang yang keliru dan menimbulkan halusinasi.


Halusinasi di Abad Pertengahan tidak hanya didominasi oleh para penyihir: orang biasa pun banyak yang dapat merasakan pengalaman. "terbang" atau berubah menjadi serigala. Pada masa lalu, biji-bijian yang bersih disediakan bagi kalangan bangsawan dan rohaniwan. Sedangkan yang terkontaminasi di berikan bagi kaum jelata. Padahal biji-bijian itu bisa saja sudah berjamur. Bila jamurnya Claviceps purpurea, yang dikenal sebagai Lysergic Acid Diethylamide (LSD), maka sering kali kalangan bawah yang memakannya mengalami halusinasi berubah sebagai serigala atau katak.


Bahkan pada tahun 1451 Alfonso de Torado, uskup di Avila, Spanyol, sudah bisa menyimpulkan bahwa para penyihir sebenarnya hanya mengalami halusinasi bisa terbang, bukannya terbang sungguhan selayaknya burung.


Cara masuk ke dalam batuan


Penelitian terhadap katak sebagai makhluk yang terbatas kemampuan pertahanan hidupnya pun diajukan oleh Kapten Buckland yang memaparkan percobaan Dr. Frank Buckland. 


Tahun 1825 Dr. Frank Buckland mengubur sejumlah katak. Ia mengambil dua bongkah batu. Sebongkah batu gamping, sedangkan lainnya bongkahan batu pasir. Masing-masing batu ini dikerok secukupnya untuk memasukkan beberapa kotak. Kedua bongkahan ini disegel dengan selembar kaca dan semen, lalu di tanam sedalam 1 m di kebun. Setahun kemudian batu ini dibongkar dan dipecah. Katak-katak di dalam batu pasir, sedangkan yang dalam batu gamping, sedangkan lainnya bongkahan batu pasir. Masing-masing batu ini dikerok secukupnya untuk memasukkan beberapa katak. Kedua bongkahan ini disegel dengan selembar kaca dan semen, lalu ditanam sedalam 1 m di kebun. Setahun kemudian batu ini dibongkar dan dipecah. Katak-katak di dalam batu pasir semua mati, sedangkan yang dalam batu gamping bisa bertahan hidup. Malah dua ekor di antaranya bertambah gemuk. Namun dari pengamatannya nampak ada beberapa retakan kecil dalam kaca segel. Dugaannya, beberapa serangga kecil masuk dan dimangsa. Ketika percobaan diulangi, kali ini dengan segel penutup yang jauh lebih rapat, hasilnya semua katak percobaan mati.


Bagi banyak ilmuwan, percobaan Dr. Buckman mengakhiri semua rasa penasaran yang timbul. Begitu pun masih ada yang mencoba menerangkan bagaimana katak mungkin saja dapat bertahan walau terkubur hidup-hidup. Salah satu kelompok diwakili oleh William Howitt. Menurutnya, semua pengamat hewan tahu bahwa katak terbiasa membenamkan dirinya dalam lumpur di dasar kolam selama musim dingin. Ia memaparkan kembali pengalamannya di Farnsfield. Nottinghamshire. Saat menggali parit, ia melihat selapis kumpulan katak yang begitu terekat dalam lumpur pekat seperti mentega. Begitu tergali, berpuluh-puluh katak tiba-tiba bangun dan melompat untuk mencari udara segar. Jika katak ini bisa hidup selama enam bulan dalam lumpur yang nyaris padat, tentunya ia bisa juga bertahan lebih lama lagi di tempat yang serupa.


Lambat laun lumpur itu tentu akan mengeras menjadi batu, sehingga muncul pertanyaan lagi: bagaimana katak itu mampu mengatasi tekanan selama proses pengerasan?? Belum lagi waktu amat lama yang mengiringi proses itu?


Bahwa tubuh katak dapat mengatasi tekanan pengerasan batu, dibuktikan oleh temuan pengamat dunia hewan dan tumbuhan abad XVIII yang terkenal, Gilbert White. Ia beberapa kali menemukan katak di dalam batu berupa mumi, bukan fosil. Kunci jawabannya barangkali pada fakta bahwa batuan yang semula masih elastis kemudian mengeras sesuai dengan bentuk binatang yang diperangkapnya. Sementara kegagalan Buckland diperkirakan karena bentuk ceruk batunya tidak sama dengan tubuh katak yang dimasukkannya. Contohnya  adalah percobaan yang dilakukan oleh Monsieur Seguin dari Prancis, menurut The Times edisi 23 september 1862, yang menguburkan 20 ekor katak dalam adukan semen di Paris, kemudian dibiarkan mengeras dan dikubur. Setelah 12 tahun, ternyata empat ekor di antaranya ditemukan hidup.


Teorinya berikutnya diajukan oleh A.H. Worthen di American Naturalist tahun 1871. Mengamati katak yang hidup di batu gamping dekat St. Louis, Worthen menemukan bahwa batu gamping dekat St. Louis, Worthen menemukan bahwa batu gamping induk dilapisi kalsium karbonat sampai setebal 2,5 cm. Menurut dugaannya, semula katak itu mati suri di salah satu celah pada batu induk. Ia kemudian terkubur oleh lapisan kalsium karbonat. Ketika lapisan ini mengeras, terperangkaplah ia di sana. Secara awam memang sulit dibedakan mana batuan induk dan mana yang baru. Yang penting, penelitian Worthen ini mampu sedikit menyingkap muasal penyebab kasus itu yang terjadi dalam keadaan tertentu


Source: Majalah Intisari, no.375 - Oktober 1994

1 comments:

JIMMY mengatakan...

berarti katak sama seperti penyu atau kura2 ya yang bisa hidup lama..

SALAM,

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...