Sabtu, 31 Desember 2011

Menghadapi Psikotes dan Wawancara

Banyak calon karyawan yang "alergi" dan grogi bila harus menghadapi psikotes dan wawancara. Padahal, kalau bisa tampil percaya diri, hasilnya tentu akan maksimal. Untuk sampai ke sana kuncinya sederhana saja: spontan, jujur, dan tidak tegang.

TAK GAMPANG mendapatkan pekerjaan, apalagi di tengah muramnya kondisi keuangan macam sekarang. Lalu, masih adakah tempat bagi para pencari kerja??
Tentu saja ada. Cuma harus diperebutkan oleh lebih banyak orang dengan persyaratan kerja yang semakin ketat. Karena itu mengetahui tiga mata rantai pokok penerimaan karyawan menjadi sangat penting. Ketiga hal itu adalah menulis surat lamaran, menghadapi psikotes, dan wawancara.

Kemampuan khusus

Surat lamaran sebenarnya data atau identitas diri pelamar yang disampaikan pada perusahaan atau instansi yang membuka lowongan kerja. Bagi si penerima, surat lamaran itu berfungsi untuk mengetahui apakah pelamar memenuhi kualifikasi jabatan yang ada atau tidak. Jadi sebenarnya surat lamaran merupakan pintu untuk memasuki dunia kerja.

Karena itu, surat lamaran yang baik merupakan modal awal yang menentukan. Surat lamaran cukup ditulis dalam satu lembar kertas dan secara jelas mengemukakan maksud serta menyebutkan bidang kerja yang diinginkan. Misalnya saja sebagai pialang, manajer investasi, reporter, pembawa acara, desainer, management trainee, dsb. Jangan sekali-kali menyerahkan posisi atau menyebutkan bidang kerja yang terlalu umum karena kurang berharga di mata si penerima kerja. 

Tak soal apakah lamaran kemudian akan ditulis dengan tangan, mesin tik, atau komputer. Cuma kalau menggunakan komputer ada baiknya pemilihan tipe hurufnya standar, misalnya Roman atau Times New Roman. Sementara bila ditulis tangan, diusahakan ditulis sendiri dan serapi mungkin. Pemilihan kertas sebaiknya formal dengan penampilan yang cukup baik. Jangan asal kertas kosong. Format kertas kuarto rasanya lebih pas, karena umumnya menjadi standar instansi swasta atau pemerintah.

Surat lamaran itu kemudian disertai dengan daftar riwayat hidup yang menyebutkan nama, alamat, tempat tanggal lahir, hobi, riwayat pendidikan, pengalaman kerja (kalau ada). Perlu juga di lampirkan ijazah terakhir dan transkrip nilai. Tanpa bermaksud menonjolkan diri, bisa juga disebutkan ketrampilan khusus yang dikuasai, misalnya juara tenis tingkat kabupaten, juara pidato, dsb. Di tengah tumpukan berkas lamaran yang umumnya mirip dan monoton, pelamar dengan kemampuan khusus itu ada kemungkinan dilirik. Surat lamaran itu bisa ditujukan kepada bagian personalia atau alamat lain yang diminta oleh si pencari kerja.

Tak perlu belajar

Mata rantai kedua yang harus dihadapi pencari kerja berupa pemeriksaan psikologi atau sering disebut dengan psikotes. Tentu saja kalau lamaran kerjanya diterima. Psikotes pada dasarnya mengukur tiga hal dominan, yakni taraf kecerdasan atau IQ, kinerja (sikap kerja), dan kepribadian atau stabilitas emosi.

Dari hasil tes ini taraf kecerdasan pelamar dapat digolongkan ke dalam kelompok tertentu misalnya:
rata-rata cukup atau di atas rata-rata. Potensi diri juga bisa dideteksi. Ini untuk mengetahui apakah pelamar cukup tekun atau tidak dalam mengerjakan tugas rutin yang menjadi tanggung jawabnya. Termasuk di dalamnya ketelitian dan kegigihan dalam menyelesaikan tugas.

Dari sisi kepribadian bisa dilihat misalnya apakah emosinya stabil. Kemudian daya tahan terhadap stress dan tingkat penyesuaian diri. Soalnya, kalau ada hambatan kepribadian, prestasi kerja yang ditampilkan tidak akan optimal kendati punya IQ tinggi dan sikap kerjanya positif. Seperti hasil penelitian akhir-akhir ini mengenai emotional quotient (EQ) yang menyimpulkan, orang-orang yang berhasil bukan karena IQ yang tinggi namun karena EQ yang baik.

