Karbondioksida yang menumpuk di atmosfer dan di dakwa menyebabkan efek rumah kaca sampai menaikkan suhu permukaan bumi itu, ternyata tidak mungkin kita buang secara memuaskan dengan cara-cara yang sudah ada. Salah satu cara yang paling efektif ternyata membiarkan CO2 itu diserap saja secara alamiah oleh ekosistem yang ada dialam. Ini lebih alamiah, dan bisa terjadi secara besar-besaran.
Kalau di daratan, ekosistem penyerap itu berupa hutan, taman nasional, taman kota, taman buah, dan taman-taman yang lain, di laut lepas, ekosistem yang mampu menyerap CO2, ialah terumbu karang.
Kebanyakan dari kita mengenal istilah terumbu karang sebagai tempat tumbuh miliaran binatang koral yang berwarna-warni, dan menjadi tontonan yang menyenangkan, baik bagi turis asing yang menyelam, maupun penonton TV dirumah. kebanyakan dari kita mengenal istilah koral itu sebagai batu hiasan berwarna merah jingga dalam untaian kalung penghias leher.
Ada sejenis koral yang bukan seperti itu, tapi berupa batu kapur, dan tumbuh ditempat-tempat yang lebih dangkal ditepi pantai. Mereka mempunyai kerangka tubuh dari kapur yang letaknya bukan didalam tubuh, tapi diluarnya. Kalau binatang itu mati tua, kerangkanya tetap bertengger sebagai batu karang di dasar laut. Anak-anak mereka tumbuh di atas kerangka koral nenek moyang ini. Berabad-abad lamanya, pembentukan batu karang itu berjalan sampai ada yang muncul di atas permukaan laut, dan membentuk pulau karang.
Ternyata, koral pembentuk batu karang itu (yang kalau luas dan besar disebut terumbu karang), berkumpul dengan ganggang hijau bersel tunggal yang luar biasa reniknya, dan luar biasa pula banyaknya. Ukuran tiap sel cuma 10 mikron (ditulis secara ruwet, itu sekecil 0,0010 mm) dan tiap cm persegi permukaan tubuh koral bisa dihuni oleh 1,5 juta sel serenik itu.
Koral itu sendiri hidup dari zooplankton yang mereka tangkap dengan tentakel, tapi mereka juga memanfaatkan hasil fotosintesis berupa karbohidrat penghasil energi yang dikumpulkan oleh ganggang renik itu. Oksigen yang dilepaskannya dipakai untuk bernapas didasar laut.
Kumpulan ganggang dalam tubuh koral inilah yang memerlukan CO2 untuk proses fotosintesisnya, dan mampu menyerap timbunan CO2 di atmosfer di atas laut itu, sehingga udara lingkungan hidup kita menjadi bersih.
Apa moral di balik cerita ini? Kalau kita ingin hidup segar dan sehat, mestinya memelihara terumbu karang penyerap CO2 itu baik-baik sebagai ekosistem teman hidup kita di muka bumi ini.
Caranya?
Mari kita meneruskan cerita ini kepada anak-cucu generasi muda kita, agar mereka tidak mudah tergiur untuk merusak terumbu karang yang ada. Pengertian mereka sangat membantu melestarikan ekosistem penolong hidup kita yang nyaman di bumi yang makin panas ini.
Source: Majalah Intisari, no.390 - Januari 1996
4 comments:
aku kira peyerap CO2 hanya tumbuhan di darat aja ternyata terumbu karang jua
terima kasih info berguna buat anak cucu supaya tidak merusak terumbu karang
marilah kita pelihara bersama terumbu karang
peringkatan tuh yang suka ngebom pake pukat harimau bikin ancur terumbu karang aja
Kamu Blogger...? Yuk Ikutan Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook Berakhir 23 Desember 2011
Posting Komentar