Kamis, 07 Juli 2011

Buku Harian Anak Korban Bosnia (BAGIAN 1)

Dipenghujung tahun 1991, Zlata Filipovic, seorang gadis kecil Bosnia keturunan campuran dua etnis berumur 10 tahun, mulai menulis buku harian tentang kisah kehidupannya di Sarajevo. Segera saja buku harian itu menjadi semacam rangkaian kisah horor. Selama 2 tahun yang menyusul kemudian, ketika Sarajevo berada dalam serangan gencar Serbia, Zlata telah tumbuh dari seorang bocah polos, menjadi seorang gadis remaja bijaksana yang matang sebelum waktunya. Dia membandingkan dirinya dengan Anne Frank yaitu seorang gadis kecil Yahudi yang dibunuh Nazi.

Buku Harian Zlata
MUSIM panas 1993, sebuah kelompok perdamaian di Sarajevo menerbitkan buku harian Zlata itu. Seorang penerbit Perancis mengeluarkan edisi Eropanya dan mempersiapkan kisah tentang evakuasi keluarga Zlata itu dari Sarajevo.

Sekarang Zlata berumur 13 tahun dan tinggal di Paris, bersama kedua orang tuanya.

Seperti di bawah inilah petikan-petikan dari buku hariannya itu :

KAMIS, 5/3/1992, Oh Tuhan! Suasana semakin memanas di Sarajevo. Pada hari minggu, sekelompok kecil orang-orang bersenjata (seperti yang mereka katakan di TV) telah membunuh seorang tamu Serbia yang sedang menghadiri pesta perkawinan dan juga mencederai Bapak Pendeta.

Pada tanggal 2 Maret (hari Senin) seluruh kota penuh dengan barikade. Tak kurang dari 1000 buah barikade. Kami sudah tak mempunyai persediaan lagi. Pada pukul 06.00 para penduduk mulai bosan dan keluar ke jalan-jalan. Arak-arakan penduduk itu dimulai katedral dan menyusuri seluruh jalan-jalan di kota.

Beberapa orang mengalami cidera di barak-barak militer Marsekal Tito. Penduduk bernyanyi dan berseru-seru. "Bosnia" "Sarajevo", "Sarajevo" Kami akan hidup bersama." dan "Ayo Keluar."

SENIN, 30/3/1992, hai, buku harian! Tahukah kamu apa yang sedang kupikirkan?  Karena Anne Frank menamakan buku hariannya KITTY, sebaiknya aku memberi nama juga kepadamu. Bagaimana kalau kuberi nama ASFALTINA, PIDZAMETA, ZEFIKA, HIKMETA, SEVALA, MIMMY atau nama yang lainnya?

Aku terus berpikir, berpikir......

Nah, aku berhasil memutuskannya. Akan kuberi nama kamu MIMMY.

Nah, biarlah akan kumulai sekarang.

Zlata Sekarang (2011)
Mimmy Sayang, saat ini pertengahan semester sudah hampir tiba. Kami semua belajar dengan keras untuk menghadapi tes.

Menurut rencana, besok pagi kami akan pergi menonton konser musik klasik di Gedung Skenderija. Namun guru kami menganjurkan, sebaiknya kita kita tidak pergi saja, sebab di gedung konser itu akan hadir 10.000 orang, dan seseorang mungkin bisa saja akan menawan kami untuk dijadikan sandera, atau seseorang memasang bom waktu di gedung tersebut. Ibuku juga melarangku pergi. Maka aku juga tak pergi.

MINGGU 5/4/1992 Mimmy Sayang, aku mencoba memusatkan pikiranku supaya bisa mengerjakan pekerjaan rumahitu (membaca), namun ternyata aku tak bisa. Sesuatu sedang berlangsung di kota ini. Kami bisa mendengar suara tembakan dari arah bukit-bukit.

Barisan-barisan penduduk menyebar dari Dobrinja. Mereka mencoba menghentikan sesuatu, namun mereka sendiri tak tahu apa yang harus mereka hentikan itu. Kamu hanya bisa merasakan ada "sesuatu" yang akan datang, sesuatu yang sangat buruk.