Apakah pelamar perlu belajar atau mempersiapkan diri dengan buku-buku tes psikologi yang dijual di pasaran? Tidak perlu, karena malah akan mengganggu konsentrasi. Sebab pada dasarnya psikotes bukan ujian, juga bukan tes untuk mengukur hasil belajar. Tetapi mengukur potensi diri yang sudah ada pada setiap orang. Jadi persoalannya bagaimana bisa mengeluarkan potensi itu seoptimal mungkin pada saat menjalani tes.

Walhasil persiapan menghadapi psikotes sebenarnya sederhana saja yakni cukup istirahat, sehat jasmani, tidak cemas, makan cukup istirahat, sehat jasmani, tidak cemas, makan cukup, dan datang paling lambat 30 menit sebelum tes dimulai.

Di samping itu pada saat mengerjakan soal-soal, sebaiknya berpegang pada beberapa kiat berikut:

1. Kerjakan sesuai perintah atau instruksi tanpa harus mengarang-ngarang atau sok tahu.

2. Spontan dan jangan berpikir terlalu lama karena akan menghabiskan waktu.

3. Percaya pada diri sendiri dan tidak perlu melihat pekerjaan teman.

4. Jika penjelasan atau instruksi dianggap tidak jelas, harus berani bertanya.


5. Berkonsentrasi pada psikotes yang dijalani tanpa harus mengingat-ingat psikotes yang pernah diikuti atau mengingat-ingat buku-buku psikotes yang telah dibaca.


6. Usahakan bekerja semaksimal mungkin. Jangan menyerah sebelum waktu habis, sehingga hasil yang ada mencerminkan kemampuan Anda yang sebenarnya.


7. Jangan terlalu tegang karena malah akan merusak konsentrasi. Akan lebih baik bila tampil tanpa beban, kendati tetap harus serius.


Tampil apa adanya


Tes tertulis psikotes itu kemudian akan dicocokkan dengan hasil wawancara. Jadi, wawancara berfungsi menambah data dan melengkapi serta melakukan pengamatan langsung pada si pelamar. Kendati hanya dipakai sebagai pelengkap, wawancara tak boleh dianggap enteng karena bisa menggugurkan calon.


Dalam hal ini sewaktu wawancara, pelamar sebaiknya berpakaian rapi, bertingkah laku sopan, tampil apa adanya, jawaban pertanyaan hendaknya singkat, jelas, dan jujur.


Tak jarang pewawancara menanyakan latar belakang pendidikan dan pribadi. Karena itu perlu dipersiapkan beberapa hal, misalnya pengetahuan tentang disiplin ilmu yang dimiliki, pengetahuan tentang posisi yang akan dimasuki, pengalaman kerja, data pribadi, gaji yang dikehendaki, prestasi, dan minat kerja.


Yang juga penting adalah menghilangkan kecemasan baik sewaktu menghadapi psikotes maupun saat wawancara. Karena siapa pun yang bisa tampil apa adanya umumnya bisa mengeluarkan semua potensinya. Cara-cara mengatasi rasa cemas atau grogi antara lain: jangan berpikir bisa atau tidak, jangan berpikir lulus atau tidak, sehingga pelamar bisa tampil tanpa beban.


Kalau selama ini Anda selalu gagal dalam wawancara atau psikotes, mungkin karena Anda masih terlalu tegang. Kini saatnya untuk tampil penuh percaya diri dan meraih sukses.


10 KIAT PENCARI KERJA

DISAMPING memperhatikan hal-hal teknis di atas, pencari kerja juga perlu mencermati beberapa hal berikut ini, yang tampaknya sepele tapi penting.

1. Siap biaya

Untuk membuat berkas lamaran dan kelengkapannya tentu dibutuhkan biaya. Apalagi kalau jumlahnya sampai puluhan atau ratusan berkas. Untuk itu perlu disediakan dana untuk melegalisasi dokumen, fotokopi, cuci-cetak foto, perangko, pengurusan surat, transportasi, dan biaya penginapan. Ada baiknya menyisihkan biaya untuk melamar pekerjaan dengan cara mengurangi pengeluaran untuk hal-hal yang tidak perlu.

