Sabtu, 22 Oktober 2011

Cara Menghadapi Kanker Payudara

Sebaiknya, jangan dianggap sebagai momok. Jagalah pola hidup sehat untuk mencegahnya. Bagi yang sudah terkena, perlu dukungan moril.

LAPORAN WHO menyebutkan tahun 1989 saja angka penyakit ganas ini sudah bertambah 7 juta dalam setahun. Di Indonesia penderitanya pun tidak sedikit. Menurut perkiraan, setiap 100.000 penduduk terdapat 100 penderita kanker baru. Prevalensi jumlah penderitanya semakin bertambah seiring meningkatnya harapan hidup, kondisi sosial ekonomi yang semakin baik dan terjadinya perubahan penyakit menular atau infeksi ke arah penyakit degeneratif, dan neoplasma.

Di antara sekian puluh jenis kanker, kanker payudara menduduki urutan kedua (15,83%) di Indonesia setelah setelah kanker leher rahim (25,57%). Sebab itu, deteksi dan diagnosis kanker payudara secara dini sangat diharapkan agar pengobatan bisa dilakukan secara optimal dan 87% - 89% dapat disembuhkan.

Faktor penyebab

Beberapa penelitian menyebutkan, faktor lingkungan dan gaya hidup sehari-hari memungkinkan seseorang terkena penyakit ganas ini. Sebagai contoh, Ny. Ari, warga Jakarta berusia 40-an mengeluh payudaranya terasa sakit. Ketika diperiksa tampak bercak-bercak kebiruan dibeberapa bagian payudaranya. Ia mengaku lebam pada payudaranya akibat ulah seksual suaminya. Kejadian seperti itu sudah berulang kali terjadi pada dirinya, tapi yang terakhir ini disertai rasa sakit yang berkelanjutan. Setelah diperiksa ternyata tampak adanya gejala penyakit kanker pada payudara Ny. Ari.

Tentu saja contoh tadi bukan satu-satunya penyebab kanker payudara. Penelitan Doll R. dan Peto R. pada tahun 1981 mencatat, kanker payudara yang disebabkan oleh perilaku seksual pasangan yang kasar atau sadis hanya sekitar 7%. Kedua dokter ahli dari AS ini malah menyebutkan faktor makanan dan gizi merupakan penyebab utama (35%) disusul selanjutnya, rokok (30%) dan infeksi (10%). Ada lagi karena pekerjaan (4%), alkohol (3%), geofisik (3%), populasi (2%), penyalahgunaan obat, hasil industri, dan bajan tambahan makanan sekitar 1%.

Pakar kesehatan lainnya, Levine David dalam publikasinya tahun 1978, menambahkan bahwa faktor ekstrem yang berhubungan dengan status sosial ekonomi, jumlah kehamilan dan menopause buatan juga banyak mempengaruhi    risiko terkena kanker payudara.

Keluarga dengan tingkat sosio tinggi memang lebih banyak yang menderita kanker payudara. Sebab, dibandingkan dengan masyarakat kelas menengah ke bawah, konsumsi lemak mereka jauh lebih tinggi. Makanan yang serba enak biasanya mengandung lemak sampai 40% atau lebih dari total kalori. Padahal batas tertinggi lemak dalam makanan seharusnya 30%, bahkan sebaiknya tidak lebih dari 25% dari total kalori. Sebagai contoh, di Belanda, Denmark, Inggris, dan Amerika angka kematian karena kanker payudara lebih tinggi daripada di Thailand, Filipina, Indonesia, dan Meksiko.

Oleh karena itu sedapat mungkin hindari kegemukan, sebab timbulnya kanker payudara berhubungan erat dengan faktor kegemukan. Wanita dengan kondisi kegemukan 40% di atas berat badan ideal mempunyai risiko 55% terkena kanker payudara.

Kanker jenis ini sering kali juga dihubungkan dengan pemakaian kontrasepsi oral. Beberapa penelitian mengatakan kontrasepsi oral yang biasanya terdiri atas gabungan estrogen dan progesteron ini tidak menimbulkan risiko tinggi kanker payudara kalau diberikan pada wanita usia 20 - 30 tahun. Namun, bagi mereka yang sudah mengidap tumor jinak payudara, memang dapat menaikkan risiko sampai 10 kalinya. Apalagi kalau si wanita sudah berusia 35 tahun ke atas.