Di layar TV aku bisa melihat penduduk bergerombol didepan gedung parlemen. Radio tetap menyiarkan nyanyian yang sama. "Sarajevo, Kekasihku."

Suara nyanyian itu sangat merdu, namun perutku tetap merasa mual.

SELASA 28/4/1992, Mimmy Sayang, menangis tersedu-sedu! Martina....  terisak... dan Matea, terisak-isak .... telah berangkat pergi kemarin! Mereka pergi dengan naik bus menuju Krsko (didaerah Slovenia). Oga juga akan pergi, begitu pula dengan Dejan Mirna akan pergi besok pagi atau lusa akan disusul Marijana.

Aku menangis tersedu-sedu!

Semua temanku telah pergi. Aku ditinggalkan dengan tanpa teman lagi.

SABTU, 2/5/1992.

Mimmy sayang, hari ini benar-benar merupakan hari yang paling buruk yang pernah terjadi di Sarajevo. Tembak menembak itu telah dimulai sejak tengah hari. Aku dan ibuku segera pindah ke ruang keluarga. Saat itu ayah sedang berada di kantornya dalam salah satu ruangan di rumah kami itu. Kami menghubunginya lewat interkom, memintanya untuk segera turun bergabung bersama kami. Kami juga membawa serta Cicko (burung kenari piaraan kami).

Tembak menembak itu semakin dahsyat, dan kami tak bisa meloncati pagar halaman untuk bergabung dengan keluarga Bobars. Maka kami lari memasuki gudang bawah tanah kami.

Gudang itu sangat buruk, kotor, gelap, dan bau. Ibu yang sangat takut pada tikus, berarti menghadapi dua jenis ketakutan sekaligus. Kami bertiga terpaksa harus masih berlindung di gudang itu sampai hari berikut. Kami mendengar ledakan-ledakan peluru mortir, suara tembak menembak gencar dan suara menggelegar diatas kepala kami. Bahkan kami juga mendengar suara pesawat terbang.

Ada saat-saat dimana aku menyadari gudang bawah tanah yang mengerikan ini merupakan satu-satunya tempat yang bisa menyelamatkan nyawa kami. Tiba-tiba kurasakan suasana terasa hangat dan menyenangkan kalau memikirkan hal itu. Hal itulah satu-satunya cara supaya kami bisa bertahan terhadap tembak-menembak yang dahsyat dan mengerikan itu.

Kami mendengar juga kaca-kaca berpecahan di jalan. Sungguh sangat menakutkan. Aku menutup kedua telingaku dengan tangan supaya tak mendengar suara-suara mengerikan itu.

KAMIS, 7/5/1992 Mimmy Sayang, aku hampir merasa yakin, perang akan segera berakhir. Tapi hari ini .... hari ini sebuah peluru mortir meledak ditaman yang berada tepat didepan rumahku, taman dimana aku biasa bermain-main dengan teman wanitaku. Beberapa orang penduduk mengalami luka-luka. Dan Nina bahkan meninggal! Sebuah pecahan peluru mortir mengenai kepalanya, hingga bersarang di otaknya yang menyebabkannya meninggal.

Dia seorang gadis kecil yang sangat menyenangkan. Kami masuk. Taman Kanak-kanak bersama dan kami sering makan bermain berdua di taman itu.

Jadi mungkinkah aku benar-benar tak akan bisa melihat Nina lagi? Nina seorang gadis kecil berusia 11 tahun yang tak berdosa, yang menjadi korban perang yang bodoh ini.

Aku benar-benar merasa sedih. Aku menangis sambil terus bertanya tak mengerti, mengapa hal itu terjadi ? Dia 'kan tidak melakukan kesalahan apa pun. Suatu perang yang menjijikkan menghancurkan kehidupan seorang anak kecil tak berdosa. Nina, aku akan selalu mengingatmu sebagai seorang gadis kecil yang sangat menyenangkan.

RABU, 27/5/1992. Mimmy Sayang, pembantaian!  Pembunuhan massal! Horor! Kejahatan! Darah! Jeritan! Air Mata! Keputus asaan!

