Minggu, 10 Juli 2011

PRESIDEN AS ITU NOBODY

PENENTUAN presiden AS - kepala negara, kepala pemerintahan, dan panglima tertinggi angkatan bersenjata - memakan waktu setahun penuh. Bagi AS, mencari presiden adalah memilih warga nomor satu sehingga prosesnya lama, rumit, dan penuh intrik. Saking peliknya, sampai-sampai beredar joke.

Tersebutlah 4 orang bernama: everybody, somebody, anybody dan nobody.  

Menjadi presiden adalah pekerjaan yang sangat penting dan everybody yakin, somebody akan melakukan hal itu. Sebenarnya anybody mampu memegang jabatan itu, tapi nobody-lah yang mendapatkan. Somebody marah, sebab itu adalah pekerjaan everybody. Sementara everybody berpikir, anybody mampu mengerjakan hal itu, tapi nobody yang mewujudkannya.

Pada akhirnya, beberapa pertanyaan diajukan. Dari semua kandidat, siapakah yang paling sempurna? Nobody! Siapa yang mampu menurunkan pajak dan harga bahan bakar? Nobody! Siapa yang piawai membawa perdamaian bagi kita? Nobody! Siapa yang sanggup menyeimbangkan anggaran belanja negara? Nobody! Siapa yang akan hidup langgeng dan bekerja sepanjang waktu? Nobody! Siapa yang akan hidup langgeng dan bekerja sepanjang waktu? Nobody! Siapa yang akan menyensor pornografi di Internet? Nobody! Siapa yang mencintaimu dan memberi semangat waktu kamu sedang "jatuh"? Nobody! ... Pertanyaan krusial dan bersifat pribadi pun semakin banyak dilontarkan. Hanya nobody-lah yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan jitu.

Lebih kecil daripada Tyson

Presiden AS dipilih setiap 4 tahun. Pemilihan jatuh tahun keempat masa jabatan presiden sebelumnya, biasanya Selasa pertama bulan November. Untuk tahun ini jatuh pada hari Selasa Wage, 5 November 1996. Presiden terpilih bakal dilantik dan resmi berkuasa di Gedung Putih pada tanggal 20 Januari 1997.

Jabatan presiden AS bukanlah kedudukan yang memberikan kekuasaan mutlak. Sebagaimana negara demokrasi lainnya, presiden AS berbagi kekuasaan dengan Kongres (legislatif) dan Jaksa Agung (yudikatif). Sebagai kepala pemerintah federal, presiden juga harus berbagi kekuasaan dengan para gubernur di negara bagian. Penghasilan resmi presiden juga tak besar sekali, lebih kecil dibandingkan Mike Tyson sebagai petinju atau pendapatan bintang top Hollywood, cuma AS $ 200.000 (kurang lebih Rp. 480 juta) per tahun, plus AS $ 50.000 (kurang lebih Rp. 120 juta) tunjangan pengeluaran dan AS $  100.000 (kurang lebih Rp. 240 juta) tunjangan perjalanan dan jamuan resmi.
AS memiliki dua partai dominan, yakni Partai Republik (konservatif sayap kanan) dan Demokrat (liberal sayap kiri). Kedua partai ini bersaing dalam arti sesungguhnya. Keduanya memiliki sumber daya serta akses pada hampir semua sektor yang bersaing, dan saling mendominasi Gedung Putih serta Gedung Capitol (gedung Kongres).

Presiden AS biasanya kandidat yang dinominasikan oleh masing-masing partai. Memang pernah terjadi seorang kandidat nonpartai terpilih menjadi presiden. Namun, dalam sejarah, hanya seorang kandidat yang demikian, yakni Theodore Roosevelt.

Syarat menjadi presiden (atau kandidat presiden) AS cukup banyak. Syarat formalnya sederhana, yakni warga negara kelahiran AS, berusia minimal 35 tahun, dan sedikitnya telah 14 tahun menjadi penduduk AS. Namun di luar syarat formal itu terdapat sejumlah syarat informal yang justru sangat menentukan, antara lain: kaya, cerdas, bersih dari skandal, penyabar, penyayang, bapak dari sebuah keluarga bahagia.