2. Jaga kondisi fisik dan mental

Menganggur berkepanjangan bisa menimbulkan stress bahkan putus asa. Akibat lebih jauh, badan bisa tak terurus dan jatuh sakit. Ada baiknya menjaga kondisi badan agar tidak sakit. Sayang bukan kalau tiba-tiba datang surat panggilan untuk mengikuti tes atau wawancara tak bisa dipenuhi tak bisa dipenuhi gara-gara sakit?

3. Siapkan persyaratan lamaran

Seandainya ada waktu luang, tak ada salahnya menyiapkan persyaratan lamaran kerja. Misalnya, saja melegalisasi ijazah dan transkrip nilai, mengurus SKKB, kartu kuning, afdruk foto, dsb. Dengan persiapan itu kita tidak kelabakan bila sewaktu-waktu ada lowongan kerja.

4. Siap di tempat

Bagi yang belum memperoleh pekerjaan tentu tidak betah bila harus terus-menerus ngendon di rumah. Tapi mau tidak mau mereka harus siap berada di rumah bila sewaktu-waktu datang surat panggilan. Ingat, panggilan bisa datang mendadak, tak peduli yang bersangkutan berada di tempat atau tidak. Bila akan bepergian selama beberapa hari, sebaiknya meninggalkan pesan yang jelas. Sehingga bila suatu ketika ada surat panggilan bisa cepat di hubungi.

5. Mencari informasi dan mempelajari materi tes

Surat pemberitahuan untuk mengikuti tes atau wawancara datangnya kerap tak terduga. Akibatnya, tak ada kesempatan untuk belajar dan mengumpulkan informasi. Untuk itu kalau ada waktu senggang, ada baiknya mengumpulkan informasi atau materi yang berhubungan dengan soal-soal tes yang ada di buku, media cetak, media elektronik, brosur, iklan, dsb.

6. Meninjau lokasi tes

Bagi yang belum tahu lokasi tes, sebaiknya lokasi terlebih dahulu. Apalagi bagi mereka yang berasal dari luar kota. Ini penting agar saat tes tidak akan tersesat. Lama perjalanan juga harus diperhitungkan dari tempat tinggal ke lokasi.

7. Perlengkapan alat tulis

Bawalah alat-alat tulis selengkap-lengkapnya plus cadangannya. Jangan mengandalkan pinjaman dari peserta lain. Ini untuk menghindari teguran atau diskualifikasi gara-gara dianggap mengganggu jalannya tes.


8. Bawa cadangan berkas lamaran


Meskipun sewaktu memasukkan lamaran berkasnya sudah lengkap, bisa terjadi peserta diminta mengumpulkan beberapa kelengkapan lagi. Untuk itu sewaktu mengikuti tes atau wawancara, bawalah juga satu set berkas lamaran. Ini perlu apabila ternyata berkas lamaran dinyatakan kurang lengkap yang mungkin karena kurang telitinya panitia dalam menyeleksi berkas lamaran sehingga ada surat atau dokumen yang hilang.


9. Bawa makanan kecil atau permen


Tes atau wawancara bisa berlangsung sampai sore atau bahkan malam hari. Untuk itu tidak ada salahnya peserta membawa satu atau dua potong roti, permen, dsb. yang sewaktu-waktu bisa dikonsumsi apabila tidak sempat mencari makan di luar. Jangan sampai konsentrasi terganggu lantaran perut kosong. Bila ada kesempatan untuk beristirahat, gunakan waktu untuk mengisi perut.


10. Siap menerima kegagalan


Siapa pun ingin sukses. Tetapi banyak yang mengalami kegagalan meskipun sudah sampai pada seleksi tahap akhir. Karena itu mental harus disiapkan untuk menerima kegagalan. Yakinlah masih ada kesempatan untuk menyongsong keberhasilan.


Source: Majalah Intisari, no.414 - Januari 1998

2 comments:

Heru Prasetyo mengatakan...

psikotest kadang gampang-gampang susah mas. Bukan pada kepandaiannya. kadang anak dengan penderita autis bisa memiliki IQ yang tinggi

Anonim mengatakan...

ini pengalaman anak saya,setelah sekian tahap berhasil dilalui,pada tahap wawancara terselip pertanyaan riwayat kesehatan,ketika jujur dijawab pernah semasa kanak2 menderita penyakit tertentu serta riwayat penyakit keluarga,langsung dinyatakan gugur.Padahal belum dilakukan test kesehatan.Ternyata jujur belum tentu suskes.

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

DAFTAR ISI

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...