Senin, 01 Agustus 2011

Puasa Hikmat, Jiwa Pun Sehat (BAGIAN 2)

MENJADIKAN PUASA MENYENANGKAN SI KECIL

BAGI NAMIRA, murid TK Assalaam Bandung, bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk menggenapkan koleksi perangkonya. Lho?

'Perangko' yang dimaksud sebenarnya adalah kupon yang desain dan ukurannya mirip dengan benda pos untuk berkirim surat itu. Setiap murid TK dan SD Assalaam, harus menempelkan 'perangko' pada kegiatan Ramadhan. Satu lembar perangko, berarti satu hari puasa telah dijalani.

Untuk murid TK dan SD kelas satu hingga kelas empat, dibawah perangko yang ditempel disertai catatan jam buka puasa. Sedangkan bagi murid kelas lima dan enam, sudah menjadi kewajiban untuk menuntaskan puasa, hingga azan maghrib tiba.


Alhasil kegiatan Ramadhan di SD Assalaam, menjadi arena kompetisi anak-anak untuk melengkapi baris dan kolom buku kegiatan Ramadhan dengan 'prangko'. Yang paling lengkap 'prangko'-nya akan mendapat piagam dan hadiah dari sekolah.


"Sejak tahun lalu Mira sendiri yang meminta berpuasa, tanpa disuruh. Bahkan dia sangat menyesal jika terlambat makan sahur dan terpaksa tidak berpuasa. Karena itu berarti mengurangi koleksi 'prangko'-nya," ujar Siyane, ibu Namira.

Memang tak ada yang lebih mudah, daripada mengajarkan hal menyenangkan bagi anak-anak! Berpuasa menjadi menyenangkan bagi Namira dan kawan-kawannya, karena menjadi ajang mengumpulkan 'perangko' beraneka gambar dan warna. Anak-anak menjadi lebih bersemangat, karena ada aspek kompetisi diantara mereka, untuk menjadi yang terbaik.

Mengoleksi 'prangko' dan berkompetisi, tentu saja harus menjadi sekedar cara awal untuk mengajarkan berpuasa pada anak-anak. Untuk selanjutnya anak-anak harus diberi pemahaman soal syariat dan hikmah dibalik puasa.



Namira atau siapa pun anak-anak, tentu akan memiliki kesan yang berbeda jika belum apa-apa sudah ditanamkan puasa sebagai keharusan. Yang terbayang adalah rasa haus dan lapar yang membebani, bukan permainan koleksi perangko yang menyenangkan.

Terlebih anak-anak yang belum baligh -seperti ibu hamil, ibu menyusui dan orang sakit-tidak memenuhi syarat wajib puasa.

Namun orangtua harus mulai mengajak anaknya berpuasa sejak dini. Karena jika anak sudah mampu, puasanya tetap sah dan dijanjikan pahala ibadah. Tentu saja banyak cara dan media lain, untuk menjadikan puasa sebagai hal menyenangkan bagi anak-anak.

Noor Layla, ibu dari seorang anak kelas tiga SD, punya kiat yang berbeda. Untuk setiap hari saat anaknya Didiet berpuasa, memberikan hadiah buku cerita."Kebetulan anak saya disekolah umum. Jadi sekolah tidak ada kegiatan-kegiatan khusus,untuk mendorong anak-anak berpuasa," katanya.

Meski efektif, mendorong anak-anak berpuasa dengan iming-iming hadiah harus dilakukan hati-hati. Selain harus dipilih hadiah yang mendidik, perlu juga dihindari timbuhnya motivasi berpuasa semata-mata untuk meraih hadiah.

Lakukan dengan Gembira

Kegembiraan dan kesenangan, akan menumbuhkan kecintaan. Jika anak-anak berpuasa dengan gembira, dengan sendirinya akan mencintai ibadah puasa. Untuk itu, kegembiraan harus lebih diperhatikan ketimbang kuantitas atau lamanya anak-anak berpuasa.

Kegembiraan harus diciptakan, disetiap aspek puasa. Mulai dari makan sahur, mengisi waktu saat puasa, hingga saat berbuka. Membangunkan anak-anak saat dinihari bukanlah hal mudah. Apalagi memancing selera makannya untuk sahur. 

Namun sifat anak-anak cenderung menyukai hal baru dan yang tak lazim. Maka bangun dinihari bisa diapresiasi sebagai sebuah 'petualangan' bagi anak-anak. Sedangkan untuk memancing selera makannya, bisa disiasati menu yang disajikan, cara penyajian, atau kegiatan yang mengiringi anak-anak makan.

Meski agak merepotkan, menyuapi anak-anak sambil membacakan cerita bisa menjadi suatu trik. Atau menggelar makan sahur ditaman belakang rumah, bisa memancing imajinasi anak-anak seolah sedang piknik. Ini menjadikan satu trik lain. Yang lebih penting adalah menyajikan makanan kesukaannya.

Berbuka puasa, tentu saja menjadi saat yang ditunggu-tunggu. Kegembiraan saat berbuka di waktu maghrib, akan muncul dengan sendirinya. Namun jika anak-anak ingin berbuka lebih awal, bukan hal tabu untuk mengizinkannya. Tentu disertai motivasi, agar si anak menambah kemampuan puasanya, hingga bisa berbuka pada waktunya.

