Jumat, 11 November 2011

Jangan Main Pencet Jerawat (BAGIAN 1)

AH, KALAU sudah menikah nanti jerawat juga ilang," kata seorang ibu kepada putrinya, Susi, dengan tenang. Padahal yang punya masalah gelisahnya minta ampun. Kini diusianya yang ke-22, jerawatnya masih subur. Sebentar sembuh, sebentar kambuh. Selama ini ia jadi gadis minder. Apalagi bergaul dengan teman pria, karena suka diolok-olok, mukanya mirip parutan kelapa atau pizza. Segala obat tradisional sampai obat modern, bahkan yang dari dokterpun tak mampu melicinkan wajahnya yang jerawatan sejak usia 16 tahun. Tidak heran kalau ia pun iri setiap melihat wajah gadis pantarannya licin dan mulus.

Susi tidak sendirian. Jerawat "sialan" itu memang paling suka menyerang kaum remaja usia 15-23 tahun. Meski bukan golongan penyakit menular atau mengancam jiwa, tapi kemunculannya sedang menjengkelkan dan suka bikin rendah diri.

Tapi benarkah jerawat akan sembuh atau hilang sendiri setelah pemiliknya menikah?

Mitos itu ada benarnya. Munculnya jerawat (acne) antara lain memang ada hubungannya dengan faktor paling berperan atas munculnya jerawat pertama.

Selama masa pubertas produksi androgen meningkat sehingga kelenjar lemak, sebacous gland, menjadi lebih aktif memproduksi palit (cairan berupa lemak yang berfungsi menjaga permukaan kulit dan rambut tetap lentur, mengkilap, dan tidak tembus air, serta mencegah masuknya bakteri lewat pori-pori).

Jerawat batu

Kalangan kedokteran menyebut jerawat sebagai acne vulgaris (jerawat umum). Kata acne mungkin berasal dari kata Yunani akme,yang artinya titik. Tapi orang   Yunani kuno menyebutnya sebagai ionthos, janggut pertama. Sebab mereka percaya bila bulu janggut pertama tumbuh, pria remaja mulai berjerawat.

Orang awam umumnya menyebut jerawat saja. Tetapi kalangan medis membedakannya menjadi beberapa macam menurut ukuran, isi, dan tingkat infeksinya. Maka, menurut dr. Syarif, ada yang namanya  komedo, papel (papules), nodula (nodules), kista (cysts).

Yang disebut komedo itu berupa bintik putih atau hitam berisi lemak yang mengeras. Mungkin karena itu ada yang menyebut jerawat batu. Memang tidak sekeras batu, tapi lembek seperti nasi. Komedo akan menjadi masalah (kecantikan) kalau berkembang menjadi besar, sehingga mendesak dinding folikel (kantung rambut) membentuk tonjolan berwarna putih kekuningan sebesar kepala jarum pentul. Tonjolan itu terjadi karena serpihan kulit dan palit yang ikut mengisi dan menambah sumbatan atas folikel rambut (serpihan kulit merupakan hasil pengelupasan permukaan kulit yang sudah mati, karena digantikan sel kulit baru).

Kalau sumbatan itu terletak agak dalam sehingga muara kelenjar lemak (pori-pori) nampak melebar, namanya komedo terbuka. Karena sumbatan itu biasanya berwarna hitam, maka disebut pula komedo hitam. Warna hitam disebabkan oleh pigmen melanin yang ikut mengendap dalam komedo.

Komedo baru menimbulkan masalah agak serius kalau sampai terinfeksi. Komedo yang terus membesar akibat penimbunan palit dan serpihan kulit yang mati menyebabkan folikel pun terus membengkak. Tekanan pada dinding folikel  menjadi sangat besar hingga dinding tersebut pecah. Isi komedo yang berupa palit, serpihan kulit yang mati dan bakteri menyebar ke jaringan kulit di sekitar komedo, mengakibatkan peradangan. Ini lebih sering terjadi pada jenis komedo tertutup.

Pada tahap terinfeksi ini muncullah apa yang disebut papel, ukurannya lebih besar dari komedo dengan isi yang sama atau berupa bintik merah kecil. Papel yang mengalami peradangan dinamai pustula, berkepala kuning karena bernanah. Nodula bentuknya lebih besar daripada papel, berisi darah dan nanah. Sedangkan bentuk kista lebih besar lagi dari nodula, isinya material lemak cair.

Sebabnya macam-macam

Jerawat memang paling sering muncul dikulit wajah, leher, dada atau punggung. Pokoknya, pada tubuh bagian atas. Kenapa? Pada kulit muka, punggung, leher, dada paling banyak terdapat kelenjar lemak,yakni sekitar 400-500 per cm persegi. Sedangkan di bagian tubuh lain hanya sekitar 100 per cm persegi.

Tumbuhnya jerawat sebenarnya tidak hanya karena pengaruh hormonal, tetapi juga misalnya makanan yang kandungan lemaknya tinggi, seperti coklat, keju, goreng-gorengan, kacang tanah, dll. (walaupun kebenarannya masih dalam penyelidikan). Lalu mikroorganisme, atau sebab lain seperti pemakaian kosmetik yang salah, konsumsi obat yang mengandung kortikosteroid, atau lingkungan yang kurang sehat (pengaruh asam klorida, ter, minyak bumi dsb.).

Tidak semua ras di dunia ini pernah disibukkan oleh problem jerawat. Orang Jepang, misalnya, pada umumnya kulit wajahnya senantiasa mulus bebas dari jerawat, sebab selain karena faktor genetika (keturunan), juga iklim. Dinegeri itu secara umum kelembapan udaranya rendah.

Kondisi iklim memang sedikit banyak ikut mempengaruhi tumbuhnya jerawat. Selama musim kemarau di negara tropis seperti di Indonesia, keadaan jerawat umumnya lebih parah daripada di musim hujan. Kelembapan yang tinggi dapat memperburuk keadaan jerawat, apalagi kalau dibarengi dengan suhu udara yang tinggi.

Bersambung - Jangan Main Pencet JERAWAT (BAGIAN 2)                                                                                                              

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...