Rabu, 04 Januari 2012

Menyehatkan Ruang Ber-AC

DALAM masyarakat modern sekarang ini, kita makin banyak yang mengatasi kegerahan ruangan dengan memasang pesawat AC. Sebagai orang kota yang gerah, kita makin berubah menjadi manusia berbudaya AC. Seharian kita bekerja dalam ruangan ber-AC, lalu pulang naik mobil yang mutlak pakai AC. Beristirahat dan tidur di rumah, rusun, apartemen, dan kondominium juga mutlak lagi menghirup udara AC.

Udara kalengan ini memang nyaman, tetapi kadang-kadang menyakitkan (membuat sakit). Bentuknya bermacam-macam, mulai dari kaku otot, meriang kedinginan, sampai bersin-bersin karena alergi debu halus yang melayang-layang tidak kasat mata.

Orang yang alergi terhadap debu halus dan bau-bauan tertentu seringkali bersin kalau memasuki ruangan ber-AC yang kurang bersih, seperti misalnya kotor karena debu yang tersangkut di karpet dan jarang disedot. Tapi begitu ia keluar dari ruangan, bersinnya sembuh. Ia mengalami sick building syndrome.

Baru setelah meja kerjanya diberi paku sepat (dalam pot yang artistik) dan dilantai dekat meja itu diberi karet kebo (dalam pot juga), ia sembuh dan bisa bekerja dengan tenang dan produktif, tidak sebentar-sebentar bersin dan batuk-batuk. Tanaman itu termasuk barisan tanaman indoor (tanaman hias ruangan) yang mampu menyaring udara kotor dalam ruangan dan mengembuskan oksigen murni sebagai pembersih.

Orang yang menemukan bahwa tanaman itu betul-betul menyaring pencemar udara ialah Dr. B.C. Wolverton, yang dulu bekerja sebagai peneliti di NASA tetapi kemudian keluar untuk mendirikan perusahaan Wolverton Environmental Services di Picayune, Mississippi. Dalam tahun 1990, ia menguji coba 50 jenis tanaman indoor dalam ruangan yang diberi polutan formalin, bensen, dan trikloroetilen. Ternyata 10 jenis di antaranya paling efisien. Palem kuning, waregu, palem bambu, palem funiks, karet kebo, paku sepat, Dracaena deremensis 'Jane Craig', Hedera helix, Ficus maclellandi 'Alii,' dan Spathiphyllum speciosum.

Dipakainya formalin (penumpas kuman), bensen (pembersih noda), dan trikloroetin (pelarut tinta cetak dan cat) karena bahan itu banyak dipakai dalam obat-obatan perkantoran dan rumah tangga modern. Bahan kimia itu diserap oleh tanaman percobaan rata-rata antara 40 - 80%. Diduga, setelah diserap ia dikirim ke akar dalam tanah, tempat para mikroba berpesta pora mengganyangi (mengubah) lahan itu menjadi senyawaan lain yang tidak mengganggu.

"Mereka menyaring udara secara alamiah," tulis Dr. Wolverton dalam bukunya How to Grow Fresh Air, terbitan Penguin Books, tahun 1997 baru-baru ini. "Proses pembersihan yang mereka lakukan berlangsung terus-menerus, tidak berisik, atau tempo-tempo mogok seperti mesin!"

Apa yang bisa kita tarik dari fenomena ini?


Kita bisa meniru memakai beberapa tanaman indoor di atas untuk membersihkan ruangan. Pemeliharaannya mudah dan kalau tidak sudi memelihara, cukup melanggan dari salah satu perusahaan tanaman hias ruangan yang memanfaatkan peluang ini di kota besar.

Seminggu sekali, tanaman perlu diganti (digilir) dengan tanaman indoor lain, yang sementara itu sudah cukup beristirahat di kebun pekarangan rumah. Kalau tidak, mereka sendiri akan merana karena kekurangan cahaya matahari untuk berfotosintesis.

Source: Majalah Intisari, no.415 - Februari 1998

2 comments:

Aji Prast mengatakan...

artikel yg usianya hampir 14 tahun...
numpang baca ya...

al kahfi mengatakan...

walaupun lama bukan berarti kadaluarsa,tetap masih bermanfaat dan menambah ilmu tentang tanaman yang dapat hidup didaerah polusi,,,

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...