Lingkungan yang Mendukung

Sifat anak-anak cenderung suka bergaul. Lingkungan pergaulan menjadi satu faktor penentu keberhasilan melatih puasa. Lingkungan keluarga yang sama-sama berpuasa, disertai berbagai ritual dan tradisi bulan Ramadhan, tentu menjadi motivator bagi anak-anak untuk mempertahankan puasanya. Demikian juga dengan lingkungan sekolah dan bermain.

Sebisa mungkin, hindarkan anak-anak dari kondisi lingkungan yang mengganggu puasanya. Seperti makanan dan minuman yang mengundang selera, atau arena permainan yang terlalu melelahkan.

Lingkungan yang menghadirkan suasana baru, juga bisa menjadi hal yang menggembirakan bagi anak-anak saat berpuasa. Jika sebelumnya tak ada kebiasaan makan bersama-sama keluarga, waktu sahur dan buka yang terbatas tentu akan menghadirkan kebiasaan baru tersebut.

Menyiapkan Jadwal Khusus

Bulan Ramadhan menyebabkan perubahan kebiasaan keseharian. Untuk mengatasi kejemuan dan kelelahan, sangat baik untuk memberikan jadual kegiatan bagi anak-anak. Ini juga penting untuk membantu anak-anak melewati waktu krisis, seperti siang hari atau selepas ashar, ketika perut terasa lapar.

Melibatkan anak-anak dalam berbagai kegiatan Ramadhan, bisa memancing animonya berpuasa. Mulai dari yang sederhana, seperti menyiapkan peralatan makan menjelang sahur dan berbuka, hingga mengajaknya ikut serta dalam berbagai ritual Ramadhan seperti tadarus, shalat berjama'ah atau tarawih.

Berikan Penghargaan

Anak-anak akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah Ramadhan, jika didorong apresiasi atau penghargaan. Tentu saja tidak harus hadiah berupa barang yang mahal. Bisa juga sekedar pujian. Ini membuat anak-anak merasa usahanya dihargai.

Pujian juga punya dampak psikologis dan emosional kepada anak-anak. Hal ini menjadi aspek pendidikan tersendiri, dalam menjalani Ramadhan. Karena puasa bukan sekedar ibadah fisik. Pujian harus menjadi alat belajar bagi anak-anak untuk mengendalikan diri, supaya tidak tinggi hati dan sombong.

Anak-anak juga harus belajar untuk tidak rendah diri, ketika dirinya hanya berpuasa sampai zuhur, sedangkan kawannya mampu sampai ashar atau maghrib.

Beragam Penelitiannya Seragam Kesimpulannya       

WACANA tentang dampak puasa dan kesehatan tubuh manusia, senantiasa menjadi pembahasan setiap memasuki bulan Ramadhan. Padahal jelas, sejak perintah puasa berlaku bagi ummat Islam, Rasulullah SAW telah bersabda, "Berpuasalah kamu, maka akan sehat."

Hubungan puasa dan kesehatan, bukan sekedar dogma seperti disabdakan Rasulullah SAW.

Bahkan sepeninggal Rasulullah SAW, bermunculan berbagai fatwa dan nasihat para ulama soal manfaat puasa bagi kesehatan tubuh.

Dr Haris bin Kaldah, asal Arab Saudi menyatakan,"Perut itu pangkal segala penyakit. Puasa adalah pokok segala obat." Syeikh Abdul Hamid al Khatib, juga dari Arab Saudi menyatakan, "Syahwat perut adalah pangkal segala syahwat lain. Apabila Syahwat perut tidak dapat dikendalikan, maka syahwat kelamin akan meningkat, begitu juga syahwat lain seperti ingin cepat kaya, gila kuasa, dan lain-lain."

Berbagai penelitian medis juga telah dilakukan, untuk membuktikan manfaat puasa bagi kesehatan fisik dan jiwa manusia. Tidak hanya diakui oleh kalangan kedokteran Muslim, manfaat puasa juga dibenarkan oleh sejumlah riset yang dilakukan para ahli non-muslim.

Dr Allan Cott, seorang dokter ahli di Amerika Serikat, melalui penelitian yang dilakukan pada tahun 70-an, sampai pada kesimpulan berbagai penyakit gangguan jiwa dapat disembuhkan dengan puasa. Mulai dari gangguan jiwa ringan seperti cemas, insomnia, rendah diri, dan berbagai gangguan mental. Penelitian ini dilakukan Cott terhadap sejumlah pasien gangguan jiwa di rumah sakit Grace Square, New York.



Sarjana biokimia Rusia, Vladimir Nikkitin mengungkapkan, puasa membuat orang orang awet muda. Ini karena orang berpuasa cenderung mampu mengendalikan nafsu, sehingga menekan produksi hormon katekholamin. Produksi berlebih hormon ini menyebabkan denyut jantung lebih cepat, tekanan darah tinggi dan membuat otot tegang. Ini pemicu penuaan dini.

Puasa menjadi salah satu terapi yang dilakukan Dr. Nicolayev di The Moscow Psychiatric Institute. Bahkan puasa dilakukan selama 30 hari, persis seperti yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadhan. Nicolayev berkesimpulan, puasa menjadi terapi penyembuhan bagi berbagai gangguan kejiwaan yang tidak dapat diatasi secara medis.



Penelitian Muazzam dan Khaleque yang dipublikasikan dalam Journal of Tropical Medicine tahun 1959 dan penelitian Chassain dan Hubert yang dipublikasikan dalam Journal of Physiology tahun 1968 mengungkapkan, tidak ada perubahan unsur kimia dalam darah pada orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.

Source: Majalah Insani - Islamic Digest, no.30 - Oktober 2004

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...