Kandidat presiden AS harus kaya. Seandainya tidak kaya sekali, ia harus mempunyai sejumlah kawan atau pendukung yang kaya sebagai donatur. Soalnya, pemilihan presiden AS memang menuntut masing-masing kandidat atau kubunya membelanjakan banyak uang untuk kampanye. Keseluruhan aktivitas kampanye ini untuk merekayasa citra kandidat sebagai orang yang paling layak dipilih menjadi presiden.

Menurut Larry Sabato - baru saja menulis tentang skandal uang yang melibatkan Gedung Putih di abad ini - biaya kampanye bisa mencapai AS $ 600 juta. Sementara undang-undang menyatakan sumbangan individu pada seorang politisi, tidak boleh melebihi AS $ 1000. Maka tak mengherankan jika kasus James Riady (pengusaha Indonesia dari Grup Lippo), yang menyumbang dana sebesar AS $ 100.000 bagi kampanye Bill Clinton menjadi kasus yang dikatakan lebih dari Skandal Watergate. Kasus yang diungkapkan pertama kali oleh William Safire, kolumnis kawakan The New York Times, menjadi mangsa empuk bagi kubu Robert Dole.

Kandidat presiden AS tentu saja harus cerdas karena ia dituntut untuk melewati proses seleksi yang memeras otak dan stamina. Cerdas sekedar pintar saja tak cukup. Kandidat harus memiliki stamina inteligensia yang hebat dan emosi yang terkendali. Ia juga harus seorang penyayang, baik kepada sesama maupun binatang, dan penyabar.

"Kebersihan" diri mutlak dituntut dari setiap kandidat. Ia tak boleh terlibat tindak pidana dan perdata, bebas skandal keuangan dan asmara, serta bebas dari segala tindakan lain yang membuat rakyat AS meragukan kepribadiannya. Tak heran, banyak kandidat presiden yang jatuh sebelum memasuki pertandingan yang sesungguhnya karena pribadinya meragukan. Garry Hart misalnya.

Sebuah syarat tak tertulis tetapi cukup menentukan, lebih-lebih bagi kandidat yang tampil atas dukungan Partai Republik yang sangat mengagungkan nilai-nilai keluarga adalah sikap kandidat sebagai seorang bapak yang baik dan setia.

Kalau melihat persyaratan nonformal yang disebutkan belakangan ini, bisa timbul pertanyaan bagaimana dengan kandidat wanita? Ternyata AS tidak menetapkan presidennya harus pria dan wanita. Namun meskipun AS dikenal sebagai negara demokrasi maju dengan masyarakat modern, sampai sekarang kecil kemungkinan seorang wanita terpilih sebagai presiden. AS adalah masyarakat dengan dominasi pria yang telah melembaga. Dalam sebuah masyarakat yang demikian, mayoritas rakyat percaya, pria memiliki kepribadian lebih (lebih sabar, lebih rasional, dan lebih dermawan) dibandingkan dengan wanita.

Faktor istri kandidat

Namun peran wanita tak bisa dikesampingkan begitu saja. Satu hal yang tak bisa dilupakan saat menghitung kemungkinan kemenangan kandidat presiden AS adalah peran istri masing-masing kandidat. Kalangan analis politik yakin, Clinton berhasil memenangkan pemilu 1992, antara lain berkat penampilan cemerlang istrinya, Hillary Rodham Clinton. Kecakapan dan popularitas Hillary yang sangat hebat sampai-sampai membuat tim kampanye Clinton memperkenalkan semboyan "pilih satu dapat dua". Maksudnya, memilih Clinton berarti sekaligus mendapatkan dua penghuni Gedung Putih yang sama-sama cakap.

Dari kubu lawan Clinton, Elizabeth Dole - istri Bob Dole - memiliki nilai lebih yang tak bisa disepelekan. Wanita ini adalah aktivis kemasyarakatan dan cerdas, serta telah memiliki basis dukungan dan tempat tersendiri di masyarakat AS. Namun, popularitas Hillary saat ini merosot akibat dua skandal besar yang diyakini melibatkan dirinya.

Source : Majalah Intisari, no.400 - November 1996

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

DAFTAR ISI

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...