Rabu, 06 Juli 2011

Di Serang Beruang Kutub

MATAHARI Antartika yang pucat sedang tepat berada di atas kepala, ketika George Visser dan Piet Oosterveld bangun dari tidurnya di pondok Quonset, di stasiun penelitian Kapp Lee. Hanya mereka berdua yang berada di Edgeoya, sebuah pulau seluas 1930 mil persegi di Kepulauan Spitsbergen, atau tepatnya antara Norwegia dengan Kutub Utara. Lebih dari sepertiga kawasan itu, setiap tahunnya selalu diselimuti es.

SAMBIL membuat kopi. George Visser pada hari Minggu pagi, 6 september 1987 itu, masih dapat melihat bayang-bayang Oosterveld, teman kentalnya yang ahli biologi itu, untuk menghabiskan waktu selama 6 minggu di Edgeoya, guna mempelajari kebiasaan hidup rusa kutub.

Diusianya yang 48 tahun, Piet terbilang pria yang kekar, keras, penuh rasa percaya diri dan suka menyendiri. Satu gambaran pribadi yang sempurna dan cocok untuk hidup di Kutub.  Stasiun Kapp Lee dibangun pertama kali pada 1968, untuk keperluan penyelidikan populasi beruang kutub yang hidup di pulau itu.

Disisi lain, George adalah pria yang ekstrovert serta gabungan dari pribadi yang suka bercanda dan seorang yang taat beribadah.  Sebenarnya hari ulang tahun George yang ke 50 kurang beberapa hari lagi, saat dia diajak Piet untuk pergi ke Edgeoya. Dia tadinya bermaksud akan merayakannya di rumah di Terahelling bersama Annegriet dan dua anak putrinya.

Saat menerima tawaran Piet, George sempat melontarkan tanya, "Bagaimana tentang beuang-beruang kutub ? Berapa banyak mereka dan apakah berbahaya?" tanya George pada Piet, sebelum keduanya meninggalkan Belanda.

"Disana ada kira-kira 3.000 ekor beruang. Pada dasarnya mereka berbahaya. Cakar, gigi, beratnya yang mencapai 700 kilogram dan kecepatan larinya yang mencapai 50 kilometer per jam, menjadikan beruan kutub termasuk salah satu hewan paling berbahaya didunia," tambah Piet, tenang.

Akhirnya dengan kapal peneliti Belanda, M.S. Plancius, keduanya meninggalkan Belanda menuju Tromso di Norwegic untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Edgeoya.

SEBELUM berangkat, Piet Oosterveld menolak membawa senjata api. Dia malahan membuat beberapa obor untuk menghalau beruang kutub, seandainya mereka datang menganggu.

"Bakar ujungnya dan kibas-kibaskan dihadapan wajahnya, dan kamu akan melihat mereka lari terbirit-birit," jelas Piet, sambil tertawa.  Namun George Vesser merasa aman bila membawa senjata api.

Pada suatu pagi, George dan Piet berangkat untuk menghitung jumlah rusa kutub dan mengumpulkan jenis-jenis tanaman tundra. Akhirnya mereka melihat sekawanan beruang, termasuk seekor beruang betina dan dua ekor anaknya. Mereka berkerumun di sekitar stasiun penelitian.

Jam dinding menunjukkan pukl 18.00, ketika keduanya kembali ke pondok.  Ketika George mempersiapkan makan malam, sekilas Piet melihat ke arah jendela.  "Celaka!," teriaknya,  "Lihat, itu seekor beruang!"

Diluar, seekor beruang muda jantan sedang merusak kereta es mereka. Piet segera mengambil dan menyalakan obor dan langsung keluar untuk menyalakan obor dan langsung keluar untuk mengusir beruang muda itu. Lewat jendela dapur, Goerge tidak dapat melihat dengan jelas keadaan temannya itu.

Lalu dengan tiba-tiba dia menyaksikan beruang muda itu mengangkat kereta es tadi, yang lalu dilemparkan ke arah Piet.

Piet terlihat melemparkan obornya, dan berusaha lari menuju pintu pondok yang jaraknya 5 meter.

Namun Piet tidak pernah sampai ke pintu pondok itu, karena dia terjatuh. Dalam waktu yang begitu cepat, beruang itu sudah berada di sampingnya. Beruang itu bersiap-siap akan meremukkan kepala Piet. Itulah cara beruang kutub membunuh anjing-anjing laut, sebelum memangsa dagingnya.

Anehnya meski Piet mendengar gemeretak gigi beruang yang beradu dengan tulangnya, dia tidak merasakan sakit apa-apa. Dengan iba, Piet berteriak", George! Tolonglah aku, George. Ambil obor lainnya, George!"

