Senin, 23 Januari 2012

Sejarah Lem Dan Kegunaannya

MASIH ingat waktu dulu orang terbiasa merekatkan amplop dengan mengoleskan beberapa butir nasi? Memang, tanaman biji-bijian, termasuk nasi, adalah salah satu penyedia bahan dasar lem. Kanji alias karbohidrat yang diekstrak dari tanaman pun bisa didapat dari jagung, beras, gandum, dan kentang.


Selain kanji, ada beberapa jenis lem lain. Salah satunya lem dari binatang. Lem ini berbahan dasar protein dan yang diekstraksi dari rebusan tulang kulit, kuku, dan tanduk.


Hasil ekstraksi yang dimasak hingga membentuk bahan gelatin itu banyak dipakai dalam industri kayu dan mebel. Lem protein lain diambil dari kulit dan tulang ikan. Sedangkan lem kasein berasal dari protein yang diisolasi dari susu. Hasilnya, lem yang tahan air. Pertama kali lem ini dipakai melekatkan kertas rokok. Selain cepat lengket, lem ini amat irit. Satu gram lem bisa untuk merekatkan 2.000 batang rokok.


Lem sellulosa dari polimer alamiah ada pada pohon dan tanaman berkayu. Lem ini biasanya untuk menempelkan plastik selofan pada bungkus rokok, dan wallpaper agar mudah dilepas.


Konon lem sudah ada sejak tahun 4000 SM. Pada situs dari zaman prasejarah ditemukan jenazah bersama makanan dalam tempat keramik pecah, yang direkatkan kembali dengan resin dari getah pohon. Di kuil Babilonia pun ditemukan sejumlah patung dengan biji mata dari gading yang ditempelkan dengan tar di rongga mata. Ini bukti, "lem" tar mampu bertahan selama 6.000 tahun.


Namun, referensi tertulis pertama tentang cara membuat dan memakai lem baru muncul tahun kurang lebih 2000 SM. Sejumlah lukisan dinding menampilkan secara mendetail proses pemakaian lem pada kayu. Berbagai benda seni dan perabot dari makam para Firaun Mesir menampilkan peran lem binatang sebagai perekat atau pelapis.


Di tahun 1 - 500, semenjak Romawi dan Yunani mengembangkan seni vernis dan pelapisan kayu, makin berkembang pembuatan lem dari binatang dan ikan. Bangsa Romawilah yang pertama kali memanfaatkan tar dan lilin lebah untuk mendempul papan di perahu dan kapal. Pada masa ini pula ditemukan lem baru, yakni "lem" putih telur. Lucunya, lem ini mengandung bahan alamiah "aneh" seperti darah, tulang, kulit, susu, keju, sayuran, dan biji-bijian. 


Selain untuk merekatkan, lem juga ampuh membuat orang jadi tersohor. Konon, Jenghis Khan bisa mengalahkan musuh-musuhnya karena kekuatan senjata pasukannya. Busur mereka dari kayu jeruk lemon yang sudah dilapisi zat tertentu, lalu dengan lem batang itu disatukan dengan tanduk kerbau. Sayangnya, ramuan lem itu tak tercatat baik.


Demikian pula formula lem untuk melapis kayu yang sudah diproses khusus untuk membuat biola ajaib Antonio Stradivari. Meski sudah dicari dengan alat paling canggih pun, formula itu belum juga tersingkap.


Perubahan fenomenal sejarah lem terjadi tahun 1700-an, saat berdiri pabrik lem komersial pertama di Belanda yang memproduksi lem binatang. Setengah abad kemudian paten pertama dikeluarkan di Inggris untuk lem dari ikan. Dengan cepat disusul terbitnya sejumlah paten untuk lem berbahan karet alam, tulang hewan, ikan, kanji, dan kasein. Sedangkan pabrik pengolahan lem  berbahan itu mulai banyak berdiri di AS tahun 1990-an.


Pengaruh Revolusi Industri tampak dengan ditemukannya bahan dasar baru lem, yakni plastik. Tahun 1920 - 1940-an plastik dan karet sintetis mulai diproduksi. Maka, lem pun menjadi lebih kuat, lentur, cepat menempel, tahan terhadap suhu dan bahan kimia.


Maka, kebutuhan apa pun, dari kuku patah hingga untuk operasi kecil, sudah ada jenis lemnya. Di jamin bakal lengket, persis "kayak perangko".


Source: Majalah Intisari, no.450 - Januari 2001

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...