Dalam usaha melakukan deteksi dini serta pencegahan kanker payudara hendaknya kita melakukan kontrol berkala dengan bantuan alat pemeriksa seperti mamografi, USG, termografi, khususnya bagi wanita di atas usia 25 tahun yang mempunyai saudara sekandung menderita kanker payudara. Selain itu rajinlah memeriksa payudara sendiri.

Kita patut curiga terhadap setiap benjolan di payudara, apalagi kalau pada pemeriksaan mamografi terdapat bentuk bayangan di balik gambar tumor (accoustic shadow) dengan mikrokalsifikasi (bentuk tak teratur sebagai gambaran bintang). Tanda lain apabila terdapat kista yang mengeluarkan cairan berupa darah, puting susu mengeluarkan darah atau serosa dan secara klinis tidak jelas bahwa benjolan yang muncul berupa tumor jinak saja.

Pembedahan yang terbaik

Pengobatan kanker payudara penerapannya banyak bergantung pada stadium klinik penyakit. Caranya, mulai dari pembedahan, baik yang bersifat menyembuhkan maupun menghilangkan gejala penyakit. Pembedahan dapat berupa pengangkatan payudara (mastektomi) atau dengan bedah konservatif. Yakni hanya mengangkat tumor dan kelenjar getah bening regional saja. 


Setelah pembedahan, dilakukan penyinaran yang fungsinya menyembuhkan sekaligus menghilangkan gejala penyakit. Kemoterapi atau pengobatan antitumor yang biasanya dilakukan dengan infus atau suntik merupakan pengobatan penunjang bila sudah ada kelenjar getah bening regional yang terkena tumor (metastasis), disamping pengobatan hormonal yang berfungsi melenyapkan penyakit atau penambahan hormon. Ada kalanya penderita diberi pengobatan imunoterapi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pada penderita kanker payudara yang sudah lanjut, biasanya diberikan perawatan simptomatik untuk menanggulangi keluhan yang diderita.


REHABILITASI MASTEKTOMI

KALAU pada akhirnya mastektomi merupakan satu-satunya cara yang harus ditempuh. Sebaiknya harus bagaimana?? Mengingat operasi akan berdampak psikologis sepanjang sisa hidup si penderita, persiapan mental amat diperlukan. Apalagi masalah mental ini sangat bervariasi tergantung dari kepribadian pasien, usia, status perkawinan, kehidupan perkawinan serta nilai payudara itu bagi yang bersangkutan.

Pada umumnya bagi wanita di atas usia 60 tahun, konsekuensi psikologis ini tidak begitu menjadi masalah dibandingkan dengan penderita yang lebih muda. 

Rehabilitasi penderita terbagi atas 3 tahap yakni sebelum operasi, semasa operasi, dan setelah operasi.

Sebelum menjalani mastektomi penderita sebaiknya harus sudah yakin benar bahwa operasi ini adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan jiwanya. Memang, pada tahap kesadaran ini biasanya timbul rasa takut dan khawatir menjadi wanita tidak sempurna. Disini peranan dokter tidak hanya sebagai pelaku pengobatan medis, melainkan juga dituntut untuk membesarkan jiwa si pasien.

Sementara menunggu saat operasi pasien perlu mendapatkan latihan-latihan sbb:

1. Pernapasan; yakni latihan napas dalam (inspirasi dan ekspirasi dalam). Ini berguna untuk menghadapi ekspansi torak. Latihan berikutnya, sambil kedua tangan memegang perut, pasien menarik napas dalam, dan mengembuskan sekuat-kuatnya. Kemudian mengeluarkan napas sambil kedua tangan menekan diafragma (sekat rongga badan ke atas).

2. Batuk; latihan ini untuk berjaga-jaga kalau sehabis operasi sampai batuk. Tangan yang sehat memegang daerah luka operasi.