Hal-hal seperti itulah pemandangan yang terpampang di Jalan Vaso miskin hari ini. Dua peluru mortir meledak di jalan itu dan sebuah lagi di pasar. Saat itu ibuku sedang berada di dekat tempat itu. Dia segera berlari ke rumah kakek dan nenek. Aku dan ayah hanya tinggal berdua saja di rumah, sebab belum juga pulang.

Aku bisa menyaksikan sebagian dari peristiwa di layar TV, namun aku masih tetap belum bisa mempercayai apa yang kusaksikan itu. Semua itu sungguh sulit bisa di percaya. Tenggorokan seakan tersumbat, sedang perutku terasa mual. Mengerikan.

Mereka mengangkat korban-korban yang luka ke rumah sakit. Ini benar-benar suatu rumah gila. Kamu terus bolak-balik ke jendela, berharap akan melihat ibu, namun dia tetap belum kembali pulang. Aku dan Ayah sampai menjambaki rambut kami sendiri.

Aku melihat keluar jendela sekali lagi dan ... Aku melihat Ibu sedang berlari menyeberangi jembatan. Begitu dia masuk ke dalam rumah tubuhnya mulai gemetar sambil menangis. Lewat deraian air matanya dia menceritakan melihat mayat-mayat yang telah tercerai berai bagian-bagian tubuhnya.

Hari Yang Mengerikan. Tak Akan Terlupakan

Mengerikan! Sangat Mengerikan.

JUM'AT, 5/6/1992.  Mimmy Sayang, aliran listrik telah mati selama beberapa waktu dan kami sangat prihatin dengan persediaan makanan yang kami simpan didalam lemari-es. Memang tak terlalu banyak. Tapi sangat sayang kalau makanan itu menjadi busuk nanti. Disana ada daging, sayuran dan juga buah-buahan.

Bagaimana caranya kami bisa menyelamatkan?

Ayah menemukan sebuah tungku di loteng. Modelnya sudah sangat kuno sehingga kelihatan lucu. Didalam gudang kami juga menemukan kayu bakar. Ayah meletakkan tungku itu dihalaman rumah dan memasak sisa makanan kami tadi dengan kayu bakar. Kami memasak semuanya bersama-sama keluarga Bobar dan berpesta bersama-sama keluarga Bobar dan berpesta bersama-sama. Semua jenis makanan; daging ayam, daging sapi, kentang, ceri. Kami semua makan hingga kami merasa sangat kekenyangan.

KAMIS, 18/6/1992, Mimmy Sayang, aku masih terus bertanya, mengapa? Untuk apa? Siapa yang harus disalahkan dalam perang ini? Aku terus bertanya, namun tetap tak ada jawaban.  Apa yang kuketahui, kami hidup ditengah-tengah kesengsaraan. Ya, aku tahu sekarang, politik bisa disalahkan sebagai penyebab semua ini.

Terus terang saja aku tak tertarik pada politik, namun untuk mendapatkan jawaban, aku harus mengetahui sesuatu tentang politik itu. Mereka hanya menerangkan sedikit masalah. Mungkin pada suatu hari nanti aku mengetahuinya lebih banyak lagi.

Ayah dan Ibu juga tak pernah mendiskusikan masalah politik denganku. Mungkin mereka menganggapku masih terlalu muda atau mungkin juga mereka memang tak tahu terlalu banyak.

Mereka hanya selalu mengatakan kepadaku, semua ini pasti akan berlalu nanti. Ini semua harus berlalu.

SENIN, 29/6/1992, Mimmy Sayang, kebosanan! Tembak menembak! Ledakan mortir! Penduduk Terbunuh! Keputusasaan! Kelaparan! Kesengsaraan! Ketakutan!

Seperti itu kehidupanku! Kehidupan seorang murid wanita polos berumur 11 tahun! Seorang murid tanpa sekolahan, tanpa kegembiraan dan keceriaan suasana sekolahan. Anak kecil yang tak sempat bermain, tanpa buah-buahan, tanpa coklat dan permen, dengan hanya mempunyai sedikit persediaan susu bubuk.  Singkatnya anak yang tak bisa menikmati masa anak-anak.

