Kamis, 06 Oktober 2011

Wanita Menopause Rentan Terkena Osteoporosis ? (BAGIAN 1)

Osteoporosis memang cenderung dikaitkan sebagai masalah bawaan bagi wanita-wanita menopause. Namun, karena menopause itu menyangkut perubahan hormonal yang besar, pengaruhnya pada tubuh wanita sesungguhnya tak terbatas pada masalah tulang belaka.

MASALAH menopause makin relevan untuk dibicarakan, mengingat semakin tingginya usia harapan hidup kaum wanita Indonesia yang tahun ini diprakirakan  mencapai 70 tahun. Itu berarti wanita berumur 45 tahun keatas jumlahnya berkisar 20 juta, sekitar 20% dari total perempuan di Indonesia, atau sekitar 10% dari seluruh populasi Indonesia. Mengetahui ABCD-nya menopause tentu akan sangat membantu kaum perempuan dan keluarganya di saat ia memasuki masa menopause. Sebenarnya bisa dibilang ada dua proses menopause. Ada masa perimenopause, ada masa menopause. Pada masa perimenopause, terjadi perubahan besar pada hormon ditubuh wanita. Ia sering merasakan kepanasan (hot flushes), uring-uringan, sulit berkonsentrasi, sulit tidur, dan yang utama pembawaannya jadi tak terduga-duga. Gejala ini berlangsung antara tiga sampai enam tahun.

Menopause sendiri sebenarnya mengacu pada menstruasi terakhir yang dialami seorang wanita, karenanya baru disadari setelah berlalu. Biasanya diambil patokan, "Jika Ibu sudah setahun tidak mengalami haid, ya artinya Ibu sudah menopause". Yang sering disebutkan sebagai "masa menopause" sebenarnya adalah masa pascamenopause, sesudah haid terakhir tadi. 

Simtom-simtom yang bisa mencakup payudara sensitif dan sakit kepala itu, menurut Dr. Susan M. Love, sebenarnya terjadi akibat fluktuasi tinggi rendahnya kadar estrogen di dalam darah (The Hormone Dilemma, 1997). Penelitian yang dilakukan pada tahun 1994 menunjukkan bahwa tidak ada pola standar pada wanita yang mengalami perimenopause. Pola gejalanya semua berbeda-beda.

Menopause itu alami

Wanita menopause sering merasa kepanasan
Dokter Love menyayangkan, betapa telah lama orang mempunyai pemahaman keliru tentang indung telur. Banyak pihak memandangnya sebagai "pabrik telur" semata, sementara indung telur itu suatu organ endokrin, organ penghasil hormon, yang fungsinya melampaui batas-batas fungsi reproduksi. Baik sebelum, sedang, maupun sesudah menopause, indung telur tidak pernah berhenti menghasilkan hormon, namun yang dihasilkannya berbeda-beda.

Menopause sebenarnya sebuah tonggak dalam "karier" indung telur. Pada titik itu fungsinya sebagai alat reproduksi diubah dari organ penghasil telur menajdi organ pemelihara tubuh. Kalau tadinya ia penghasil estrogen dan progesteron yang kaya folikel(telur di dalam kantungnya), kini ia memproduksi estrogen dan androgen yang kaya stroma ("lem" yang merekatkan telur). Wanita muda lebih banyak menghasilkan telur dengan aroma sedikit. Semakin matang usianya, telurnya makin berkurang, sedangkan stromanya bertambah.

Pada masa perimenopause ini testosteron dan androstenedion diubah menjadi estron (salah satu bentuk dari estrogen) oleh enzim aromatase yang juga banyak terdapat dalam lemak dan otot. Kelangsungan produksi hormon-hormon ini berbeda-beda antara wanita yang satu dengan yang lain. Itu barangkali yang menyebabkan berbeda-bedanya simtom perimenopause pada wanita. Wanita yang mengalami menopause karena pengangkatan kedua indung telurnya umumnya mengalami simtom menopause yang lebih berat, lebih mudah terkena osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Diduga, penyebabnya kehilangan hormon-hormon yang di produksi indung telur.


Yang menarik, menurut Jane Cauley, seorang peneliti menopause, ketika melakukan pengukuran kadar hormon dalam darah wanita yang telah mengalami menopause, semakin tingginya usia wanita ternyata tidak berarti produksi hormon otomatis menurun. Ia malah menemukan fakta-fakta menarik lain. Misalnya, wanita gemuk tingkat estrogennya lebih tinggi sampai 40% dari wanita dengan bobot tubuh nornal. Sebabnya mungkin karena aromatase terdapat dalam lemak.


Wanita yang lebih berotot lebih tinggi kadar estrogennya. Lagi-lagi, ini karena otot memiliki banyak sekali aromatase. Diluar indung telur, aromatase otot mengkonversi 25-30%, androgen menjadi estrogen, sementara aromatase lemak hanya mengubah 10-15% saja. Di samping itu masih ada beberapa organ tubuh lain yang punya tugas melakukan konversi ini, yaitu otak, kulit, rambut, dan sum-sum tulang belakang. Ini membuktikan bahwa pada pascamenopause tubuh wanita tetap memproduksi hormon.


Dengan memegang prinsip dasar pemahaman ini, bahwa indung telur pascamenopause bukannya berhenti berfungsi, tetapi sekadar beralih fungsi, beberapa pendapat salah kaprah tentang menopause dengan sendirinya gugur. Sebut saja pendapat yang memandang menopause sebagai "kegagalan reproduksi" atau "kegagalan indung telur" ataupun "penyakit kekurangan estrogen". Masalahnya, semua sebutan itu sendiri secara intrinsik menunjukkan pandangan negatif terhadap kondisi menopause, yang sebenarnya alami belaka. Ini menurut Dr. Susan M. Love.


Hebat berkat kedelai

Yang juga tak dinyana, bagaimana wanita menjalani dan mengalami masa perimenopause dan (pasca) menopausenya, ternyata erat terkait dengan kondisi pemikiran sosiokultural tempat si wanita hidup. Masyarakat Barat cenderung memandang datangnya masa tua dengan perasaan-perasaan negatif. Perasaan tak berguna, tersingkir, tak sempurna lagi mengakrabi pemikiran mereka. Dengan pandangan demikian, maka wajar kalau kemudian mereka merasakan bahwa kondisi menopause itu adalah suatu "kelainan" yang harus dicarikan pemecahannya. Terapi pengganti hormon sebagai salah satu pemecahan yang muncul, sampai kini masih diperdebatkan sisi baik buruknya, bahkan perlu-tidaknya.

Bersambung - Wanita Menopause Rentan Terkena Osteoporosis ?(Bagian 2)

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...