3. Gerak otot isometrik (tanpa gerakan sendi). Latihan otot lengan bawah dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. Latihan otot lengan bawah, dengan melakukan fleksi lengan bawah sisi mastektomi dengan diberi tahanan.

4. Pencegahan edema (penimbunan cairan yang berlebihan dalam jaringan) lengan; sebelum operasi lengan sisi mastektomi mulai dipijat.

5. Latihan otot sendi bahu.

6. Mengukur lingkar lengan atas, bawah dan volume lengan.

7. Penawaran perlu tidaknya pemakaian protese payudara setelah mastektomi.

Peran dokter saat dilakukan pembedahan mastektomi tentu saja sangat besar, Pemasangan saluran untuk mencegah pengumpulan darah dan serum yang berlebihan serta penggunaan antibiotik sangat berguna untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Setelah operasi selesai, pasien sangat membutuhkan penyesuaian psikologis. Disini peran suami atau orang yang paling dekat dengan sang pasien sangat penting. Alangkah baiknya kalau pasien didampingi seorang psikolog atau seseorang yang sudah melakukan mastektomi untuk ikut menguatkan jiwanya.

Pada hari-hari pertama segera dapat dilakukan latihan pernapasan. Untuk latihan sendi bahu sebaiknya ditunda sampai kira-kira satu minggu. Kekakuan sendi bahu biasanya dibantu dengan fisioterapi secara intensif atau adakalanya diberikan suntikan hydrocortison intraartikuler. Setelah luka sembuh, dapat dilakukan hydroterapi dengan memasukkan seluruh lengan sisi yang di mastektomi ke dalam pusaran air. Kemudian bisa disusul dengan aerobik ringan.

Latihan secara berkelompok khususnya dengan penderita yang hampir seumur disarankan agar dapat membangkitkan rasa saling menolong antarpenderita.

Pemasangan protese baik yang bersifat sementara atau permanen oleh dokter bedah plastik untuk mengembalikan rasa percaya diri. Di Indonesia pun bisa dibeli BH dengan protese sementara yang cukup baik kualitasnya. Sedangkan, protese permanen masih jarang dilakukan di Indonesia.


YANG PERLU DI WASPADAI

1. Usia di atas 30 tahun.

Anda mempunyai kemungkinan lebih besar terkena kanker payudara. Apalagi pada umur 50 tahun dan telah menopause, tingkat risikonya semakin tinggi.

2. Punya riwayat kanker payudara.

Kondisi ini menyebabkan Anda punya risiko untuk mendapatkan kanker pada payudara yang lain lebih besar (7%).

3. Usia 25 tahun dan mempunyai anggota keluarga semisal ibu, saudara perempuan sekandung pernah menderita kanker payudara.

4. Tidak menikah atau menikah tapi tidak pernah melahirkan.

5. Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun.

6. Tidak pernah menyusui.

7. Mengalami trauma berulang kali pada payudara.

8. Menderita kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh akibat trauma.

9. Mulai haid pada usia yang sangat muda.

10. Pernah mendapat radiasi pada payudara (pengobatan keloid).

11. Menderita kegemukan.

12. Pernah dioperasi pada payudara atau alat reproduksi.

13. Pernah mendapat terapi hormonal untuk mendapat anak, dalam waktu yang lama.

14. Mengalami berbagai macam beban mental (stress) hebat.

KENDALI DIRI

1. Kalau Anda berisiko tinggi, sebaiknya jangan hamil diatas usia 35 tahun.

2. Mereka yang pernah dioperasi tumor payudara yang jinak, sedapat mungkin menghindari pemakaian kontrasepsi oral.

3. Tidak dianjurkan memakai bahan atau obat yang mengandung hormon estrogen untuk kepentingan kosmetik atau pelangsing tubuh.

4. Hindari makanan berlemak dan rokok. Sebaliknya, konsumsi sayuran dan buah-buahan diperbanyak.

5. Kurangi makanan yang diasinkan atau diasap.

6. Hindari minuman beralkohol.

7. Berolahraga dengan teratur.

Source: Majalah Intisari, no.369 - April 1994

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...