KAMIS, 2/7/1992, Mimmy Sayang, kami agak memanjakan diri hari ini. Kami memanen buah ceri dari pohon yang tumbuh dihalaman rumah kami dan memakannya sampai habis. Kami menyaksikannya, ketika pohon itu berbunga dan buah-buahnya yang hijau kecil semakin lama berubah menjadi memerah matang.  Sekarang kami benar-benar bisa menikmati lezatnya buah itu. Terima kasih pohon ceriku dari pohon ceriku!

SELASA, 11/8/1992, Mimmy Sayang, serangan mortir, pembunuhan, kegelapan dan kelaparan masih terus berlangsung di Sarajevo, Menyedihkan!

Aku tetap tak keluar-keluar dari rumah. Aku hanya bermain dengan Bojana dan Kucing kecilku. Cici. Kucing itu tumbuh di tengah-tengah kesengsaraan dan kengerian suasana perang kota ini.  Dalam situasi seperti itu aku akhirnya bisa menyayangi seekor binatang.

Dia memang tak bisa berbicara, namun dia berbicara lewat sinar matanya, lewat meongnya, dan aku bisa memahami maksudnya.  Aku sangat menyayangimu, Cicil.

RABU, 21/10/1992, Mimmy Sayang,  seperti kau ketahui, aku mempercayai dirimu setiap hari.

Nah, tahukah kamu tentang sekolah musim panas di gedung pusat rekreasi Kami? Kami selalu mengalami saat-saat yang indah bersama-sama teman-teman sekelasku di sana, dengan mementaskan drama, membaca sajak, dan yang paling menyenangkan, lomba menulis.

Semua itu berjalan dengan begitu menggembirakan sampai ledakan mortir itu menewaskan sahabat kami, Eldin.

Maja masih tetap bekerja bersama guru kami Irena Vidovic. Hari kemarin, Maja bertanya padaku, "Apakah kamu menyimpan buku harian. Fipa?"

Aku menjawab, "Ya."

Maja meneruskan, "Apakah itu penuh berisi catatan rahasia pribadimu ataukah menceritakan tentang perang?"

Aku menjawab, "Sekarang ini tentang peperangan."

Selanjutnya dia berkata," Fipa, kamu sungguh hebat!"

Dia lalu mengatakan, karena mereka ingin menerbitkan sebuah buku harian anak-anak, dan mungkin buku harianku itulah yang akan terpilih nanti, itu berarti ... Kamu, Mimmy!

Oleh karena itu aku membuat turunan sebagian darimu di buku notes lain, baru kemudian kuserahkan kamu ke Dewan Kota untuk dilihat dan dinilai.

Baru saja aku mendengarkan kabar kamu benar-benar diterbitkan!  kamu dibawa keluar untuk dimuat di Mingguan Unicef.

KAMIS, 19/11/1992, Mimmy Sayang, aku tetap ingin menjelaskan tentang politik yang bodoh ini kepada diriku sendiri, sebab menurut pendapatku, politik itu pangkal penyebab timbulnya perang ini, yang membuat kenyataan kehidupan kami sehari-hari.

Peperangan ini merampas hari-hari ceria kami dan menggantikannya dengan kejadian-kejadian mengerikan, dan sekarang horor itu selalu menampakkan dirinya, menggantikan, hari-hari yang ceria.

Menurut penglihatanku seakan-akan politik ini berarti Serbia, Krosia, dan Muslim. Namun mereka semua penduduk negeri ini. Mereka sama-sama orang biasa, tak tampak adanya perbedaan di antara mereka. Mereka semua sama-sama mempunyai tangan, kaki dan kepala. Mereka berbicara dan berjalan, namun sekarang ada "sesuatu" yang ingin membuat mereka berbeda.

0 comments:

Posting Komentar

GET UPDATE VIA EMAIL
Jika Anda Menyukai Artikel di Blog Ini, Silahkan Berlangganan via RSS. Isi Alamat Email Anda di Bawah Ini:

DAFTAR ISI

MAJALAH BOBO 1980-an

Tambahkan Kami di Facebook

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...