George berlari cepat untuk memberikan pertolongan. "Pemandangan paling mengerikan yang pernah saya lihat selama hidup saya," pikir George. Darah tercecer dimana-mana. George dapat melihat tulang Piet yang tersembul. Beruang itu menggeram, seakan hendak menghabisi nyawa Piet.

"Piet sudah tewas, tidak ada sesuatu yang dapat saya kerjakan. Jangan bertindak bodoh. Kembali saja dan tutup pintu pondok," demikian George bergumam.

Di dalam pondok masih tersisa dua obor lagi. Dengan cepat, George kembali masuk ke dalam pondok, dan segera mengambil dua obor itu bersamaan. Dengan berani, George menyodokkan obor yang terbakar tadi ke wajah beruang tadi.

George dapat mencium bulu beruang yang terbakar. Tapi beruang itu tidak beranjak pergi atau menjadi takut.

Akhirnya dengan tindakan nekat, George menarik tubuh beruang itu. George berhasil menarik perhatian beruang tadi. Setelah melepaskan tubuh Piet, beruang tadi beralih menghantam George. Piet akhirnya berhasil lari masuk ke dalam pondok.

Untuk sesaat, George merasakan kepalanya pening. George masih dapat melihat mulut yang penuh darah dan gigi-gigi beruang yang tajam menyeringai, mengancam nyawanya.

"Selamat tinggal Annegriet dan anak-anakku," ucap George dalam doanya. Tiba-tiba George tidak tahu lagi dengan pasti bagaimana terjadinya, tahu-tahu berada di samping Piet, didalam pondok.

Di dalam pondok, George mendapat Piet terbujur lemas : dilantai dengan tubuh dipenuhi luka. Kotak obat yang ada di dalam pondok isinya kurang memadai. Tidak ada antibiotika. Dengan hati-hati, George lalu mengangkat tubuh temannya, untuk kemudian dibaringkan di atas tempat tidur.

Saat itu hari Minggu, sedang kapal baru akan datang pada Rabu sore.  Padahal Piet harus segera mendapatkan pertolongan. Dengan walkie-talkie berkekuatan 9 mil.  George mencoba untuk mencari bantuan. Panggilannya tidak memperoleh jawaban. Lalu dia membakar dua alat pemberi tanda, dengan harapan agar atau pesawat yang berada di dekat mereka dapat melihat. Usaha George ini juga sia-sia.

Kapal Datang

Di dalam pondok, George Visser masih dapat mendengar dengus dan geraman beruang yang sedang menanti mereka. Pada selasa malam, George masih mendengar garukan kuku beruang pada dinding pondok mereka. Selama semalaman George tetap terjaga.

Pukul 3:55 Rabu September 1987, kapal M.S. Plancius merapat di dermaga stasiun Kapp Lee. Dari anjungan kapal kapten Albertus de Waard melihat keadaan stasiun penelitian itu dengan teropongnya.

"Aneh, tidak ada tanda-tanda kehidupan," katanya.

Dari radio, dia mendengar suara George, "Plancius, Plancius disini Kapp Lee. Kami diserang beruang dan kini kami butuh pertolongan secepatnya. Kami butuh helikopter untuk membawa korban.  Sewaktu-waktu beruang itu akan menyerang lagi. Saya sudah memasang penghalang pada pintu masuk."

Kapten de Waard segera memanggil polisi di Longyearbyen lewat radionya.

Pukul 5:55, sebuah helikopter nampak melayang-layang sebelum mendarat di pantai, kira 200 meter dari tempat beruang itu berada. Dengan serentetan tembakan, beruang tadi berhasil ditewaskan. George dan Piet Oosterveld segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Piet benar-benar beruntung, meski dia menderita luka sangat parah, nyawanya masih berhasil diselamatkan.

Untuk keberaniannya, tiga bulan kemudian pemerintah Belanda menganugerahkan medali perunggu Penghargaan untuk Penyelamat Kemanusiaan kepada George. Pada 15 September 1987, Piet dan George kembali ke Belanda. Namun perjuangan mereka belum berakhir. Piet harus menjalani operasi plastik sebanyak dua kali. Operasi plastik ketiga, juga sedang menantinya, untuk menyambung kembali telinga kirinya yang hampir putus dimangsa beruang kutub.

Beberapa waktu kemudian, Piet kembali lagi ke Kapp Lee. Untuk kepergiannya kali ini, Piet tidak mau lagi ambil resiko. Dia membawa senapan untuk berjaga-jaga.

George yang di anugerahi gelar pahlawan, menolak untuk ikut. Dengus napas dan cakar serta gigi tajam beruang kutub di Edgeoya masih menghantui benaknya. Dia tidak menginginkan pengalaman buruk itu kembali menimpa dirinya. "Cukup sekali itu saja. Aku tidak akan kembali lagi kesana." ucapnya.

Source : Majalah Warnasari, no.185 - Juni 1994

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

DAFTAR ISI

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...